Kriyanusa 2019-dokpri |
Yang dari luar Sumbar, ada yang tahu apa itu “Makan
Bajamba.” Jujur, saya (dari Jawa) masih asing istilah ini, sampai akhirnya menemui
ruangan yang disetting unik untuk acara adat. Makan Bajamba adalah acara makan,
yang dilaksanakan pada acara adat Batagak Pangulu atau acara- acara alek gadang
di Minangkabau.
Tradisi makan berempat mengelilingi satu piring
besar, uniknya masing-masing bagian tidak boleh mengotori bagian lainnya. Jadi setiap
orang menyuap bagian makanannya sendiri-sendiri, dan tidak boleh mencampuri
bagian yang lain. Makan bajamba adalah simbol berbagi kesenangan tapi tidak boleh
saling merugikan, kenikmatannya ada pada rasa kebersamaan dan diatur dalam satu
tata tertib.
Saya menjumpai setting lokasi Makan Bajamba di
gelaran #Kriyanusa2019, adalah pameran tahunan kerajinan terbesar yang diselenggarkan
Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), diselenggarakan pada 11-15 September 2019,
di Balai Kartini Jakarta Selatan.
Kriyanusa 2019 mengangkat tema “Peningkatan Daya
Saing Produk Kerajinan Melalui Pengembangan Kreatifitas & Kewirausahaan.” Dalam
acara temu Netizen (9/9’19), Triana
Rudiantara selaku Ketua bidang
Promosi dan Publikasi Kriyanusa 2019, menyampaikan, bahwa gelaran Kriyanusa 2019 sebagai cara memberi ruang kepada para perajin Indonesia untuk
memperkenalkan produk unggulan hasil
kerajinan daerah ke masyarakat lebih luas.
Sejumlah BUMN dan kementrian turut andil di
Kriyanusa, dengan memfasilitasi binaannya. Terdapat 246 stand, terdiri dari 37
Stan Kementrian dan BUMN, 170 stand Dekranas, 25 stand individu, 8 stand mitra
dan 6 stand asosiasi.
Selanjutnya, Triana Rudiantara melalui netizen, mengajak
masyarakat datang ke Pameran Kriyanusa 2019, Dan untuk masuk arena pameran tidak
dikenakan tiket alias gratis. Selain itu, produk ditawarkan juga original dan
otentik, bukan produk yang dibuat secara massal.
------
Jumat, 13 September 2019, saya datang ke Kriyanusa,
menyusuri stand demi stand, rasanya seperti menjelah daerah demi daerah di bumi
Nusantara. Ruang Makan Bajamba, yang saya sampaikan di awal tulisan, berada di persis
di depan pintu masuk arena – jadi sangat eye cacthing.
Terdiri dari 4 kursi yang berjajar lurus menghadap
meja, kemudian berjajar berhadapan dengan empat kursi lain di seberang meja. Ada
pemisah pada jajaran kursi kedua, mengingat tradisi ini untuk empat orang menghadap
satu piring besar.
Warna merah marun dan warna keemasan, tampak
mendominasi di setiap alat dan ornamen yang digunakan Makan Bajamba. Mulai dari
kursi, meja, karpet, kemudian diberi latar papan berbentuk rumah gadang besar.
setting Makan Bajamba -dokpri |
Kesan pertama saya tangkap, baru di Sumatera Barat
saja sudah ada aneka tradisi yang belum tereskspos, bagaimana dengan daerah
lainnya. Sungguh, betapa Indonesia adalah negeri yang kaya dengan aneka ragam
budaya.
Bergeser sedikit ada stand dari Kementrian Koperasi
dan UMKM, terdapat booth Batik Kartini, Prato, Vany Songket, Tas produksi Alra
Makmur Cahaya Selaras, Indonesia kaya akan batik, kalau selama ini sependek pengetahuan
saya, bahwa batik identik dengan jawa tengah saja ternyata salah.
Nyaris di setiap daerah punya batik khas, ada batik
yang buatan Bogor, Banten, Jawa Timur, Bali, kalimatan, Dayak dan masih banyak batik
dari daerah lainnya.
Kerajinan porselen dari Ngadirejo Boyolali, merupakan
bagian dari kekayaan kerajinan bangsa ini. Home made keramic, menghadirkan
procelen yang dibuat dengan tangan (tanpa mesin pencetak), sehingga setiap
porcelen berbeda dan memiliki keunikan sendiri.
Jepara terkenal dengan ukiran, di Kriyanusa 2019
ada pengrajin ukiran dari Sukodono, Tahunan Jepara- Jawa Tengah. Mereka
mempersembahkan meja kursi untuk indoor dan outdoor, cermin hias, lemari,
buffet, meja dandan dan aneka furniture bisa dipilih sesuai selera.
stand i kriyanusa 2019-dokpri |
Tidak hanya pameran kerajinan saja, di panggung
utama, pengunjung bisa mengikuti acara-acara menarik. Setiap hari digelar
fashion show, wokshop, pentas seni budaya, padu padan wastra Nusantara, serta
live music.
Acara semakin komplit, ada arena food court yang
menjajakan aneka masakan dari berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya saya datang
kepagian (mengejar sholat Jumat), sehingga food court belum buka karena juga
belum jam makan siang—hehehehe.
-------
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo, Widodo Muktiyo -dokpri |
Temu Netizen, adalah bentuk uluran tangan Kementrian
Komunikasi dan Informatika, menggandeng warganet untuk menyosialisasikan KriyaNusa
2019. Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo, Widodo Muktiyo,
menyampaikan, bahwa dukungan sosialisai
melalui warganet ditujukan agar masyarakat mengetahui event yang akan
mempertemukan perajin seluruh Nusantara.
Sementara Septriana Tangkary, Direktur Informasi
dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Ditjen IKP, menyampaiakan bahwa
KriyaNusa sangat penting, sebagai bagian dari upaya memajukan produk kerajinan
Indonesia utamanya UMKM dan mengangkat perekonomian rakyat.
Ki-ka : Yosh, Septriana Tangkary, Triana Rudiantara, Euis Saedah- dokpri |
“Seberapa Indonesiakah kalian ?” tanya Kak Yozh
Aditya pemandu acara Temu Netizen 2019. Saya yang ikut maju di panggung menjawab, kebetulan
memakai baju luar lurik (Jawa Tengah), dirangkap baju kurung bahan kain songet (Palembang
Sumsel), kemudian sepatu kulit dari Pengrajin kulit di Magetan.
Tiga teman lain juga maju, menjawab dengan versi
masing-masing, ada yang membawa tas, kain batik, anting, gamis. Dan untuk
keberanian menerima tantangan “seberapa Indonesia”, kami mendapat souvenir
berupa uang elektronik.
Euis Saedah, Sekretaris Jenderal Dekranas, tak
kalah Indonesia, mulai dari baju, syal, tas pinggang yang dipakai dibeli dan berasal
dari perajian yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Satu tas unik,
dihadiahkan kepada netizen yang berhasil menjawab tantangan.
Btw, mumpung masih ada dua hari lagi (hari ini dan
besok), yuk buruan datang ke Kriyanusa 2019. Jangan salah alamat ya, di Balai
Kartini Jalan Gatot Subroto Kav 37 Jakarta Selatan ya, biar nggak bingung carai
di google map saja.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA