Goodwork |
Festival film tahunan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), kembali
merayakan perkembangan sinema Asia di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai tanggal
19 November hingga 23 November 2019 mendatang. Di usia ke-14, JAFF
mengusung tema “Revival” yang menempatkan festival film sebagai bentuk
panggilan untuk merefleksikan lebih dalam dan mengangkat kembali kekayaan
sejarah dan peradaban Asia.
Meskipun kolonialisme merupakan pengalaman yang
telah merendahkan martabat bangsa Asia, hal tersebut memberikan dasar bagi
bangsa Asia membangun masa depan melampaui peradaban Barat.
“Kami ingin mengajak para penonton
untuk memilah manakah warisan dari budaya Barat yang mesti di-Asia-kan dan
manakah unsur-unsur sejarah Asia yang mesti digali dan dilestarikan. Pada
dasarnya, kami berharap Bangsa Asia sadar bahwa mereka mesti lebih banyak
belajar dengan sesamanya ketimbang pada masyarakat Barat.”, ungkap Budi
Irawanto selaku presiden JAFF.
Tahun ini, JAFF 14 akan
dilaksanakan secara terpadu di satu kawasan yang berpusat di Empire XXI
Yogyakarta. Sebanyak 107 film akan ditayangkan dalam program pemutaran JAFF
yang terbagi menjadi program kompetisi dan non-kompetisi, antara lain Asian
Perspectives, Asian Feature, Light of Asia, JAFF Indonesian Screen Awards, dan
Open Air Cinema.
"Pemilihan film di setiap program JAFF tahun ini
dilakukan dengan melihat banyak pertimbangan. Bukan hanya teknis yang bagus
atau penceritaan yang baik semata, melainkan juga dari perspektif bagaimana
film bisa membawa sikap dan argumen yang jelas dari sebuah peristiwa yang
terjadi dari sudut pabdabf pembuatnya mengenai banyak hal-hal yang dibawa ke
dalam film tersebut", ujar Reza Fahri, program director JAFF tahun ini.
Bersamaan dengan memperingati 100
tahun sinema Bengali, JAFF 14 juga menayangkan sejumlah karya terbaik dari
sinema Bengali yang sudah melakukan produksi sejak 8 November 1919.
"Keberadaan sinema Bengali dalam JAFF 14 adalah salah satu wujud refleksi penggalian identitas diri sinema Asia yang telah hadir sejak seabad yang
lalu", tutur Ifa Isfansyah selaku direktur festival JAFF.
Selain program pemutaran film,
JAFF 14 menyuguhkan beberapa program edukasi yang terdiri dari Art for
Children, Public Lecture, dan Forum Komunitas. JAFF Education sebagai program
Masterclass yang merupakan program lokakarya film untuk pemula juga tidak akan
ketinggalan memeriahkan JAFF tahun ini. Program edukasi juga tidak hanya
berfokus pada perfilman namun edukasi seni secara umum.
"Tahun ini, kami
berkolaborasi dengan Tempa sebagai seniman yang membuat artwork festival",
ujar Ajish Dibyo selaku Executive Director JAFF. "Selain itu, ada aktivasi
program edukasi seni untuk anak-anak dalam bentuk membuat kolase dan stempel
sebagai upaya JAFF menumbuhkan minat seni sedari dini", tambahnya.
Program JAFF Education yang
merupakan sebuah program lokakarya akan menghadirkan salah satu rigging
gaffer profesional asal New Zealand, Sean O'Neill. Sean O'Neill ikut
terlibat dalam departemen sinematografi beberapa film Hollywood seperti The
Great Wall (2016), Alien: Covenant (2017), dan yang terbaru Mulan (2020).
Penyelenggaraan JAFF 14 akan
dibuka oleh film Abracadabra arahan sutradara Faozan Rizal. Abracadabra yang
dibintangi oleh Reza Rahadian akan ditayangkan secara perdana dan akan
menyuguhkan sebuah drama-komedi seorang pesulap bernama Lukman yang berusaha
menggali kembali gairahnya pada dunia sulap.
Selain itu, Humba Dreams, sebuah
film karya Riri Riza juga akan menjadi film yang disuguhkan di JAFF 14. Humba
Dreams yang dibintangi oleh J. S. Khairen mengisahkan tentang seorang mahasiswa
sekolah film Jakarta yang pulang ke Sumba untuk sebuah tugas yang tak mudah.
Perjalanan mempertemukan Martin dengan Anna (Ully Triani) dan berbagai
pertanyaan tentang Humba dan dirinya perlahan menemukan jawaban.
"Tahun ini, dinamika film
Indonesia sungguh menarik. Ini yang membuat kurasi kompetisi JAFF ISA tidak
mudah. Namun eksplorasi cerita, tema, dan sikap personal para filmmaker menjadi
perhatian yang ingin kami dalami dalam seleksi ini.", ujar Kamila Andini,
direktur artistik JAFF 14.
Sebagai
salah satu festival internasional terbesar di Indonesia, tercatat 23 negara
akan terlibat dalam penyelenggaraannya. Ketigapuluhdua negara tersebut antara
lain Indonesia, Filipina, Kamboja, Cina, Australia, Iran, Korea Selatan,
Singapura, India, Vietnam, Jepang, Thailand, Kyrgyzstan, Sri Lanka, Bhutan,
Jordan, Malaysia, Uzbekhistan, Tibet, Hongkong, USA, Georgia, dan Bangladesh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA