dokpri |
Semua orang pasti sepakat, bahwa kesehatan itu
penting. Sehat adalah salah satu modal utama kehidupan. Dengan memiliki tubuh
sehat, niscaya kita bebas bergerak dan beraktivitas.
Sekarang siapa mau jujur, dengan penuh kesadaran
menyediakan diri. Setia mengonsumsi pangan ramah tubuh, bersedia melakukan
kegiatan penunjang kesehatan.
Kebanyakan kita malas, benar nggak ? (kalau salah
ya maap).
Kebanyakan kita, abai memperhatikan asupan yang
masuk tubuh. Asalkan enak di lidah dan selera kita, ya dikunyah dan dimasukkan
ke lambung. Tidak peduli itu gorengan, yang (maaf) dimasakknya dengan minyak
sekian kali pakai. Tak peduli asupan mengandung gula, yang nyata-nyata muasal
diabetes, dan seterusnya dan seterusnya.
Sepakat nggak, kebanyakan kita malas berolah raga
pagi hari. Rela menanggalkan selimut, kemudian jogging, lari pagi atau jalan
sehat. Atau punya jadwal rutin seminggu sekali, untuk senam atau olahraga apapun
yang membakar kalori.
Kebanyakan kita,
minggu pagi lebih enak bangun siang atau memilih rebahan. Berlama-lama
di depan layar handphone, duduk nyantai sambil pansos dan sebagainya.
dokpri |
Orang baru sadar pentingnya kesehatan, biasanya
setelah jatuh sakit. Baru deh, gedebak gedebuk berobat ke sana ke mari. Uang nggak
ada diada-adain, kalau perlu utang ya utang deh. Apapun dilakukan, demi
mendapatkan kesehatan kembali.
Bayangkan, pada saat badan sehat disia-siakan
dengan konsumsi makanan semaunya. Setelah kerja keras dan uang dikumpulkan,
malah digunakan untuk berobat. Sayang banget kan!
------
Mungkin ada yang berpendapat, bahwa gaya hidup sehat itu mahal dan membosankan
(tepatnya menyebalkan). Mahal untuk
mendaftar member gym, mahal membeli bahan makanan organic dan hygenis dan
seterusnya.
Menyebalkan atau membosankan, karena tidak bisa
bermalas-malasan lagi. Makan dipilih dan dipilah, tidak lagi bebas seperti
biasanya.
Pendapat ini, tidak sepenuhnya salah dan tidak
sepenuhnya benar. Saya juga pernah mengalami sendiri, sebotol snack berisi
saripati buah sebotol isi (sekira) 200 gram dihargai enampuluh ribu. Menjadi
anggota gym di sebuah club kebugaran, iuran per bulan (bagi saya) harus merogoh
kocek cukup dalam.
Kreatif Menerapkan Gaya Hidup Sehat
Eit’s, tetapi semua situasi dianggap sulit,
ternyata bisa disiasati. Kuncinya, kita harus kreatif dengan keadaan dihadapi.
ingat ya, kreatif.
Yang bilang makanan sehat itu mahal, sini saya beri
pencerahan. Singkong dan ubi di tukang sayur (yang jualan dengan gerobak),
sekilo hanya lima ribu rupiah. Muka saya sampai dihapal penjualnya, alhasil
suka ditambahi kalau membeli.
Dan kalau sedang malas olahraga lari, karena musti
ganti training pakai sepatu dan kaos olahraga. Bisa banget disiasati, selepas
sholat subuh di masjid jalan ke tukang sayur. Kemudian pulang ke rumah lari
kecil, masih pakai sarung dan sandal jepit.
Untuk makan siang, bisa membeli gado-gado sayur
(saya bisanya no lontong). Malam makan buah potong, bisa pepaya, bisa melon
atau buah apa saja.
Kalau bepergian bisa mengandalkan transportasi
massal, bisa menjadi alasan lebih sering jalan kaki. Tapi buatlah berjalan
seolah tergesa-gesa, jadi sembari kalori terbakar.
Kalau contoh hal kecil dan sederhana ini
dijalankan, saya yakin akan muncul ide kreatif lainnya. Dua minggu saja
konsisten dijalankan, akan menjadi kebiasaan dan tidak berasa berat. Kalau
sudah menjadi kebiasaan, lama kelamaan akan menjadi gaya hidup.
Bagaimana, semoga tercerahkan dan semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA