dokumentasi Aenigma Picture |
Sebuah karya
film, lazimnya akan melalui proses panjang dan melelahkan. Karena melibatkan
banyak orang, maka membutuhkan logistik tak sedikit. Coba bayangkan, kalau di
film tersebut ada 60 personel saja.
Dalam sehari butuh tiga kali makan, belum snacknya,
belum kopi atau ngetehnya, belum ngrokok (bagi yang perokok). Maka akan ada
piring, gelas, asbak dan perlengkapan pendukung.
Aenigma Picture, rumah produksi sedang mempersiapkan
karya perdana berjudul Detak. Tak mau abai dengan kemungkinan berlangsung di
lapangan selama produksi film. Yaitu menerapkan budaya zero waste, dan
menyepakati dengan seluruh crew dan cast-nya.
-----
“Percuma mengangkat budaya jika kita tak berbudaya”
Yongki Ongestu - Sutradara
Bicara budaya, sebenarnya tidak perlu yang
jauh-jauh dulu. Karena apa yang kita lakukan saban hari, sejatinya cerminan
budaya diri sendiri.
Misalnya membuang sampah pada tempatnya, bicara
sopan dan menjaga sikap, berempati kepada tetangga kesusahan, menghormati yang
lebih tua. Dan banyak contoh kecil, erat
kaitannya dengan kehidupan keseharian.
dok Aenigma Pictures |
Saya antusias menyimak, ketika Ibu Aryanna Yuris (Produser) menjelaskan, bahwa selama shoting seluruh tim
dan Cast dibagikan tumbler. Startegi ini, sebagai cara mengurangi air minum
dalam kemasan (sekali pakai dibuang).
Ngopi atau ngeteh, menggunakan gelas besi (ditempel
nama). Makan dengan prasmanan, pring
berbahan rotan dan enamel yang digunakan. O’ya, asbak bukan sembarang asbak. Puntung
rokok dan serbuknya, ditampung dalam asbak portable.
dik Aenigma Pictures |
Secara kasat mata, sudah terbayang limbah gelas
plastik, limbah botol plastik, limbah styrofoam dapat dinihilkan. Menurut Pak
Yongki shoting selama 16 hari, dengan sekira 70 personel. Itu bisa berton-ton
limbah terselamatkan.
Sinopsis
Warga setempat mulai hilang, sejak kedatangan
seorang doter dari kota. Dibalik penampilan yang sopan dan pendiam, ternyata
dr. Jati adalah seorang psikopat.
Sukma, calo penari lengger. Warga setempat
mempercayai, bahwa si penari yang bisa menjauhkan desa dari malapetaka.
Apakah kepercayaan warga, dapat menyudahi hilangnya
penduduk desa. Adakah sesuatu bisa dilakukan, untuk menghentikan aksi dokter
aneh ?
------
dok Aenigma Pictures |
Untuk produksi film Detak, Aenigma Picture melibatkan
pekerja kreatif, dan seniman daerah setempat. Sebagian besar crew dan cast, baru kali pertama terlibat produksi
layar lebar.
Ibu Aryanna dan Pak Yongki yakin, banyak potensi
lokal bisa digerakkan dalam film Detak. Selain memberi kesempatan seniman daerah unjuk
gigi, berdampak pada penyebaran ekonomi kreatif dan menumbuhkan potensi lokal.
Film Detak, bisa dikatakan pengejawantahan
perpaduan seni modern dan seni tradisional. Yaitu mengangkat tari lengger dan
pemain calung tradisional asal Banyumas, sehingga bisa dikenal masyarakat lebih
luas.
Kapan film Detak tayang di bioskop? Tunggu kabar
selanjutnya ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA