seminar Disrupsi Telekomunikasi ; Beradaptasi atau Tenggelam ? - dokpri |
Masih ingat dong, ketika booming
Blackberry Massanger (BBM). Setiap orang yang punya langsung berbagi PIN, sekaligus mengakhiri riwayat
SMS yang sempat diklam paling murmer (hanya 150 rupiah untuk 150 karakter).
Memakai Blackberry rasanya gengsi ini melonjak, dan saya merasakan hal
itu apalagi saat mengirim email ada logo khas berupa bulat kecil empat dan ada keterangan “dikirim melalui blackberry massangger”---
duh bangga gimana gitu, hehehe.
Mengirim pesan melalui BBM, bebas layaknya sebuah obrolan dan
hitungannya bukan lagi per karakter.
Uniknya lagi bisa dibuat group chatting, saya ingat menjelang tidur mengadakan meeting di group BBM kantor—saking takjubnya.
Uniknya lagi bisa dibuat group chatting, saya ingat menjelang tidur mengadakan meeting di group BBM kantor—saking takjubnya.
Siapa nyana, kejayaan BBM sampai juga menuju ajalnya. Setelah ditaklukkan
android, dan kemudian perangkat Blackberry tidak laku, dilupakan, dan
ditinggalkan.
Susul menyusul tren ganti berganti, muncul Watsup, twitter kemudian
instagram. Sekarang riuh aplikasi tik tok (setelah dulu sempat dianggap alay), dan saya yakin tren akan terus bergulir berganti
inovasi teknologi lainnya.
-----
“Disrupsi Telekomunikasi: Beradaptasi atau Tenggelam” begitu
saya membaca background banner, pada acara seminar yang diselenggarakan oleh
ICT Institute.
Mendengar dan menyimak pemaparan dua narasumber kredibel, saya
tercerahkan pada informasi dan kenyataan nyata di lapangan.
Kita semua menjadi saksi, dinamisnya perkembangan teknologi yang
sebegitu masif.
Menuntut perusahaan telekomunikasi beradaptasi, melakukan transformasi organisasi dan digital, agar lihai menghadapi disrupsi teknologi.
Menuntut perusahaan telekomunikasi beradaptasi, melakukan transformasi organisasi dan digital, agar lihai menghadapi disrupsi teknologi.
Sudah banyak contoh perusahaan raksasa tinggal nama (Nokia,
Blackberry), karena tidak tanggap dan cepat berubah.
Nonot Harsono- dokpri |
Menurut narsum Nonot Harsono,
Pakar Telekomunikasi, bahwa dulu
bicara telekomunikasi berarti bicara infrastruktur teknologi. Ada telepon,
faximile dan muternya dari pelanggan ke pelanggan. Dulu data, menghubungkan satu
orang ke yang lain (network, conectivity).
Kalau nyambungnya dekat bayar murah, antar kota (interlokal) ada internasional yang dibayar depresiasi sambungan kabel.
Kalau nyambungnya dekat bayar murah, antar kota (interlokal) ada internasional yang dibayar depresiasi sambungan kabel.
“Tetapi kini menyambungkan seorang dengan server,”
ujar Nonot
Kemudian server berkembang menjadi berbagai macam
fungsi, berkembang lagi menjadi multifungsi dan kemudian menjadi platform.
Tahun 2010 muncul facebook, kemudian ada kaskus dan aneka aplikasi mulai kelihatan device dan network berjaya.
Tahun 2010 muncul facebook, kemudian ada kaskus dan aneka aplikasi mulai kelihatan device dan network berjaya.
Fungsi layanan data kini diambil alih aplikasi,
seperti voice call, WA call mulai berperan, sms yang dulunya berbayar pindah ke
WA.
“Transformasi
digital bagi operator telekomunikasi lebih dari sekadar menjalankan bisnis dengan teknologi digital, karena memerlukan adaptasi proses, sistem, dan budaya organisasi,”
imbuh Nonot
Kini penguasa surveyor terbesar adalah google, mempunyai
rekaman data penggunanya selama 24 jam.
Google merekam kemana saja kita pergi, makanan apa sering dipesan dan seterusnya.
Google merekam kemana saja kita pergi, makanan apa sering dipesan dan seterusnya.
Menanggapi fenomena teknologi, tidak ada pilihan
bagi operator telekomunikasi di Indonesia kecuali menyesuaikan tren yang ada.
“Transformasi
operator telekomunikasi harus dimulai dengan perubahan mindset, transformasi dari layanan konvensional menjadi solusi
digital, serta efisiensi organisasi yang berfokus menjawab kebutuhan pelanggan secara spesifik, dan bertindak secara lebih cepat,” tegas Nonot.
Penyederhanaan organisasi perusahaan, tidak hanya pada inovasi
teknologi saja, tetapi juga pada budaya dan inovasi digital.
Dengan mengutamakan layanan yang prima, berorientasi kepada kepuasan dan kebutuhan pelanggan.
Dengan mengutamakan layanan yang prima, berorientasi kepada kepuasan dan kebutuhan pelanggan.
------
Pada kesempatan berikutnya, narsum Heru Sutadi Direktur Eksekutif ICT
Institute menyampaikan, bahwa disrupsi teknologi berpotensi mengancam
keberlangsungan operator telekomunikasi.
Disrupsi teknologi telah mengubah banyak hal, seperti bisnis, kompetisi, adopsi dan inovasi teknologi,hingga perubahan organisasi.
Disrupsi teknologi telah mengubah banyak hal, seperti bisnis, kompetisi, adopsi dan inovasi teknologi,hingga perubahan organisasi.
Heru Sutadi -dokpri |
Mau bukti nyata ?
Yang sudah kita lihat dan rasakan bersama, adalah operator transportasi online. Sebuah perusahaan (katakan) transportasi, tetapi justru tidak punya aset berupa alat transportasi sendiri.
Yang sudah kita lihat dan rasakan bersama, adalah operator transportasi online. Sebuah perusahaan (katakan) transportasi, tetapi justru tidak punya aset berupa alat transportasi sendiri.
Perusahaan operator transportasi online, yang tidak
perlu membeli dan memiliki aset berupa lahan (untuk pool). Tidak harus berinvestasi
kendaraan (mobil atau motor) dengan karyawannya (driver). Tetapi melalui aset
berupa aplikasi, bisa mengoperasikan ribuan alat transportasi sekaligus drivernya.
Dan mulai kita lihat dan rasakan, disrupsi teknologi
merambah, ke hotel atau penginapan, tiket aneka moda transportasi, restoran dan
lain sebagainya.
Konsumen diberi akses secara personal, untuk memesan
kebutuhan penginapan, tiket pesawat atau kereta, pesan makanan sendiri.
Pada point ini saya semakin meyakini, bahwa transformasi
digital adalah sebuah keniscayaan. Ketika tidak ikut dan menyesuaikan, maka
yang statis dijamin akan tenggelam.
Layanan pengaduanpun tak kalah cepat berubah, kalau
dulu pengaduan (biasanya) melalui sambungan call centre, sekarang orang lebih mengandalkan
twiter.
Waw, ini saya banget, pernah kesal dengan layanan sebuah
provider, pagi sebelum subuh saya ngetwet dan langsung medapat respon super
cepat—keren banget ya.
“Agar tetap bertahan dan bertumbuh, operator telekomunikasi perlu
melakukan transformasi yang
bertumpu pada tiga aspek, yakni merumuskan kembali visi dan kepemimpinan,
inovasi dan adopsi teknologi baru,serta transformasi organisasi dan budaya digital,” imbuh Heru
Dan seperti sekeping mata uang logam, disrupsi telekomunikasi bisa menjadi ancaman cukup
berat,
tetapi sekaligus membuka
peluang mempercepat
transformasi.
Transformasi sepenuhnya, bergantung pada kemampuan operator telekomunikasi merespon perubahan.
Transformasi sepenuhnya, bergantung pada kemampuan operator telekomunikasi merespon perubahan.
“Perusahaan telekomunikasi harus lebih focus menyediakan layanan-layanan yang simple dan mudah digunakan dengan memanfaatkan teknologi
digital,” tutup Heru.
kolkesi pribadi |
----
Saya sangat sepakat, bahwa di bidang apapun inovasi
adalah kata kunci. Dan tak sekedar inovasi, tetapi musti beradaptasi di bidang
teknologi karena kita hidup pada era digital.
Saya sangat meyakini, apa yang saat ini sedang
booming (misal tik tok), akan segera berganti dengan tren baru yang lebih
menarik.
Maka tak ada alasan berhenti bergerak, bahwa
perubahan yang sedemikian cepat ini, musti diimbangi dengan efisiensi
teknologi.
Agar perusahaan tetap survive, dan tata kelola di dalam perusahaan juga terselamatkan.
Agar perusahaan tetap survive, dan tata kelola di dalam perusahaan juga terselamatkan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA