dokpri |
Saya turut prihatin, mendengar dan membaca berita,
bahwa kota Jakarta mengalami penurunan tanah 7 – 12 cm/ tahun. Kalau hal ini
terus dibiarkan, betapa ngerinya kondisi Jakarta pada sepuluh atau duapuluh
tahun yang akan datang. Kepedulian kita sangat dibutuhkan, karena kalau bukan
kita siapa lagi.
Kementrian ESDM RI melalui Badan Geologi, melakukan
kampanye penyelamatan air tanah Jakarta. Diantaranya melalui Car Free Day (CFD) pada minggu 15
September 2019, kemudian juga mengundang awak media dan Blogger pada Media Gathering
Penyelamatan Air Jakarta pada 15 Oktober 2019.
----
Tak dipungkiri, air tanah merupakan sumber air
tawar terbesar di bumi, sekira 50% penduduk bumi bergantung pada air tanah untuk
berbagai kebutuhan dasar.
Coba kita perhatikan, setiap hari kita mencuci
baju, mengepel, menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan sebagainya dengan air
tanah. Kalau separuh penduduk bumi melakukan kegiatan serupa, maka berapa
banyak air tanah yang ada di planet bumi ini digunakan.
Sementara di Jakarta saja, kebutuhan masyarakat
akan air bersih diperkirakan mencapai 847 juta meter kubik per tahun. Sedangkan
layanan air bersih PDAM Jakarta, baru memenuhi sekitar 62% sisanya masih menggunakan
air tanah.
Pengambilan air tanah yang masif, niscaya akan
menyebabkan turunnya muka air tanah sekaligus penurunan tanah (landsubsidence).
Media Gathering bersama mentri ESDM Ignasisus Jonan-dokpri |
Tiba-tiba saya kepikiran, satu gedung pencakar
langit saja di jalan protokol Jakarta, berapa ribu meter kubik air tawar
dibutuhkan perharinya. Padahal, ratusan gedung pencakar langit ada di
metropolitan.
Pada acara Media Gathering, diputar video yang
mengabarkan di wilayah Jakarta Utara telah terjadi penurunan muka air tanah dan intrusi
air laut secara nyata. Pada 2013, di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta
sekitar – 45 meter di bawah permukaan laut (m.dpl). Kemudian pada 2018
mengalami perubahan positif, terpantau muka air tanah terendah di Jakarta Utara
pada level – 35 m.dpl.
Laju penurunan permukaan tanah tertinggi, adalah 12
centimeter/ tahun di daerah Ancol Jakarta Utara terpantai alat GPS Geodetik.
Faktor lain penyebab penurunan tanah di Jakarta, adalah kompaksi tanah secara
alamiah, pembebanan akibat pembangunan dan geotektonik.
Kementrian ESDM melalui Balai Konservasi Air Tanah
dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, pada 2014 membentuk Balai Konservasi
Air Tanah (BKAT) di Jakarta.
BKAT ini berfungsi untuk mengelola air tanah di CAT
Jakarta, agar upaya penanganan permasalahan air tanah bisa dilakukan secara
lebih serius melibatkan semua stakeholder terkait.
Sejauh ini yang sudah dilakukan BKAT, adalah
memantau kondisi air tanah, memantau penurunan permukaan tanah, optimasi upaya
konservasi dengan pengembangan tekonologi konservasi, pelayanan rekomendasi
teknis, pelayanan data serta informasi air tanah secara elektronik.
Dan (menurut saya) terlihat tegas, adalah kerjasama
Kementrian ESDM dengan Pemprov DKI Jakarta melakukan pengetatan pengambilan air
tanah, dan penindakan terhadap pengguna aiar tanah yang tidak sesuai aturan.
Pengadaan sumur pantau - dokpri |
Saya percaya pepatah “hasil tak mengkhianati
usaha”, ada perubahan positif terkait kebijakan tegas ini. beberapa wilayah CAT di Jakarta Utara,
terjadi kenaikan kedudukan muka air tanah. Misalnya di Kawasan JIP Pulogadung,
melalui sumur pantau Badan Geologi, pada tahun 2016 tercatat kenaikan muka air
tanah ada 2,45 meter dan muka airtanah saat ini pada posisi 20,01 m.dpl.
Sementara hasil pemantauan kualitas air tanag pada
277 titik sumur, memperlihatakan bahwa akuifer tertekan dengan kedalaman
akuifer 40-140 meter memiliki ptensi aortanah dengan kualitas lebh baik
dibandingkan dengan akuifer tidak tertekan (kedalaman 0-40 meter).
Perubahan positif ini perlu dibarengi dengan
pengembangan teknologi artificial recharge seperti pembuatan sumur resapan,
sumur imbuhan, biopori dan kolam resapan untuk membantu proses peresapan air
hujan ke dalam akuifer.
Sehingga dapat dimanfaatkan secara sustainable,
melihat resapan wilayah CAT jakarta semakain sedikit dikarenakan pembangunan
yang semakin pesat setiap tahun.
Bloger di Media Gathering ESDM-dokpri |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA