dokumentasi pribadi |
“Berdasarkan Survey, 73% dokter setuju, faktor budaya
seperti puasa mempengaruhi kendali kadar gula darah pasien Diabetes Miletus
Type 2” dr Suria Nataatmadja, Medical Affair Director MSD
Bulan suci tinggal menghitung hari, bagi saya,
berpuasa adalah kesempatan emas untuk mendapatkan banyak hal.
Puasa ibarat kawah candradimuka, kesempatan bagi
pelakunya, untuk detoksifikasi (membuang racun) tubuh/ jasmani sekaligus detox
(baca melembutkan) jiwa/ rohani
Puasa tahun lalu, saya berhasil memangkas berat
badan pada angka realtif ideal, waktu itu bisa mencapai angka 75 Kg (tinggi
saya 177 cm).
Maka tahun ini, saya ingin mengulang kisah sukses,
juga mempersiapkan diri dengan asupan pengetahuan tentang puasa dan
hipoglikemia. Bagaimana, puasa bagi orang dengan diabetes ?
------
“Media & Blogger Interview - Kontrol Gula Darah, Raih Berkah Ramadan Waspada
Hipoglikemia Saat Berpuasa” begitu tema acara yang saya hadiri bersama rekan
blogger dan jurnalis.
Acara yang digagas MSD (Merck Sharp & Dohme) sungguh memberi pencerahan, dan sangat penting diketahui bagi bagi orang dengan Diabetes
Miletus.
MSD adalah perusahaan biofarma global terkemuka, telah
melakukan penemuan untuk kehidupan (inventing for life), menghadirkan
obat-obatan dan vaksin untuk berbagai penyakit palung menantang di dunia.
Apa itu
Hipoglikimea ?
Adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar
gula dalam darah berada di bawah normal ( < 70 mg/dL)
Gejala Hipoglikemia pada umumnya ; jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, kebingungan, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi.
Dalam kondisi berat (kadar gula dalam darah < 50 mg/dL), mengakibatkan pasien pingsan, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah hingga kontraksi detak jantung berujung kematian--- ngeri ya !
Kadar gula darah bisa dikategorikan normal, berada di kisaran angka 80 – 100 (saat puasa), setelah makan (berbuka puasa) berada tidak lebih 140, ( dikategorikan hipoglikemia kalau < 70)<70 p="">70>
Menurut Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD- KEMD, Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Selama Ramadan terjadi peningkatan insiden Hipoglikemia cukup signifikan pada pasien DMT2 (Diabetes Miletus Tipe 2).
Ki-Ka ; dr Suriatmdja, Prof Suastika, Muchrosin, Moderator -dokpri |
Orang dengan DMT2 yang mengalami kekurangan zat
gula (dari makanan yang dicerna dan diserap), meyebabkan gula dalam tubuh
menurun secara drastis.
Hipoglikemia tidak bisa dipisahkan dengan diabetes,
dan berhubungan erat dengan obesitas—kegemukan identik dengan berlebihnya kadar gula,
melalui asupan makanan.
Resiko DMT2, apabila tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan kompilkasi. Penyakit disebabkan DMT2 dengan
pembuluh darah besar, bisa mengarah pada jantung stroke, sedangkan DMT2 dengan pembuluh
darah kecil bisa menyerang penyakit ginjal, syaraf
Masih menurut Prof Suas, prevalensi DMT di negara
berkembang meningkat lebih cepat, sementara di negara yang maju
justru stabil.
Hal ini dipicu dari kesadaran warga menerapkan
perilaku hidup sehat, perhatikan di Jakarta saja, orang jaman sekarang lebih sedikit gerak
padahal makan tambah banyak.
Etapi, jangan salah, DMT1 juga musti diwaspadai,
seperti dialami Muchrosin yang dinyatakan dokter terkena diabetes pada tahun
2015 (ketika itu berumur 25 tahun).
Mula mula di lututnya terasa ngilu, setelah
dilakukkan uji laboratorium, kadar gula berada diangka 600 (padahal saat puasa)
“2015 bukan tahun yang mudah bagi saya” tegas Ochi
Menurutnya, faktor utama tingginya kadar gula
adalah pengaruh dari tidak terkontrol asupan makanan yang mengandung gula (
seperti nasi, minuman manis dsb).
Kemudian tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, sehingga
menjadi pemicu terjadinya penyakit diabetes.
“Orang dengan DMT1 diderita usia muda, badannya kurus
setelah diperiksa fungsi pakreas rendah harus menggunakan insulin dalam
pengobatan,” tambah Prof Suas.
Kini, Ochi bergabung dengan Komunitas Sobat Diabet,
hal ini penting untuk saling mengingatkan antar member dan bersama membangun hidup sehat.
Di komunitas pula, Osi semakin cermat dan cerdas
memilih konsumsi asupan makanan, demi memperpanjang kemungkinan hidup lebih
lama,
sumber medkes.com |
------
Bagaimana orang dengan diabetes (DMT1 dan DMT2) tetap
bisa menjalankan ibadah puasa, dan terhindar Hipoglikimea?
“penting
melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi managemen
puasa yang tepat dan meminimalisir resiko hipoglikemia,” jelas Prof Suastika
Maka Pola diet seimbang adalah koentji –hehehe--,
selain memperhatikan asupan, musti tetap menjaga aktivitas fisik, serta rutin
memantau kadar gula darah secara berkala.
Sebuah survey dilakukan internal MSD, terdapat 73%
dokter setuju, budaya berpuasa mempengaruhi kendali kadar gula pasien DMT2.
“serangkaian
kegiatan edukasi melalui media dan blogger, bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap resiko hipoglikemia dan upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya” ujar dr Suriatmadja, Medical Affairs Director
Merck Sharp & Dohme, Indonesia.
dokumentasi - Ono Sembunglono |
Nah, sebelum Ramadan tiba, ada baiknya orang dengan
DMT1 atau DMT2 memahami gejala hipoglikemia sebagai bagian dari upaya kedaruratan
medis.
Orang dengan hipoglikemia, dikategorikan ringan
(50-70) masih dalam kondisi sadar, biasa langsung diberi asupan air gula, nasi,
roti, tetapi kalau sudah kategori berat & 50 , menyebabkan tidak sadar,
harus mendapat penanganan tenaga media dan diinfus.
Sungguh, pencerahan tentang Hipoglikemia penting
banget, agar orang dengan diabetes tetap bisa berpuasa dan meraih keutamaan dan
berkah beribadah bulan Ramadan.
Aku malah baru tahu banget loh mas tentang Hipoglikemia. Kebetulan Ibuku Diebetes, makasih ya ulasannya.
BalasHapus