Mentri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (tengah pegang mike) sedang konpres-dokpri |
Menurut Mentri Pertanian,
Syahrul Yasin Limpo, bahwa lapangan
kerja yang pasti adalah sektor pertanian, kalau ingin membuat tambang,
setidaknya perlu 10-20 th ke depan baru ada hasilnya. Di bidang industri, lebih
kurang perlu 5-6 th depan baru menuai
hasil. Sementara di sektor pertanian, hari ini ditanam tunggu seratus hari akan
tumbuh.
Saya menyimak penjelasan
ini sembari manggut-manggut, membenarkan sekaligus mengamininya. Mendadak
terbersit rasa bersalah, mengapa saya mengabaikan bidang pertanian.
Apa terbersit di benak, ketika mendengar kata
pertanian?
Mungkin yang terbayang adalah area persawahan,
kemudian tumbuh padi menghampar hijau. Bapak dan ibu petani sibuk bekerja,
dengan kerbau sebagai binatang pembajak.
Ketika musim panen datang, si anak petani diberi
tugas menunggu padi agar tidak dimakan burung. Duduk di gubug beratap jerami,
dengan tangan memegang tali bersambung orang-orangan sawah.
Duh, kangen rasanya dengan suasana desa.
----
Saya lahir dan besar di kampung, sawah dan ladang sangat
akrab dengan keseharian saya di masa lampau. Meskipun ayah bukan petani, saya kerap
turun bertani membantu di sawah kakek.
Mulai dari bertugas ngurut banyu (memeriksa air),
ikut membantu nguntil pari (mengikat padi setelah panen), menjemur gabah dan
sebagainya.
Namun selepas SMA, seperti sebagian besar pemuda di
kampung. Saya memilih merantau, meninggalkan dunia sawah dan ladang. Saya lebih
terpana dengan lampu warna warni di kota, dan bangunan megah yang mempesona.
Tanpa terasa seperempat abad merantau, ketika
pulang kampung saya kaget mendapati kenyataan di depan mata. Hamparan sawah yang dulu menghijau, tempat
saya bermain bersama teman sebaya.
Kini berubah menjadi lahan gersang, bertumbuh ilalang
dan pepohonan besar dengan dahan kering. Pemandangan ini berbalik seratus
delapan puluh derajat, dibandingkan masa kecil dulu.
“Lha piye, anak-anaknya tidak ada yang mau ngurus
sawah,” ujar ibu.
Pic by Imawan |
Sinergi
Pertanian Maju Mandiri Modern
Seratus hari pemerintahan Presiden Jokowi, Mentri
Pertanian Syahrul Yasin Limpo, menunjukkan prestasinya. Menyimak pemaparannya
di hadapan Jurnalis dan Blogger, saya bisa membayangkan cerahnya masa depan
pertanian Indonesia.
Yasin bertekad mencipatkan pertanian maju, sehingga
membuat petani dan masyarakat kuat. Kalau
sudah kuat akan menjadi manusia kreatif, membuat bangsa Indonesia percaya diri
bersaing dengan negara lain.
Pertanian yang maju, menjadi musabab sebuah kemandirian.
Mandiri artinya tidak bergantung dengan bangsa lain, bisa melakukan apapun di
atas kemampuan sendiri.
dokpri |
Negara berkewajiban melakukan “intervensi”, demi
kebaikan sektor pertanian dengan kebijakan yang pro pertanian. Dari Aceh sampai Papua, tanah kita subur
dengan kultur aneka warna ada yang hijau, cokelat, putih.
Indonesia memiliki dataran rendah, bukit, lereng,
pegunungan, semua menjadi kekuatan sumber daya alam. Tak heran kalau ada yang
menyebut, Indonesia adalah tanah surga.
Hasil pertanian berupa beras, bisa diproduksi menjadi
aneka turunan bahan olahan. Kemudian dari hasil pertanian jagung, bisa diolah menjadi
pakan ternak, minyak jagung, tepung, bahan kosmetik dan (sekira) 42 turunan
lainnya.
Agar bisa maksimal diperlukan pengelolaan hasil
pertanian secara modern, yaitu dengan sentuhan riset dan teknologi yang modern.
------
Coba kita pikir bareng-bareng, jaman sekarang produk
barang dan jasa apa, yang tidak dipasarkan melalui aplikasi. Mulai dari jasa
keuangan, jasa tenaga kesehatan, penyewaan rumah singgah, hotel, jasa antar
makanan dan lain sebagainya semua memakai aplikasi.
Gagasan Pak Mentri Pertanian sangat kekinian, yaitu
memanfaatkan aplikasi untuk pengelolaan proses tata kelola sektor pertanian. Pemanfaatan
stratup, menjadi aspek modern dalam pertanian maju.
Dengan pemanfaatan teknologi, memungkinakan semua
lahan yang ada di sudut negeri bisa dipantau dari satu tempat. Melalui satelit
dengan resolusi 12-6 meter, kemudian masuk litbang untuk dilakukan analityc
birokratik agricukture.
Dengan cepat bisa dideteksi, lahan pertanian di
daerah mana yang perlu mendapat perhatian lebih dan daerah mana yang aman. Saat
ini sedang dibuat kreasikan, pupuk dengan barcode atau chip. Sehingga pengawasan
menjadi transparant, dan hasilnya rakyat yang menikmati.
“Tidak ada pura-pura dan bohong mengurusi rakyat yang
begitu besar,”tegas Yasin Limpo.
dokpri |
Masih
menurut Mentri Pertanian, bahwa
lapangan kerja yang pasti adalah sektor pertanian, kalau ingin membuat tambang,
setidaknya perlu 10-20 th ke depan baru ada hasilnya. Di bidang industri, lebih
kurang perlu 5-6 th depan baru menuai
hasil. Sementara di sektor pertanian, hari ini ditanam tunggu seratus hari akan
tumbuh.
Pertanian maju, tidak hanya berfocus pada kuantitas
dan kualitas saja, tetapi juga aspek kontinuitas. Kalau hasil pertanian terjadi
kesinambungan, maka masa depan anak cucu kita kelak terjamin.
Menyoal alih fungsi lahan, Pak Mentri sangat tegas,
bahwa ada undang-undang no 41 tahun 2009 yang mengatur. (lebih kurang) barang
siapa mengalih fungsikan lahan existing pertanian, akan dijatuhi hukuman 5
tahun. Apabila ada pejabat yang berkonspirasi, terbukti ikut tanda tangan
hukumannya 7 tahun.
“Kalau tidak tegas, kita hanya main main urus
negeri,” imbuh Yasin Limpo.
-----
Blogger Foto Session- koleksi pribadi |
Acara
“Membangun Sinergi Pertanian Maju Mandiri Modern” yang dipandu Prita Laura,
terasa semarak dan kocak dengan kehadiran komika Mongol. Celetukan stand up komedi
ini, dengan piawai diimbangi lontaran Pak Mentri yang tak kalah mengundang
tawa.
“Hati-hati makan buah impor, kemarin ada
orang makan buah impor kemudian mati” seluruh hadirin hening menunggu
lanjutannya”soalnya, setelah makan buah
ketabrak mobil”.
“GRRRRR,”sontak
seisi ruangan tertawa.
Apabila
sektor Pertanian menjadi Maju mandiri Modern, saya meyakini akan menarik minat generasi
millenials melirik sektor pertanian. Dan masa depan pertanian yang cerah,
niscaya akan kita jelang bersama.
Smoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA