dokpri |
Maaf sebelumnya, bukannya saya sok higenis atau sok
bersih. Tetapi saya paling tidak bisa nahan bau aneh menyengat, lebih lebih
aroma dari limbah BAB manusia. Saya yakin bukan saya saja, dan hal tersebut
sangat wajar.
Siang itu, di perkampungan padat di daerah Jakarta
Selatan. Bloger dan Vloger diajak mengunjungi perkampungan, ada dua RT
bersebelahan yang satu sadar sanitasi seat dan lainnya abai.
Sungguh saya miris sekaligus prihatin, pipa saluran
buang hajat yang lubangnya langsung ke sungai. Coba kalau pagi hari waktunya
buang hajat, alangkah joroknya pemandangan.
Sementara sungai membelah dua kampung, otomatis aroma tidak sedap
“dinikmati” warga di dua wilayah beda RW tersebut.
Yang ada dipikiran saya, adalah dampaknya terhadap kesehatan
warga (terutama ibu hamil, balita, anak-anak dan orang yang sudah tua). Setiap
pagi udara di kampungnya dipenuhi aroma tak sedap, cepat atau lambat pasti
berdampak pada kesehatan paru-paru.
Maka, sangat penting mengelola sanitasi. Selama ini,
urusan sanitasi masih dianggap “urusan belakang”. Padahal perannya sangat vital,
karena melibatkan kualitas hidup orang banyak. Boleh saja sanitasi dianggap
“urusan belakang”, tapi penangannya musti terdepan.
------
Sudah pada tahu kan, tanggal 19 November adalah
Hari Toilet Sedunia. USAID IUWASH PLUS ( Indonesia Urban Water
sanitation and Higenis Penyehatan Lingkungan untuk Semua) bekerjasama dengan PD
PAL Jaya, mengadakan acara kumpul Blogger dan Vlogger.
USAID IUWASH PLUS, memiliki program berdurasi 5
tahun, dirancang untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses
air minum dan layanan sanitasi, serta perbaikan higenis bagi masyarakat miskin
dari kelompok rentandi perkotaan.
Tema yang diangkat dalam acara Blogger and Vlogger
Gathering, sangat mewakili kerisauan sebagian besar penggiat lingkungan dan
alam, yaitu “Sanitasi Aman Mulai Kapan?”
Bagi saya, yang bergabung dalam sesi visit ke
kampung sadar sanitasi aman dan abai, adalah bukti bahwa di lapangan kesadaran
masyarakat soal sanitasi masih rendah.
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2018, terdapat kemajuan
akses sanitasi (jamban atau toilet) mencapai 74,5% dan 7% diantaranya masuk
kategori sanitasi aman. Sayangnya, pencapaian ini tidak dibarengi dengan penurunan
angka diare dan stunting.
Sementara data Kementrian Lingkungan Hidup tahun
2017, sebesar 75% sungai di Indonesia masih tercemar, dan 60% polutan disumbangkan oleh air limbah
domestik ke sumber air.
Maka dari itu, sekali lagi sangat penting tata
kelola sanitasi yang aman, terdiri dari penampungan air limbah domestik di
tangki septik sesuai SNI. Kemudian penyedotan/ transportasi lumpur tinja sampai
ke unit penholahan, serta unit pengolahan limbah (IPLT) yang berfungsi.
Satu lagi kebiasan yang harus dimulai dari rumah,
yaitu mencuci tangan dengan sabun, untuk meningkatkan tingkat kebersihan (higenis) masyarakat.
Persis seperti pesan Zaidan Umami, Sanitarian yang
bertugas di Puskesmas Tebet, bahwa seharusnya masyarakat diajak “membiasakan
yang benar bukan membenarkan yang biasa”.
Menurut Umami, kategori sanitasi aman adalah sistem
sanitasi yang memutus sumber pencemaran limbah domestik ke sumber air. Sehingga
terbuka akses ke air minum bersih, kemudian pada layanan sanitasi serta
perbaikan perilaku higine bagi masyarakat miskin dan rentan di perkotaan.
Pada kesempatan yang sama, Ika Fransiska, Advisor bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID
IUAWASH PLUS, menjelaskan di hadapan Bloger dan Vloger, bahwa STBM
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), adalah program yang menyasar langsung ke
tingkat rumah tangga. Berfocus pada perubahan perilaku bukan pembangunan sarana,
yaitu membiasakan perilaku masyarakat menciptakan lingkungan sanitasi yang
baik.
Untuk mewujudkan STBM, perlu upaya dan kerja sangat
keras. Mengedukasi masyarakat, tentang tata kelole sanitasi. Misalnya jarak
ideal tang septik dari rumah adalah 10 meter, karena dalam tinja terdapat
bakteri (salah satunya) E Coli. Dalam 100 gram tinja, terdapat ribuan telur cacing
yang didalamnya ada bakteri penyebab diare.
Nah untuk membantu pengolahan limbah BAB, PD PAL
Jaya menyediakan truk pengurasan septic tank. Truk tangki yang dikelola
pemerintah daerah ini, memasang harga yang sangat terjangkau (tidak sampai
400ribu).
Masyarakat yang ingin menggunakan jasa truk
penyedotan, sebaiknya menghubungi hotline 021- 837 02136. Jadi jangan coba-coba
telepon, ke nomor yang ada distiker Sedot WC yang dipasang di pohon di tembok
atau bak sampah warga.
Menurut Pak Subekti dari PD PAL Jaya, saat ini
tersedia 150 truk penyedotan septictank, kemudian akan membawa limbah sampai ke
pembuang akhir, untuk selanjutnya diolah. Dan pada tahun 2020, akan dibuat
perpipaan guna pengolahan tinja, karena tidak mungkin truk penyedot tinja
setiap hari wira wiri melewati jalanan protokol Jakart. “Sisitem perpipaan seperti
jalur MRT tapi dengan diameter kecil” kata Subekti
--------
Kembali ke
visit di perkampungan
Saya yakin, tidak semua orang abai dengan sanitasi
sehat. Termasuk ketika visit di kampung, satu RT sadar dan satu RT belum sadar
sanitasi sehat. Ada lho, beberapa keluarga berinisiatif membuat septictanc
sendiri. Mereka patungan (total 25 juta), demi sanitasi sehat di keluarga
mereka.
Sementara dari pihak RT (yang sadar sanitasi
sehat), mengajak warga membuat sanitasi komunal. Pembuangan disalurkan melalui
pipa, dialirkan ke septictank bersama.
Memang upaya warga sadar sanitasi baru awal, semoga
bisa memantik reaksi warga masih abai. Sehingga sungai yang menjadi milik
bersama, bebas dari polusi akibat aroma tak sedap, sehingga kaum prioritas (ibu
hamil, balita, orang tua) terdampak kesehatannya.
Semoga bermanfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA