dokpri |
“ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada
segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka
rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung) ” – HR.
Bukhari no 52 dan muslim 1599
saya pengin tanya, siapa yang dalam hidupnya tidak pernah marah sama sekali ? Saya yakin, jawabnya tidak ada.
Setiap orang pasti pernah marah, karena marah itu adalah fitrah. Masalahnya adalah, bagaimana cara orang tersebut mengekspresikan kemarahan.
Setiap orang, berbeda cara meluapkan kemarahan. Dan dari cara
pengekspresian tersebut, kita bisa menganalisa pribadi seperti apa seseorang tersebut.
Buku berjudul “Anger Management”, karya Dandi Birdy dan Diah mahmudah. Saya
rasa sangat perlu dibaca dan dipahami. Mengajak dan menuntun pembacanya,
belajar memetakan diri sendiri. Saya seperti disodori cermin, melihat sejauh
mana bisa mengelola amarah.
-----
Suatu hari, saya pernah dibuat marah yang semarah-marahnya pada anak ragil.
Masalah bermula, gadis kecil ini pengin minuman yang dibeli kakaknya. Padahal
dia sendiri, sudah membeli minuman tapi jenisnya lain.
Sembari merengek dan mewek, merajuk dan minta minumannya ditukar dengan milik
kakak. Sembari bersungut dan ngedumel, saudara tua menyerahkan minuman. Prosesi
pertukaran gelas diiringi letupan kesal, membuat minuman itu tumpah memenuhi
meja.
Saya, ayah yang dengan ransel emosi sedang penuh. Sontak terusik dan
meluapkan amarah. Suasana yang seharusnya riang, berubah kaku dan tegang. Gadis
mungil tertunduk, punggungnya bergerak menahan sesenggukan.
Sesekali, telapak tangan itu mengusap pipi. Citarasa makanan, mendadak
hambar di lidah saya. Nafsu makan mendadak menguap, tak sesendokpun saya
menyuap makanan.
“Sesungguhnya setiap manusia lahir
dengan jiwa yang suci. Seiring dengan perjalanan waktu, ia mendapatkan beragam
pengalaman hidup, baik yang menyenangkan maupun tidak, yang tentunya akan
memberikan warna kepada setiap jiwa di sepanjang kehidupan” Prolog - Anger
Management (halaman 10).
Ya, saya sepakat. Bahwa setiap orang berbeda, termasuk pada cara
mengekspresikan kemarahan. Semua dipengaruhi oleh faktor psikohistoris,
sehingga masing-masing tidak sama outputnya.
Mungkin pada situasi yang sama, dengan pengalaman yang sama seperti saya di
atas. Anda memiliki cara merespon lebih elegan, lebih tenang dan tak terpancing
amarah. Atau mungkin saja, terkesan cuek karena sudah biasa dengan kejadian
serupa.
dokpri |
Bab I : Diantara Banyaknya
Sebab Amarah
Bab pertama "Anger Management” pembaca diajak mengenal masa
rollercoaster kehidupan. Bahwa hidup ini diciptakan dinamis, pun dengan kondisi
emosi setiap orang.
Selalu ada perubahan rasa, suka duka, sedih gembira, berkembang luas sepanjang masa, dan itulah yang disebut cuaca kehidupan.
Selalu ada perubahan rasa, suka duka, sedih gembira, berkembang luas sepanjang masa, dan itulah yang disebut cuaca kehidupan.
Persis seperti roallercoaster, kadang naik dengan cepat dan kemudian
menukik dengan tajam. Bisa terbayang kan, respon setiap orang yang naik
roallercoaster beragam.
Ada yang teriak kencang, ada yang meringis ketakutan, ada tahan nafas dengan wajah pucat pasi.
Ada yang teriak kencang, ada yang meringis ketakutan, ada tahan nafas dengan wajah pucat pasi.
Tetapi jangan salah lho, ada yang wajahnya justru sumringah. Ada yang
bersorak sorai kegirangan, bahwa sempat-sempatnya selfie sembari membuat vlog.
Saya jadi ingat film mr Bean, karakter ini malah tidur saat naik roallercoaster—hehehe.
Saya jadi ingat film mr Bean, karakter ini malah tidur saat naik roallercoaster—hehehe.
Ransel Emosi, seperti dimention di
atas. Bahwa setiap orang, sebenarnya punya bawaan kasat mata yang dimasukkan ke
dalam “ransel emosi”.
Adalah tempat menyimpan aneka perasaan, seperti gelisah, cemas, sedih, senang, sukacita dan sekumpulan rasa buah dari pengalaman masa lalu.
Adalah tempat menyimpan aneka perasaan, seperti gelisah, cemas, sedih, senang, sukacita dan sekumpulan rasa buah dari pengalaman masa lalu.
Ketika emosi negatif, tersimpan di dalam ransel emosi dan belum atau tidak
segera dipulihkan. Maka berpotensi menimbulkan masalah baru di hari kemudian.
Seperti kasus saya, mungkin kala itu masih ada kekesalan yang belum tuntas. Ketika berada pada situasi tak mengenakkan, emosi marah dengan cepat tersulut.
Seperti kasus saya, mungkin kala itu masih ada kekesalan yang belum tuntas. Ketika berada pada situasi tak mengenakkan, emosi marah dengan cepat tersulut.
Masih di Bab I “Anger Management” pembaca diajak membuka diri, terhadap
kekeliruan tentang paradigma emosi.
Pada bagian ini, saya merasa menemukenali musabab penuhnya ransel emosi. Penyebabnya adalah, kita membiarkan ransel emosi penuh akibat kekeliruan paradigma emosi.
Pada bagian ini, saya merasa menemukenali musabab penuhnya ransel emosi. Penyebabnya adalah, kita membiarkan ransel emosi penuh akibat kekeliruan paradigma emosi.
Bahwa laki-laki tabu menangis, aib minta bantuan perawatan kesehatan
mental, bahwa marah itu tabu, toxic positif dan sebagainya.
KANVAS RASA- membaca dari judulnya
saja, benak saya seperti dibawa ke selembar kanvas putih bersih.
Kemudian di atasnya siap dituang aneka warna, sehingga permukaan kanvas itu berubah rupa dan penampilan.
Kemudian di atasnya siap dituang aneka warna, sehingga permukaan kanvas itu berubah rupa dan penampilan.
Memasuki halaman 41, saya disuguhi gambar kuas dan palet yang siap
digunakan untuk melukis di atas kanvas. Dengan sekali membalik halaman, saya
seperti ditarik naik mesin waktu ke masa kecil.
Masa kecil ibarat kanvas (atau kertas) putih, fungsi pengasuhan ayah dan
ibu berperan sangat besar. Hingga kanvas si anak, siap menghadapi dunia luar, yang
akan menuangkan aneka warna di atas kanvasnya.
Luka batin di masa kecil, kalau diabaikan akan memenuhi ruang ransel emosi
anak. Maka kehangatan dan kehadiran ayah bunda diperlukan, agar emosi anak menjadi
stabil dan bersiap diri menghadapi kehidupan yang dahsyat.
Seiring berjalannya waktu, si kecil beranjak besar. Kanvas itu semakin kaya
warna dan goresan, seperti menghadapi bullying, tekanan teman dan lingkungan,
tuntutan akan target pekerjaan, masalah dalam kehidupan pernikahan dan
seterusnya.
Saat ransel emosi semakin penuh, perlu kelihaian mengelola agar bisa
memberi dampak positif. Sehingga
outputnya berupa kebaikan, yang akan mempengaruhi pada hari mendatang.
dokpri |
Amarah yang sempat memerah, mendadak padam seperti disiram air es. Saya adalah ayah yang khilaf itu, tak mau membuang banyak waktu.
Dua tangan ini segera merengkuh tubuh kecil, memeluknya dan meletakkan di atas pangkuan. Saya
benar-benar menyesal, kalah hanya dengan segelas minuman yang harganya tak
seberapa.
Ya Rabb, saya ingin membayar tuntas rasa bersalah, saat itu juga.
Ya Rabb, saya ingin membayar tuntas rasa bersalah, saat itu juga.
Mutiara- Khahlil Gibran (Anger Management, halaman 114)
Seekor tiram berkata pada sahabatnya
“Ada sesuatu dalam diriku yang membuat aku merasa pedih, terasa berat dan
membuatku menderita”
Tiram sahabatnya menimpali dengan bangga dan angkuh “Terima kasih pada
surga dan lautan, aku tidak pernah merasa kesakitan.
Aku merasa sehat dan segar”
Saat seekor kepiting lewat dan mendengar percakapan kedua tiram itu, dan
berkata pada yang sehat dan bugar,
“Kesakitan yang dirasakan sahabatmu adalah mutiara dengan keindahan yang tak terlukiskan.”
“Kesakitan yang dirasakan sahabatmu adalah mutiara dengan keindahan yang tak terlukiskan.”
Setiap kita bisa menemukan mutiara di dalam diri, apabila punya ilmu atau
keahlian dalam pengelolaan emosi.
Skill Self Healing Therapy (SEHAT), bisa dilakukan secara mandiri kapanpun dan di manapun.
Skill Self Healing Therapy (SEHAT), bisa dilakukan secara mandiri kapanpun dan di manapun.
Masih banyak, bagian dari bab di buku ini yang belum saya ulas. Karena
tidak akan cukup, hanya satu artikel menuliskannya. Saran saya, anda membaca
langsung bukunya.
-----
dokpri |
Buku “Anger Management”, terbagi menjadi 7 Bab. Satu bab ke bab berikutnya,
dibuat runut dan siistematis.
Pembaca, seperti diajak mengikuti aliran air di anak sungai. Pemilihan jenis kertas dan front huruf dan ukuran (tebakan saya) 14, membuat mata tidak mudah lelah dan bisa membaca dengan rileks.
Pembaca, seperti diajak mengikuti aliran air di anak sungai. Pemilihan jenis kertas dan front huruf dan ukuran (tebakan saya) 14, membuat mata tidak mudah lelah dan bisa membaca dengan rileks.
Di setiap akhir Bab disediakan lembar “Ruang Rasa”, pembaca bisa menuangkan
uneg-uneg yang mengganjal. Sehingga plong, dan siap mengikuti bab selanjutnya.
Ada yang unik di lembar pertama setiap Bab, ada satu halaman penuh dengan
warna gelap ditimpa tulisan warna kuning kunyit (atau sebaliknya).
Hal yang sama berlaku, pada point penting yang menjadi highlight yang disampaikan.
Hal yang sama berlaku, pada point penting yang menjadi highlight yang disampaikan.
Membaca tulisan di halaman spesial ini, huruf per huruf terkesan menonjol. Sehingga isi yang ingin
disampaikan, sangat mudah ditangkap indera penglihatan kemudian dicerna.
Pemilihan cover cukup tepat, mewakili keseluruhan isi yang ingin disampaikan.
Judul Buku : Anger Management- The Life Skill
Penulis : Dandi Birdy & Diah Mahmudah
Editor : Mia Marianne
Penyelaras : Ophi Ziadiah
Illustrator : Kinanti Keisha MF,S. Julian Hasanah
Desain Halaman : M.Ridho
Desain Cover : Yochanan Pramono
Penerbit : Zenawa Media Giditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA