dokpri |
Konstelasi Pilpres di awal tahun 2019, (menurut
saya) memberikan pembelajaran berharga bagi bangsa besar ini. Rakyat (seolah)
terbelah. karena perbedaan pilihan politik. Perseteruan terjadi di medsos,
nyaris di sepanjang pesta demokrasi dilangsungkan.
Hujatan cemoohan dua kubu bersebrangan memanas,
seakan tidak menyadari bahwa kita bersaudara. Sampai saya sempat terpikir dan
prihatin, di mana nilai-nilai Pancasila yang mulia itu, Pancasila yang notabene adalah dasar negara. Perilaku
yang jauh dari nilai Pancasila, berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Dan akhirnya saya mendapati jawaban, ketika hadir
dalam Seminar dalam rangkaian Hari Sumpah Pemuda, yang diadakan di gedung Arsip
Nasional RI (ANRI) Cilandak, pada 29 September 2019. Saya tersadarkan, betapa
kita perlu memperkokoh nilai nilai Pancasila, agar hidup di dalam setiap diri.
BPIP atau Badan Pembinaan Ideologi pancasila,
menjadi sarana untuk mengingatkan dan menanamkan kembali keluhuran nilai
Pancasila ( tiba-tiba, benak saya langsung ingat butir butir Pancasila—hehehe)
----
Jujur, selama bekerja dan berkegiatan di Jakarta,
saya baru pertama masuk gedung ANRI di jala Ampera Cilandak Jakarta Selatan. Kesan
pertama datang adalah menakjubkan, ketika diajak menyusuri ruang diorama ANRI.
Saya seperti diajak, menelusuri jejak sejarah masa
lalu perjalanan Bangsa Indonesia. Mengenal nama-nama Pahlawan, yang telah
menanam jasa bagi bangsa Indonesia. Saya masuk ke ruang, ketika para pemuda bersatu,
mengumandangkan Sumpah Pemuda. Dan bulu roma sempat merinding, ketika diperdengarkan
rekaman lagu Indonesia Raya asli dengan tiga stanza.
dokpri |
Kemudian saya bergeser, sebuah ruang yang menggambarkan
suasana tahun 1965. Ketika tujuh jendral diculik dan dikubur di sumur tua di
daerah lubang buaya, kemudian mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Masa kritis ini
justru menjadi pembuktian, betapa kalimat Pancasila Sakti bukan sekedar slogan
belaka.
Susana pelengseran Presiden Suharto tahun 1998,
menjadi bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia. Kala itu krisis moneter
melanda, rakyat di berbagai tempat kelimpungan akibat bahan pangan mahal. Saya
sedih mengingat dan turut mengalami masa itu, penjarahan terjadi dimana-mana dan
kerusuhan (pada etnis) tak bisa dielakkan.
Sekali lagi, penting kita kembali ke nilai nilai
Pancasila. Agar perbedaan yang ada tetap terpertahankan, tetapi justru membuat erat
tali persaudaraan. Karena sejati perbedaan, adalah kekayaan bangsa Indonesia.
Tentang
Badan Pembinaan Idelogi Pancasila
Dr. Lia Khian,
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, dihadapan Blogger dan peserta seminar,
menyampaikan, bahwa Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) adalah lembaga yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Bertugas membantu Presiden, dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi
Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan
ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan.
BPIP bertugas melaksanakan
penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan, memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap
kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga
tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial
politik, dan komponen masyarakat lainnya.
Ki-Ka ; Muchlis PaENi (sejarwan), Drs Imam Gunnarto, Lia Khian -dokpri |
BPIP merupakan
revitalisasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)
berproses 2017. Sesuai amanat Kepres, kini BPIP menjadi badan setingkat Mentri.
Memiliki ketua, yaitu Hj. Megawati
Soekarno Putri, Wakil Ketua, Jend Purn
Tri Sutrisno, dan dewan pengarah yang mewakili tokoh lintas agama, ada ulama,
pendeta, Budhis, Hindu, dan sebagainya.
“BPIP harus
hadir di ruang publik,” telas Lia
Khian. Karena BPIP harus didukung seluruh masyarakat, keberadaannya menjadi
tanggung jawab kita bersama.
-----
Jasmerah, atau Jangan melupakan sejarah, quote ini
cukup familiar di telinga saya. Sepanjang menelusuri diorama di ANRI, pengunjung
diajak untuk tidak melupakan sejarah.
Drs. Imam
Gunarto, Deputi Bidang Informasi dan Pengembangan Sistem Kearsipan (IPSK), menyampaikan,
arsip adalah sebuah rekam jejak, menjadi tugas kita bersama untuk memahami dan
menjaga arsip, agar bisa dikembangkan menjadi sebuah peradaban.
Imam Gunarto-dokpri |
Saya mengamini penjelasan Imam Gunarto, nyatanya
hanya di ANRI saya bisa mendengar suara dan video asli, seorang Ki Hajar
Dewantara sang tokoh pendidikan yang namanya termasyur itu. Bayangkan kalau
tidak ada pihak, yang khusus mendokumentasikan arsip berharga ini. sangat
mungkin, video luar biasa tak ternilai akan hilang begitu saja.
Selanjutnya masyarakat terlupakan, dengan fakta
sejarah yang akan menjadi pondasi membangun bangsa di masa mendatang. Maka dari
itu, ANRI ingin mengangkat arsip sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.
Sehingga masyarakat tercerdaskan, dan bangga sebagai bagian dari bangsa yang
besar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA