Menimbang kambing di mitra DD- dokpri |
“Mbeeeek- Mbeeeek, Mbeeek- Mbeeeek”
Sekawanan kambing diturunkan paksa, berjalan setengah
diseret agar keluar dari ‘kerangkeng’
pengap di dalam mobil box. Rasanya tidak harus menjadi nabi Sulaiman, untuk menerjemahkan
arti embekan sekumpulan kambing ini.
Batin ini tersayat pilu, mendengar nada suara merana
hewan ternak tersebut, saya menangkap dan merasakan kalau pemilik suara
sedang dilanda ketakutan dan stres.
Kambing ini hendak dijual pedagang musiman, dalam rangka hari Raya Idul Adha. Namun sayang, perlakuan penjual semena-mena. Hal ini sangat kontras, dengan perlakuan terhadap calon kambing Kurban, yang saya dapati di desa Cikondong Cianjur, salah satu mitra Dompet Dhuafa (DD).
Dari beberapa artikel saya baca, penyebab kambing
stres diantaranya, mendapat perlakuan kasar (misal diseret, dipukul supaya mau
jalan), diletakan di ruangan sempit, minim sirkulasi udara dan susah bergerak
(biasanya kalau dibawa keluar kota, kambing dimasukan kandang darurat dan
berdesak-desakan), kemudian dibawa ke lingkungan bising dan seterusnya.
Konon menurut tukang jagal ( pernah saya temui saat Idul Adha), kambing yang disembelih dalam keadaan stres, darahnya tidak mengalir sebagaimana mestinya, sehingga olahan dagingnya menjadi alot dan berbau prengus.
Pernah kan, mendengar istilah prengus? Jadi aroma
khas kambing masih menyisa (atau terbawa), setelah daging kambing diolah
menjadi makanan.
Seperti layaknya manusia, kambing juga senang mendapat
perlakuan baik, cukup makanan, tinggal di tempat representatif, dijaga kebersihan dan kesehatannya, sehingga kecil kemungkinan terkena stres.
Masih menurut tukang jagal kambing, saat hendak disembelih sebaiknya jangan mengasah pisau di depan kambing (ini
pemicu stres juga). Kemudian disembelih dengan sekali tebas, agar kambing tidak
menanggung sakit terlalu lama.
Subhanalloh, sungguh mulia agama islam, sebegitu detil sampai mengatur adab
memperlakukan dan menyembelih kambing (hal sama berlaku pada hewan ternak
lainnya)
-------
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan
penyembelihan(kurban), supaya merea menyebut nama Allah terhadap binatang
ternah yang telah direzekikan Allah kepada mereka” QS. Al Haj ; 34
di kandang kambing - pic by Refika |
Sungguh, segar udara di Desa Cikondong, Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur siang itu. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, menghirup
nafas panjang dan dalam sepuas-puasanya.
Seketika udara segar memenuhi rongga dada, membantu
membersihkan paru-paru, membuat rasa kantuk, penat dan kecapekan menyingkir
setelah perjalanan jauh dari Jakarta.
Awal bulan July yang seru, DD mengundang
Blogger dan Jurnalis, turut serta dalam acara Sociotrip Kurban Cianjur. Kalau mencermati
timeline medsos, beberapa teman
berangkat ke tanah suci, mengingatkan kita bahwa Idul Adha sudah dekat.
Hari raya kurban, identik dengan kisah Nabi Ismail
dan ayahandanya yaitu nabi Ibrahim, yang berhasil melewati ujian keimanan
sangat dahsyat. Kita umat akhir jaman, memperingati hari besar ini,
dengan sholat Idul Adha dilanjutkan menyembelih hewan kurban.
Bagi bapak, ibu, teman-teman, kakak, adik yang
berkurban, pasti tidak mau kan, membeli hewan kurban yang tidak bagus. Hewan
yang setelah disembelih, hasilnya seperti saya kisahkan di awal tulisan.
Ada 5 kriteria yang menjadi syarat syah hewan
kurban, yaitu, Bahimatul an’am (binatang tenak) unta, sapi, kambing dan domba ;
Kepemilikan (milik pekurban) ; Kondisi fisik dan kesehatan hewan ; Usia ; Kurban
urunan/patungan.
Pada artikel ini, Saya akan focus pada dua point,
yaitu, Kondisi fisik dan kesehatan hewan serta usia hewan kurban.
Kang Ai memandikan kambing, Kang Saeful menimbang dan ada yang mencukur- dokpri |
Begini Cara Pilih Kambing yang Benar !
Langit Cikondong sangat benderang namun tidak terasa panas, dan saya
begitu menikmati udara bersih tanpa polusi. Untuk mencapai
“Saung Ternak Kahadean - Kelompok Ternak Al-Ikhwan”, kami musti melintasi
jembatan setapak terbuat dari besi yang kokoh.
Di bawahnya mengalir air jernih, duuh rasanya tidak
kuasa ingin nyebur, ingat semasa kecil suka mandi di sungai di kampung halaman bareng
teman sebaya.
Etika Setiawati dan Kamaludin, saat sesi presentasi- dokpri |
Lingkungan bersih dan asri, menjadi tempat yang
nyaman, bukan untuk kita manusia saja, tetapi hewan juga sangat menyukai. Kesan
pertama datang, yang terbetik di benak saya, bahwa kambing untuk program THK
(Tebar Hewan Kurban) DD dijamin tidak stres.
Ayi Rahat, selaku Ketua Kelompok Ternak
Al-Ihkwan, menyambut dan membawa kami ke kandang tempat kambing sibuk memamah
rumput. Dibantu Saefullah, memberi
penjelasan terkait kambing kurban yang hendak didistribusikan untuk program THK
bobot kambing 27,5 kg -dokpri |
Standart kambing THK, harus punya bobot 23- 28 kg
(untuk hewan kurban standart), sedangkan untuk bobot ternak premium dikisaran
29 – 34 kg. Untuk bobot ini, mitra DD sangat jeli, timbangan di angka 22,9 kg pun tidak akan
diterima.
Saya melihat cara menimbang kambing, ternyata cukup
simpel dan aman, alat pengukur timbangan dicantol dengan kuat, kemudian slang
dililtkan di timbangan sedemikian rupa, dan kambing diletakkan di slang (biar
jelas ada di gambar atas).
Kondisi kesehatan kambing juga sangat diperhatikan,
saya melihat tampilan fisik hewan ternak yang menawan. Badan kabing cukup gemuk,
tidak tampak luka dan yang lebih pasti ada pemeriksaan berkala dari dokter
hewan.
Excited rasanya, kali pertama melihat, kambing
yang dicukur. Menurut Ayi, kambing yang bulunya lebat rentan terkena kutu,
maka musti dicukur. Dan secara berkala kambing dimandikan, sehingga bersih dan
tidak digigit nyamuk saat malam.
Tau dimana kambing dimandikan, yaitu di sungai
bawah jembatan, tempat kami melintas di awal kedatangan. Brrr, air sungai yang bersih dan bebas limbah, pasti sangat segar kalau dibuat mandi – jadi pengin
ikutan, hehehe.
Kang Saeful menunjukkan gigi kambing sudah tanggal-dokpri |
Syarat kambing kurban, dari sisi usia harus genap satu tahun atau masuk tahun kedua. Saeful menunjukkan kambing yang memenuhi
syarat, ditandai dengan tanggalnya gigi susu.
Persis seperti anak-anak, kalau gigi susu tanggal digantikan gigi seri yang penampakannya lebih besar atau tumbuhnya agak
renggang.
Siapa sangka, kemitraan Al-Ikhwan bersama DD
membawa berkah, awal bermitra di tahun 2016 hanya menyediakan 50 ekor kambing,
tahun ini berkembang menjadi 300 ekor—keren.
“Semakin banyak hewan kurban, semakin banyak didistribusikan,
semakin banyak kebermanfaatan,” imbuh Etika Setiawati, General Manager Marcomm
Dompet Dhuafa.
Generasi Milenials #JanganTakutBerkurban
Menyelaraskan perkembangan jaman, Dompet
Dhuafa juga menumbuhkan awarnes kepada generasi millenials. Langkah ini cukup
berhasil, pada program Ramadan tahun ini dengan mengusung tagar
#JanganTakutBerzakat.
Program THK DD- pic by Bowo Susilo |
Nah, untuk hari raya kurban, DD menyuarakan hastag
#JanganTakutBerkurban. Dan yang uniknya dari THK adalah, kurban tersebar dari sabang
sampai merauke, justru Jakarta tidak ada (karena daging kurban di Ibukota sampai menumpuk banyak),
bahkan sampai luar negeri.
Pendistribusian meliputi daerah terpencil, daerah terdampak bencana dan daerah di luar negeri yang masyarakat kesulitan menikmati daging, (hal ini menjadi concern program THK DD).
Selanjutnya Etika berkisah, pernah menemui warga di daerah pelosok,
yang dalam setahun belum tentu makan daging. “Begitu berharganya seplastik daging
kurban buat mereka, dibanding kita yang setiap hari atau setiap saat bisa makan
daging,” ujar Etika
kurban.dompetdhuafa.org |
Nah menyoal generasi milenial, DD memberi kemudahan pembelian kurban melalui online payment, juga tersebar di
e-commerce seperti Tokopedia, Shope, Buka Lapak, Blibli dan sebagainya. Selain itu, mengakomodir jemput hewan kurban juga transfer.
“Target Hewan Kurban tahun ini adalah 30ribu, untuk
didistribusikan ke 21 probinsi, 1540 desa”ujar S.Triani, Ketua Panitia THK DD
S. Triani- dokpri |
Sementara untuk sebaran distribusi, dibagi menjadi
3 zona yaitu Barat (Jawa barat, Sumatera), Tengah (Jawa Tengah dan Jogjakarta)
dan Timur (Jawa Timur).
Kemitraan di DD dengan mitra, tidak sekedar jualan
hewan kurban saja, tetapi sekaligus distribusi, pemotongan dan laporan.
Standart pelaporan menggunakan foto sebelum dan
sesudah kurban, tata cara pengambilan foto juga ada standart ditetapkan.
“Quality control dari H-21, kemudian satu minggu
sebelum hari H dan pada sampai hari H,” jelas Kamaludin, Manager Program Ekonomi
DD.
Untuk kurban di luar negeri, melalui kemitraan di negara bersangkutan, dari Indonesia mengirim dana, mitra membelanjakan ternak dan
memotong dan mendistribusikan di sana.
“untuk harga seterjangkau dan sesuai daya beli
masyarakat, pembelian melalu e-commerce turut membantu mengkomunikasikan dan
memasarkan, serta menjadi daya picu pendongkrak kurban tahun ini” tutup Etika.
-----
Kembali ke kisah di awal artikel, kambing merana yang saya termui, ternyata dijual di depan perumahan tempat saya tinggal. Lokasi penjual,
persis di pinggir jalan utama, sehingga bising dan lalu lalang kendaraan terasa dan kalau
siang udara cukup panas.
Kambing dibawa dari luar kota dengan mobil box, ditempatkan
berdesakan, hanya kepala yang nongol demi mendapatkan udara. Pernah kejadian, ketika
sampai di lokasi, satu kambing pingsan karena kekurangan udara untuk bernafas.
Di lokasi penjualan, hewan kurban mendapat
perlakuan sekedarnya, selain kandang disediakan tidak bersih, sangat
mustahil kambing dimandikan (air sungai di perumahan saya tidak terlalu
bersih).
Situasi dan kondisi yang tidak ramah, sebagai
penyebab kemungkinan ternak stres, saat disembelih niscaya daging menjadi alot dan
prengus.
Sangat jauh berbeda, dengan kambing yang
dikembangkan di pedesaan (satu diantaranya di Cikondong Cianjur). Suasana lingkungan yang asri, ketercukupan pangan, pun penjagaan kebersihan dan kesehatan, membuat kambing tidak stres. Outputnya, daging sembelihannya berkualitas bagus
dan layak konsumsi.
Kawan's, jadi untuk kurban jangan berani coba-coba, langsung saja membeli di tempat yang tepat dan teruji serta telah berpengalaman puluhan tahun.
Dan DD telah memulai program kurban, dari tahun 1994 diawali dengan "Program Tebar 999 hewan kurban" yang menjadi cikal bakal THK.
Kang Ai - dokpri |
Mengapa musti berkurban melalui program THK Dompet Dhuafa ?
- Distribusi Ke Wilayah Membutuhkan ; Wilayah miskin, tertinggal, dan pedalaman. Didistribusikan bagi masyarakat yang belum pernah atau jarang menikmati daging hewan kurban, wilayah bencana / rentan konflik
- Hewan Kurban Berkualitas ; Sudah layak dikurbankan menurut syariat Islam, dan melalui proses Quality Control yang amanah.
- Laporan Kurban Transparan ; Pekurban mendapatkan laporan kurban secara lengkap, dan akan selalu diberikan update ketika pemotongan.
- Ketahanan Pangan ; Kurban Anda di distribusikan ke berbagai wilayah yang belum pernah menikmati daging hewan kurban
- Berdayakan Peternak ; Kurban memberdayakan peternak lokal binaan Dompet Dhuafa untuk mandiri dan ,membentang kebaikan
Pic Bowo Susilo |
“weeek-weeek-weeek-weeek-weeek” ketika hendak melihat
kambing dimandikan, kami dikejutkan suara sekelompok bebek yang berbaris.
Sontak kami terkaget kegirangan, seru banget dan kami semakin betah berlama-lama di
desa Cikondong- Cianjur.
Sayangnya senja menjemput datang, saatnya kami segera kembali pulang.
baru tau tips memilih kambing untuk qurban... terima kasih mas agung atas informasinya dan sangat bermanfaat sekali buat pembaca yang akan berkurban tahun ini
BalasHapusTrimakasih Kang Didno, sudah berkenan berkunjung
HapusKasian si mbek. Udah lah mau disembelih, dibuat stress pula sebelumnya. Iya tuu aku pernah benerapa kali makan daging kambing yang masih terasa bauny. Ternyata karena di stress ya...
BalasHapusbetul mbak, kalau daging kambing prengus berarti menyembelihnya kurang benar
Hapussoal memilih hewan kurban ini aku ga jago. Makasih tipsnya yaa Mas. Kalau lihat di tempat jual hewan kurban dekat sini, kek umpel-umpelan gitu. Semoga yaa kambingnya berkualitas.
BalasHapusHahahahaha foto sama kambingnya lucu banget....
BalasHapusSebentar lagi kan Idul Adhakalau ingat Kurban, Inget Dompet Dhuafa ya...
Thanks for sharing, sehat selalu yaaa
Saya baru tau kalau gak semua daging kambing bau prengus. Pantesan aja tiap kali saya masak kambing perasaan biasa aja. Gak ada bau yang gimana-gimana. Berarti daging kambing yang saya olah itu gak stress, ya
BalasHapusSolusi layanan kurban sekarang banyak ya. Bisa ke masjid-masjid langsung, bisa juga lewat lembaga seperti dompet dhuafa.
BalasHapusBaru tahu aku kalau bau prengus itu bisa disebabkan karena kambingnya stres. Bener juga sih ya...ada hubungannya. Tapi aku suka nih kiat kandangnya bersih.
BalasHapusAku baru tahu ternyata untuk jadi hewan kurban banyak juga syarat dan aturan yang harus dipenuhi ya. Kirain asal kambing aja boleh dipotong hahaha
BalasHapusBtw, kayaknya seru ya mandiin kambing di sungai sekalian nyebur kitanya
Buat hewan kurban yang ingin kita beli, memang harus teliti cara milih yang sesuai.
BalasHapusDuh, aku selama ini memilih hewan kurban lihat dari bodynya doang mas. Kayaknya tahun ini memang harus berkurban lewat Dompet Dhuafa ya karena sudah terjamin baik hewan kurbannya.
BalasHapusBeberapa kali makan daging kambing bau banget. Kirain si restoran aja yang ngolahnya nggak jago, tapi bisa jadi ternyata kambingnya stres ya :(
BalasHapusPeternakan yg telah tersandarisasi seperti ini memang menjadi jaminan terhadap mutu produknya. Semoga bisa menginspirasi peternakan yg lain ya
BalasHapusTernyata kalau kambing sedang stress saat dipotong yang membuat daging jadi prengus. Kita karena terkena air saat dipotong. Saya lebih senang qurban lewat lembaga filiantropi seperti DD karena penyaluran hewan qurbannya sampai ke plosok negeri
BalasHapusSekarang berqurban banyak pilihan dan bisa melalui lembaga seperti ini.Berqurban bagusnya memang kalau bisa menjangkau banyak tempat dan orang yang membutuhkan. Etapi, kasihan juga ya para embekkk itu mau dipotong massal, mas Agung sampai bilang,"Batin ini tersayat pilu, mendengar nada suara merana hewan ternak."
BalasHapusyay hari raya Idul Adha sebentar lagi. Ga sabar buat nyateeee.
BalasHapusBtw, makasih loh buat detail pilih kambing dan cara nyembelih yang syar'i nya. sangat bermanfaat.