illustrasi-dokpri |
Sampai hari ini, saya masih berupaya keras menjaga
gaya hidup dan pola makan yang baik. Pasti tidak selalu berjalan mulus, tapi
justru saya disadarkan pada satu hal, bahwa konsisten dan mempertahankan komitmen
butuh usaha tidak sedikit.
Maka untuk tetap menjaga semangat hidup sehat, saya
kerap membaca, melihat, mendengar materi yang bia mendukung tujuan saya.
Saya punya chanel youtube favorit, sudah lama
disubscribe dan klik lonceng reminder. So, saya tak pernah ketinggalan menonton,
kalau chanel ini meng-upload-an video terbaru dan mengirim notofikasinya.
Si pemilik chanel youtube adalah Desak Made Dewi
Hughes (akran disapa Hughes), presenter program televisi yang dulunya bertubuh
tambun, dan kini bertransformasi menjadi
lebih langsing dan sehat.
-----
Menjalani diet –saya rasakan-- , layaknya seperti menempuh
proses kehidupan lainnya. Seperti bekerja, berumah tangga, sekolah dan kegiatan
lainnya. Ada naik turunnya, ada saat bersemangat dan malas, ada keadaan pengin
nyoba konsumsi ini da itu tanpa saring.
Namanya juga manusia, secara psikologi tidak
lempeng terus menerus. Ada saat jenuh datang, sehingga pengin mencoba hal di
luar kebiasaan. Biarlah sekedar naik
turun, yang penting tidak keterusan dan kembali ke jalan semula.
Soalnya repot, kalau setelah nakal ternyata tidak balik jalan,
berarti berniat tidak melanjutkan diet. Kalau sudah begitu, berarti rela
kembali pada kondisi tubuh seperti saat sebelum diet.
Tubuh balik gemuk, jarum timbangan tidak ramah di
penglihatan, bersedia punya jadwal rutin kerokan, badan mudah kecapekan dan nafas ngos-ngosan
kalau dipakai jalan atau lari sebentar saja.
Sayangkan kan, sudah capek capek diet, kalau di
tengah jalan hilang motivasi dan putus asa. Semua keputusan (entah benar atau
salah), akibatnya kita sendiri yang merasakan.
***
Ada satu episode di chanel Hughes, yang sangat
menarik dan menguatkan semangat hidup sehat saya jalani. Topik bahasan memang cukup
menggelitik, adalah analogi niat diet dan kenapa akhirnya bisa gagal.
Begini saya kisahkan ulang versi saya:
Anggap ada dua rumah ( Rumah A dan Rumah B)
bersebelahan, keduanya akan kedatangan tamu istimewa pada waktu yang
berdekatan. Kedua pemilik rumah exited, persiapan dilakukan masing masing sesuai
apa yang ada di benak pemilik rumah.
Pemilik Rumah A mempersiapkan diri dengan maksimal,
dinding dicat dengan warna cerah, semua lantai langsung dibersihkan, mengganti
korden dengan yang baru, menyemprot pengaharum ruangan dan lain sebagainya.
Sedangkan pemilik rumah B, melakukan persiapan
sewajarnya saja. karena sudah terbiasa
bersih-bersih setiap hari. kebiasaan mengganti korden, menyemprot pengharum
ruangan, mengganti cat rumah silakukan secara berkala. Jadi pada saat tamu
hendak datang, mana yang belum waktunya diganti ya tidak dilakukan.
Pada hari yang ditunggu-tunggu, akhirnya tamu
istimewa datang lebih dulu ke rumah A. Untuk menuju rumah A, --karena posisi
rumah -- si tamu musti melewati rumah B.
Pada saat mengobrol di rumah A, si tamu berkomentar
memberi kesan tentang si B “Rumah B dari luar tampak bersih dan terawat.”
Empunya rumah A meski tetap berusaha santun, tapi dalam hati sebenarnya panas
dan tidak terima.
Berikutnya si tamu spesial pindah ke rumah B, pada
saat ngobrol si tamu menyampaikan kesan tentang rumah A“bahwa udaranya harum,
korden dan lantainya bersih dan seterusnya.” Pemilik rumah B menanggapi komentar tamu dengan wajar, bahkan
bisa jadi menambahi dengan hal positif tentang pemilik rumah A.
Besar kemungkinan bisa terjadi, si A sakit hati dan
tidak meneruskan merawat rumahnya. Gara-gara komentar tamu spesial, yang
memberi kesan baik pada rumah B.
Sementara pada pemilik rumah B, kebiasaan membenahi
rumah tidak akan berubah, meskipun mendengar kesan si tamu spesial terhadap
rumah A.
Terus bagaimana kaitannya dengan diet ?
Diet, yang diniatkan agar mendapat komentar
langsing, agar di feed instagram keren, agar muka tampak tirus saat di kamera. Maka ketika mendapati komentar tidak sesuai
keinginan, ujung-ujungnya marah, putus asa, bisa-bisa tidak mau meneruskan
diet.
Berbeda dengan niat diet untuk kenyamanan (baca
sehat), bahwa kalau badan sehat, tidak mudah capek, nafas tidak gampang
ngos-ngosan, maka tidak mudah terpengaruh, dengan komentar orang lain.
Pujian atau komentar miring ditanggapi seperlunya,
tidak tersinggung apalagi putus asa. Karena diet sudah menjadi gaya hidup, diniatkan
untuk kesehatan sendiri, sedangkan badan langsing dianggap bonus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA