Home

3 Jan 2020

Nasib Tulisanmu Tergantung (Tidak Hanya) Besar Upayamu

sumber ; bakaba.co


Siapa tak kenal, dengan sajak “Aku” buah karya Chairil Anwar, kemudian novel mega hits “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Buya Hamka, ada lagi kitab “Mukaddimah Ibnu Kaldun” karya Ibnu Kaldun dan seterusnya.

Adalah beberapa contoh tulisan berumur panjang, bahkan (bisa dibilang) telah melintasi masa. Bahkan setelah penulisnya tiada, namun tulisannya terbukti masih hidup.
Bagi saya, tulisan ibarat buah dari sebuah kontemplasi. Mau dilahirkan atau tidak, terserah empunya. Kalaupun dilahirkan, akan membawa nasibnya sendiri sendiri.

-----

 Kalau sudah berusaha keras, maka sunnah yang didapat harusnya keberhasilan.  Namun, kalau kenyataannya belum berhasil, berarti ada orang yang yang berusaha lebih keras dibanding kita.” (alm) Gus Dur

Tugas setiap manusia, sejatinya sebatas berusaha keras. Mengerahkan upaya terbaiknya, untuk menjemput sunatullah. Tapi ingat, di dunia ini kita hidup tidak sendiri alias ada orang lain.
Benar petuah (alm) Gus Dur, ada orang lain yang menginginkan hal yang sama dengan kita. Maka ketika kita gagal, bisa jadi usaha orang lain melebihi usaha kita.

Tapi jangan galau, berhasil atau kalah bukan segalanya. Hidup menjanjikan lebih banyak hal, daripada sekedar kemenangan atau kekalahan. Persis seperti ajang pencaran bakat di televisi, selepas kompetisi justru nama bukan pemenang yang bertahan.

Kita tidak berhenti pada satu peristiwa saja, kalah dan menang hanya satu tahap saja. setelah itu ada tahapan berikutnya, yang akan mengukirkan nasib selanjutnya.

Pun dengan menulis, saya yakin Chairil Anwar, Buya Hamka, Ibnu Kaldun, perlu ribuan tulisan untuk sampai pada karya mereka yang mengabadi.
tebuirengonline.com

Menulis Menulis dan Menulislah
“Jenius adalah satu persen inspirasi, sembilan puluh sembilan persen perspirasi.” Thomas Alfa Edison

Seorang Thomas Alfa Edison, lelaki pantang menyerah yang hidup di abad XVIII. Semasa di bangku sekolah, akrab dengan nilai buruk untuk beberapa pelajaran di kelasnya. Sang Ibu sampai memberhentikan dari sekolah, kemudian mengajari sendiri anak yang dikasihi.

Edison jatuh bangun dalam sebuah percobaan, mengalahkan egonya sendiri setelah ratusan kali gagal dan gagal.
Dan buah dari ketekunan itu, lahirlah penemuan mengguncangkan dunia. Yaitu ditemukannya bola lampu (bohlam), yang kemudian merubah peradaban dunia.

Penemuan spektakuler ketika itu, akhirnya dirasakan manfaatnya oleh umat manusia hingga detik ini. Kalau saja Edison menyerah saat itu, bisa jadi bola lampu ditemukan oleh nama lain.

Pun penulis, agar melahirkan tulisan yang baik, tidak ada jalan dan cara lain kecuali menulis, menulis dan menulis. Si penulis tidak bakal tahu, pada tulisan ke berapa lahir karya layak diapresiasi pembaca.

Yang penting konsisten dan meningkatkan ikhtiar, terus berupaya agar ikhtiar kita melebihi ikhtiar orang lain. Denag berupaya keras, setidaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan. Bahwa kita, telah mempersembahkan usaha terbaik yang dimiliki.

Nasib sebuah tulisan, tentu bukan penulis itu sendiri yang menentukan. Tetapi upaya sungguh-sungguh si penulis, niscaya memberi andil bagi keberhasilan tulisan tersebut.
Maka selama nafas dikandung badan, menulislah, menulislah dan terus menulislah. Persoalan tulisan mendapatkan apresiasi atau tidak, biarlah nasib dari tulisan itu yang akan berbicara.

Karena nasib tulisan, tergantung (tidak sekesar) besar usahamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA