dokpri |
Sebagai makhluk mulia, manusia dimungkinkan melihat
dari sudut pandang positif pada setiap kondisi dan atau keadaan yang terjadi. Dari
sikap optimis itulah, konon membuat manusia bisa survive di segala situasi.
Hera F
Haryn, EVP Sekretaris dan Komunikasi Perusahaan BCA, menyampaikan di awal acara
Kafe BCA 11 – Economy Outlook 2020 ; Capturing Opportunities to Growth, bahwa Ekonomi Outlook 2020 adalah momentum untuk
mencari solusi. Hera mengajak untuk jangan mengeluh dan melulu menggerutu, tapi
focus melihat peluang untuk bertumbuh.
Saya sepakat dengan Bu Hera, bahwa selalu akan
selalu ada peluang, bahkan di tengah keterpurukan sekalipun. Tetapi bahwa hal
tersebut, musti dibarengi dengan wawasan mumpuni.
Karena dengan keluasan perspektif itulah, maka manusia bisa menemukan celah dan peluang yang ada.
Karena dengan keluasan perspektif itulah, maka manusia bisa menemukan celah dan peluang yang ada.
Hera F Haryn- dokpri |
----
Acara Kafe BCA 11 tampak hidup, dengan dipandu News
Anchor ternama Bayu Sutiono, dengan menghadirkan tiga narasumber yang kredibel
di bidangnya.
Barsum pertama Dr.Piter
Abdullah Redjalam, Direktur Riset Core Indonesia, menyampaikan, bahwa ada
yang memprediksi ekonomi tahun depan suram. Dan tahun ini diperkirakan bank
dunia, pertumbuhan perekonomian Indonesia di angka 5.0%.
Kemudian menyoal target pertumbuhan ekonomi tahun
depan di angka 5.3%, Piter melihat persoalan realistis atau tidak bukan dilihat
angka target. “tetapi target harus disebandingkan dengan upaya yang dilakukan,”
jelas Piter.
Menurut Piter, setidaknya ada dua sudut pandang untuk
melihat target pertumbuhan perekonomian yang ditetapkan. Dari sudut pandang “Baseline”, bahwa kebijakan yang diambil pemerintah dan target musti disebandingkan.
Kemudian dari sudut pandang optimis, bahwa kalau proyeksi semua kebijakan ideal benar-benar diambil pemerintah, maka pertumbuhan perekonomian bisa melebihi target ditentukan.
Kemudian dari sudut pandang optimis, bahwa kalau proyeksi semua kebijakan ideal benar-benar diambil pemerintah, maka pertumbuhan perekonomian bisa melebihi target ditentukan.
Tetapi sebelum sampai pada upaya, kita musti mengetahui
kondisi ekonomi global dan domestik. Ada kondisi global yang (mau tidak mau) mempengaruhi
Indonesia, seperti adanya perang dagang Amerika dan China, ketegangan di Timur
Tengah, akan berdampak pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditi.
Ki-Ka ; Piter Abdullah, David Samual, Febrio Kacaribu-dokpri |
Tak bisa dipungkiri, struktur ekonomi Indonesia
masih tergantung pada produk komoditas. Maka akan sangat sulit memanfaatkan situasi
perang dagang. Dalam jangka waktu satu tahun, tidak mungkin bisa mengubah
struktur kondisi ekonomi.
Nah, pada titik ini kita bisa melihat peluang baru
di dalam negeri, yaitu Bank Central akan membuat kebijakan yang lebih longgar. Salah
satunya menurunkan suku bunga, sehingga memungkinkan masuknya aliran modal sehingga
tekanan rupiah berkurang.
Piter memprediksi kondisi domestik, akan mengalami
defisit neraca perdagangan, yang berdampak pada melebarnya current account.
Tahun depan diharapkan, tekanan terhadap rupiah mulai berkurang sehingga
inflasi rendah dan nilai tukar terjaga.
Pada kesempatan berikutnya, marsum David Samual, Kepala Ekonom dari BCA, menyampaikan
bahwa kebijakan moneter (kerap diinterpretasi negatif) bukan satu-satunya
penentu arah. Sejauh ini Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan 5%, BCA merespon
dengan melakukan transformasi digital.
Selaku nasabah BCA, saya sangat akrab dengan
internet Banking BCA, mobile Banking BCA, Flazz BCA, e-wallet Sakuku dan
sebagainya. Saya sudah merasakan sendiri, betapa praktis dan simpelnya
transaksi perbankan melalui mobile Banking BCA.
Masih menurut David, kebijakan moneter bank
central, berfungsi sekedar mengarahkan sehingga timbul confidence pada pebisnis
dan konsumen. Keputusan, tetap di tangan pebisnis dan konsumen. Indonesia dinilai
sangat kuat dari sisi konsumsi domestik, terbukti pada saat krisis global 2008 masih
tumbuh diatas 4.6. kebijakan antisipasi masih bisa dikonter.
Kondisi ini masih lebih baik dibanding dengan negara
tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, yang masih tergantung pada perdagangan
international, sehingga rentan krisis global.
Selanjutnya,
Febrio Kacaribu, selaku Peneliti
Senior LPEM Universitas Indonesia,
memaparkan kenyataan, bahwa dari 17 sektor perekonomian di Indonesia, yang paling
dominan adalah manufaktur, pertanian, perdagangan. Sementara tiga sektor,
dengan pertumbuhan luar biasa sampai 8,9 %, yaitu sektor jasa, sektor
pergudangan dan transportasi.
Sektor yang menarik di tahun 2020, adalah edukasi
services yang mengimbangi upaya pemerintah mendorong SDM. Kemudian sektor
kesehatan (human health), tidak hanya Rumah Sakit, tetapi Spa atau refleksi mulai
bermunculan dan bertumbuh.
Sementara di kalangan milenial, yang tak bisa dibendung adalah berkembangnya
sektor digital ekonomi Indonesia. Potensi internet ekonomi tumbuh pesat, tampak
dari terbukanya peluang di e-comerce. Seberapa jauh internet ekonomi tumbuh, tergantung seberapa serius pemerintah
menarik investor.
Kafe BCA 11-dokpri |
------
23 Oktober 2019, Presiden Ir. H Joko Widodo
mengumumkan nama-nama Mentri di Anggota Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Pada posisi
Mentri Keuangan, diduduki nama yang sama dengan kabinet sebelumnya yaitu ibu
Sri Mulyani. Sementera Mentri Koorninator Bidang Perekonomian, adalah Airlangga
Hartanto.
Keduanya memang bukan nama baru, tetapi mengemban
harapan besar seluruh masyarakat Indonesia, yaitu perekonomian Indonesia 2020
semakin cerah, sehingga kesejahteraan masyarakat akan terwujud.
Dan Kafe BCA adalah upaya Bank BCA, turut
mencerdaskan masyarakat, melalui tema yang sedang ngetren. Melihat setiap
permasalahan dari sudut pandang positif, meyakini selalu ada peluang bahkan di
tengah ketidakpastian.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA