Illustrasi-dokpri |
Mengarungi bahtera berumah tangga, ibarat berbagi
peran dan fungsi dalam kehidupan, suami istri dan anak-anak masing-masing memiliki peran dan tugas.
Suami sebagai tulang punggung keluarga, sudah
menjadi kewajiban untuk menjemput nafkah penghidupan keluarga.
Istri menjadi penjaga gawang di rumah,
mengelola keluarga dan memastikan anak-anak mendapat asupan kasih sayang yang
pas. Anak-anak adalah penyemangat, dipersiapkan meneruskan cita-cita mulia ayah
dan ibunya.
Suami sang kepala keluarga, tidak berarti
semena-mena dan "menguasai" semua tentang anak dan istri. Istri dan
anak-anak, berhak diperlakukan dengan baik, hati mereka nyaman dan perasaan tentram,
terhadap keberadaan suami atau ayah mereka.
Maka kalau tersiar kabar di media, ada suami
yang berlaku kasar dan ringan tangan, karena merasa paling kuat, dan bisa
mengendalikan urusan rumah tangga.
Sungguh sangat disayangkan, suami atau ayah jenis
seperti ini, ibaratkan menanam ranjau, kelak dirinya sendiri akan terkena letusan.
Dirinya kelak menanggung akibatnya, terutama pada saat tubuh tidak berdaya.
Pada saatnya, suami atau ayah sudah akan
renta, tubuhnya rentan terhadap penyakit, dan tempat bergantung adalah istri
dan anak-anak. Saat tenaga kepala keluarga melemah, maka istri dan anak-anak
akan menjadi tumpuan.
Senyampang badan masih segar bugar, para suami
dan ayah besikaplah yang terbaik pada anggota keluarga, bekerja giat dan ikhlas
untuk mempersembahkan nafkah terbaik.
Rejeki keluarga, sejatinya bukan suami saja
yang punya peranan, kalaupun ayah adalah pencari nafkah tapi ada hal tak kasat
mata yang perlu disadari dan dipahami.
Istri dan anak-anak juga membawa rejeki
sendiri, sudah dijamin hak mereka oleh Sang Pemilik Kehidupan, dan suami atau
ayah berfungsi sebagai perantaranya.
-0o0-
"Ayah, sebentar lagi film Captain Marvel
mau tayang" ujar sulung saya suatu sore.
"O'ya" jawab saya singkat
Lelaki baligh yang sudah terlihat tinggi ini, saya
tahu penggemar film fiksi dan bertema kehidupan masa mendatang. Nama karakter dan
judul filmnya dihapal luar kepala, cerita satu film dan yang lain dihapal luar
kepala.
dokumentasi pribadi |
Saya sangat paham maksud ucapan anak ganteng
ini, tapi rupanya si ayah masih mengulur waktu, mengingat masih ada keperluan
lain lebih penting.
"semoga ada rejeki bisa nonton ya kak "balas
saya mengakhiri rayuannya.
Sore setelah obrolan dengan anak lanang, di
WAG sedang ada diskusi hangat, bahwa ada undangan nonton dari satu media
ternama dan ajaibnya, film yang ditawarkan adalah Captain Marvel. Ibarat pepatah
"Pucuk dicinta ulampun tiba", saya mendaftar untuk mendappatkan dua
tiket.
Dan akhirnya, dua tiket ada di tangan, masih
pada hari yang sama setelah kami ayah dan anak membahas film yang digemari
anak.
----
Atas kejadian sederhana ini, saya meraih pembelajaran,
bahwa ticket nobar adalah rejeki anak, justru saya ayahnya mendapat
tebengan-hehehe. Peristiwa yang mirip- mirip saya alami berulang kali, baik ketika
anak perempuan maupun istri sedang memiliki hajat.
Pernah satu saat gadis kecil kesayangan minta
dibelikan lego, kemudian pada sebuah acara saya mendapat voucher yang bisa
dipakai untuk membeli mainan incaran bungsu saya.
Pada saat yang lain, istri memendam keinginan memiliki
magic jar, dan tak lama setelah itu saya mendapatkan doorprize untuk barang
yang sama.
Banyak kejadian lain saya alami, semakin
menguatkan keyakinan bahwa istri dan anak-anak, benar membawa rejekinya
sendiri-sendiri.
Pada akhirnya saya meyakini, bahwa rumah yang
kami tinggali, kendaraan yang kami naiki, makanan yang kami konsumsi,
keberuntungan yang pernah kami rasai, sejatinya ada catatan rejeki anak dan
istri, sementara si ayah menjadi perantara saja.
So, bagi suami atau ayah, jangan merasa sok berkuasa
dan semena-mena. Ayah adalah pelindung yang menyayangi, karena rejeki yang
datang melalui kalian, ada bagian anak dan istri.
-salam-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA