sumber mauberita.com |
Sebagai orangtua, saya mendukung anak berprestasi
di bidang ditekuni. Anak saya suka bola, semasa SD (kelas 4 – 6) pernah ikut
ekskul dan turnamen sepak bola.
Pernah sekali ikut audisi sepakbola via medsos,
disponsori produk susu untuk anak usia 7 – 12 tahun, namun belum lolos untuk ditangani
pelatih klub ternama kelas dunia.
Saya perhatikan, audisi olahraga lain juga semakin
marak dilakukan, mulai dari basket, renang, atletik, bulu tangkis dan lain
sebagainya.
Jujur, sebagai orangtua saya senang, melihat
anak-anak Indonesia bertumbuh dan diberi ruang berkembang sesuai bakat dan
minat.
Saya bisa bayangkan, wajah Indonesia pada sepuluh atau
duapuluh tahun mendatang, akan diisi generasi berprestasi dan memiliki jiwa berkompetisi.
Semangat ini tidak boleh dipadamkan, kita para
orangtua harus mendukung, demi masa depan cemerlang anak-anak dan bangsa
Indonesia.
Tapi, (mungkin sudah hukum kehidupan) selalu saja
ada celah, menodai semangat berprestasi dengan hal-hal tidak diinginkan.
Pemilik modal besar tidak tinggal diam,
memanfaatkan keriuhan dan antusias masyarakat, untuk menaikkan brand dimiliki
pemodal.
Bergegas menjadi sponsor, berani menggelontorkan
dana untuk kegiatan olahraga, dengan kompensasi promosi besar-besaran sepanjang
acara berlangsung.
meskipun nyata-nyata, produk dipromosikan bertolak
belakang, tidak selaras dengan semangat olahraga untuk hidup sehat yang diusung
event diselenggarakan.
Parahnya, brand menjadikan anak-anak sebagai media,
secara langsung maupun tidak menanamkan brand tersebut di alam bawah sadar mereka.
Contohnya, produk rokok yang rutin mengadakan
audisi bulutangkis, akif menjaring anak-anak rentang usia 6 - 15 tahun.
Djarum, telah menggelar audisi bulutangkis sejak
2006, bahkan pada tahun 2018 audisi diadakan sepanjang bulan Maret – September
di 8 Kota.
Audisi ini tentu mendapat perhatian sangat luar
biasa, tercatat sampai 5.957 jumlah peserta audisi dan diseleksi sangat ketat
menjadi 23 peserta.
sumber juara.net |
Promosi Rokok Menggunakan Media Anak
Pernah dong, menyaksikan pertandingan olahraga
entah di PON, Asian Games, Sea Games, Olympiade atau turnamen dan pertandingan
lainnya.
Coba perhatikan, kaos dikenakan atlet saat
bertanding, biasanya dipenuhi gambar atau logo produk sponsor pertandingan.
Dari sudut mana saja kamera mengambil gambar,
tulisan atau logo produk selalu terlihat, bisa disaksikan dan dibaca jutaan
pasang mata penonton.
Dampak promosi besar-besaran dan masif di
pertandingan, membuat nama brand naik, otomatis berpengaruh pada peningkatan
penjualan.
Masalahnya, bagaimana kalau brand ini menyasar
anak-anak, melalui kegiatan audisi olahraga, kemudian peserta diharuskan memakai
kaos berlogo dan atau tulisan produk rokok.
Logo terpampang mencolok di kaos, dipasang di
bagian dada ribuan anak-anak, untuk memperebutkan puluhan beasiswa agar bisa
masuk karantina.
Sementara ribuan anak tereliminasi, terpaksa pulang
ke rumah dengan membawa kaos berlogo rokok, yang kemudian akan dipakai berulang
ulang.
Yayasan Lentera Anak, menggelar Forum Group
Discussion (FGD) bersama Blogger dengan tema “Audisi Badminton : Eksploitasi
Anak atau Pengembangan Bakat Anak? “, bertempat di Perpustakaan Kemendikbud
Jakarta,
Psikolog Liza Djaprie- dok YLA |
Menurut Psikolog
Liza Djaprie, yang hadir sebagai narsum, bahwa Audisi beasiswa Bulutangkis
yang disponsori oleh brand rokok dapat mempengaruhi psikologi anak. Sebab, daya
analilis anak-anak masih minimalis dan daya logika mereka juga belum berfungsi
dengan baik.
“Otak anak
seperti spons, menyerap semua informasi yang diterima sesuai yang tersampaikan,”
ujar Liza.
Kemudian tulisan atau logo brand, yang terpampang
di kaos, spanduk, topi atau apapun medianya di event olahraga, akan
dipersepsikan dengan olahraga itu sendiri.
Masih menurut Liza, text, font, warna pada kaos
yang digunakan selama audisi badminton akan nyantol di memori anak.
Ketika anak-anak menginjak remaja, melihat logo
atau merek di Kios, di mini market, di warung dsb, akan langsung terstimulus
dan terasosiasi pada merk rokok tertentu.
Lisda
Sundari, ketua Yayasan Lentera Anak
(YLA) beranggapan, bahwa anak yang ikut audisi dan diwajibkan memakai kaos
dengan brand rokok, menjadikan anak seperti iklan berjalan.
Lisda Sundari -dokpri |
Mengacu UU Perlindungan Anak Pasal 761 “Setiap
orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap
anak”
Sementara arti eksploitasi, pada pasal 66 “tindakan
dengan atau tanpa persetujuan anak yang menjadi korban yang meliputi tetapi tidak
terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik
serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ
reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan anak oleh pihak
lain untuk mendapatkan keuntungan materiil”
Dari dua pasal tersebut jelas terwakilkan, terdapat
dugaan eksploitasi secara ekonomi, yakni menggunakan tubuh anak untuk promosi
(memakai kaos) produk rokok.
Sejauh ini YLA masih menyoroti rokok dibanding
produk lain, karena rokok mengandung zat adiktif yang menyebabkan kecanduan,
dalam jangka panjang, pecandunya berpotensi menderita beragam penyakit.
dok YLS |
Sebagai individu, apa yang bisa kita lalukan?
Kalau saya ya, tetap mendukung prestasi anak,
dengan pilih dan pilah jenis kegiatan dan yang terlibat. Bukankah untuk
mendapatkan hal baik (prestasi) musti dengan cara yang baik?
Saya yakin, masih banyak audisi olahraga serupa, yang
diselenggarakan berbagai pihak, meskipun mungkin berbeda skalanya.
Ingatan anak-anak akan hal-hal baik lebih utama,
caranya diiisi informasi positif demi kebaikan mereka di hari mendatang.
Jadi hati-hati nih mengikutkan anak untuk audisi apapun. Mesti teliti melihat sponsornya.
BalasHapusSemoga ada jalan keluar untuk dilematika ini. Audisi bulutangkis tetap berjalan tanpa ada eksploitasi anak
BalasHapusAudisi tetep boleh jalan asalkan jangan ada pesan sponsornya ya, logo-logonya harus dihilangkan dulu terutama pada kaus anaknya ya mas Agung.
BalasHapus