Melansir data WWF Bangkok, bahwa mengurangi pemakaian listrik
hingga 73,34 megawatt selama satu jam, setara
dengan pemghematan 41,6 ton karbon
dioksida.
Pernah nggak, menikmati makan malam dalam
gelap, iya tanpa lampu listrik. Saya pernah dong, pada acara Earth Hour 2019 di
Aston Priority Simatupang Hotel and Conference Center.
Memang sih, musti hati-hati, jangan sampai salah
menyuap, satu sendok isi sambal semua –hehehe, makan juga harus pelan, dan
akhirnya sekalian saya manfaatkan untuk mind
full eating.
Meski gelap-gelapan, tapi saya senang, bisa
bergabung dalam acara Earth Hours bersama terman Blogger dari BCC (Bloggercrony
Community).
Sejak tahun pertama beroperasi (pertengahan
2015), tradisi memperingati Earth Hour sudah dilakukan Aston Priority Simatupang
Hotel and Conference Center.
Kebiasaan positif yang diikuti hampir seluruh
warga di dunia ini, sebagai upaya untuk melawan perubahan iklim yang tengah terjadi.
Kegiatan ini sangat bagus, bisa dilakukan mulai
dari skup paling kecil, yaitu setiap individu, kemudian menularkan pada orang terdekat
dan begitu seterusnya.
Sudah menjadi rahasia umum, perubahan iklim
membawa dampak berbahaya, yaitu pada pemanasan global di bumi.
Maka jangan heran, udara siang di Ibukota
Jakarta sudah panas, biasanya semakin bertambah panas, dan tidak jarang malam hari
tidak kalah panas.
Ibu Duro, Director Sales and Marketing Aston Priority Simatupang Hotel and Conference Center -dokpri |
Tema Earth Hour di Aston Priority Simatupang Hotel
and Conference Center tahun ini, adalah “Bersinar dalam Gelap sebagai Terang
atas Aksi Perubahan Iklim.”
Sebagai pembukaan, Durro Nafisah, selaku Director
Sales of Manager, Aston Priority Simatupang Hotel and Confrence Center, menyampaikan dalam sambutannya, bahwa Aston
Priority Simatupang Hotel and Confrence
Center, sebagai salah satu property milik Archipelago International Indonesia, mendukung
Earth Hour bersama 140 hotel lainnya.
Tidak hanya kegiatan tahunan semacam ini saja,
Aston Priority Simatupang Hotel and Conference Center, telah melakukan kegiatan
lain, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
“Kami meminimalisir pemakaian plastik” ujar
Durro.
------
Sabtu, 30 Maret
2019, pukul 18.30, --
selepas maghrib, di Loby Aston Priority Simatupang Hotel and Conference
Center, telah ditata rapi gelas berisi lilin membentuk 60 +
Tidak jauh dari gelas berisi lilin, sudah tersedia
perangkat lukis lengkap dengan kanvas kosong, siap digambari maestro seni lukis
Betawi Sanardi Adam.
Sanardi Adam, salah satu pelukis Betawi yang berhasil
memajang karyanya di galeri nasional maupun internasional, bahkan lukisannya pernah
masuk Istana Negara.
Dalam rangka Earth Hour, pria kelahiran 62
tahun lalu ini, akan melukis dengan cat fosfor yaitu cat yang bisa berpendar
dalam gelap.
Peringatan Earth Hour, dimulai dengan
penampilan adik-adik dari SD 01 Kebagusan, yaitu permainan perkusi, dilanjutkan
tarian Yapong dan pembacaan puisi.
Tidak sekedar tampil berpusi lho, adik kelas
satu yang membawakan puisi, telah meraih juara dua dalam lomba Puisi tingkat
provinsi.
Selanjutnya atraksi Silat yang cukup keren,
adik pesilat yang tergabung dalam Perguruan Silat Setia Hati ini, baru saja memenangkan
pertandingan pada HUT TMII jakarta.
Menurut Sulamun, Kepala Sekolah SD 01
kebagusan, untuk mengembangkan bakat dan potensi dimiliki anak didik di SD kebagusan,
telah diadakan 12 ekstrakulikuler.
“ini
adalah pengalaman pertama kali tampil di Aston, berharap akan berlanjut pada
kerjasama lainnya,” ujarnya.
Dan sebelum lampu dimatikan selama 60 menit, penanda
puncak peringatan Earth Hour 2019, kanvas yang tersedia siap untuk dilukis.
Untuk mengawalinya, jajaran management Aston
Priority Simatupang Hotel and Conference Center, berkenan menorehkan satu
goresan bebas di atas kanvas.
Jajaran management Aston Priority Simatupang Hotel and Conference Center menuangkan goresan di kanvas- dokpri |
Kemudian Sanardi Adam, akan melanjutkan
goresan-goresan di atas kanvas tersebut, untuk disempurnakan menjadi sebuah
lukisan.
Dan bagaimana bentuk lukisan itu?, sembari
menunggu sang maestro melukis, pengunjung kembali dihibur dengan nyanyian
diiringi perkusi.
Eit’s tunggu dulu, jangan mengira perkusi ala
SD 01 Kebagusan, memakai alat musik semacam seniman musik yang kerap dilihat di
televisi atau konser musik, ya.
Adik-adik menggunakan perkusi sederhana yaitu
ember plastik, Iya, ember yang biasa dipakai untuk menampung air.
Nah, ember plastik dibalik kemudian bagian
tengah dililitkan tali untuk cangklongan, jadi bisa dikalungkan ke leher.
Kemudian pantat ember plastik ditabuh,
menggunakan stick yang terbuat dari kayu, persis seperti pemain drum band
gitu—keren dan kreatif ya.
Saya sangat menikmati, ketika adik-adik membawakan
lagu “Hujan Gerimis” dipopulerkan seniman legendarsi Betawi (alm) Benyamin
Sueb.
“E, ujan gerimis aje, Ikan teri diasinin, e jangan
menangis aje, yang pergi jangan dipikirin”, saya yakin pas baca
bagian ini sambil menyanyi – hehehe.
Tidak hanya dinyanyikan sesuai lirik asli, lagu
yang sama dengan musik yang sama juga, liriknya dikreasikan dan dibuat seperti
pantun.
Misalnya begini (ini misal ya) “Makan siang
jangan sendiri Bang, sambil bawa camilan klepon, Kalau sedang di Simatupang
Bang, jangan lupa mampir di Aston ” – hayo, nyanyi lagi kan—hehehe.
Sekira lima belas menit adik-adik tampil,
akhirnya lukisan di atas kanvas selesai juga dan saya melihat padu padan warna
membentuk karya unik.
Ada Ondel-ondel sebagai ikon Betawi, ada pohon
melambangkan udara bersih, perkampungan identik dengan lingkungan, bangunan
gedung ciri perkotaan dan matahari simbol kehidupan.
Garis yang telah ditorehkan management Aston
Priority Simatupang Hotel and Conference Center, sengaja tidak ditutup dengan
garis lain, tetapi dilanjutkan untuk menjadi satu kesatuan dengan lukisan.
Menurut Sanardi, total dibutuhkan tujuh warna dicampur
membentuk harmoni, dan kuning adalah warna yang mendominasi.
Pemilihan warna kuning bukan tanpa alasan,
kuning tanda kecerahan, sebagai harapan akan kehidupan masa depan yang cerah.
“Lestarikan
Bumiku” tegas Sanardi, ketika saya tanya judul untuk lukisan yang dibuatnya
Selepas rangkaian acara pra Earth Hour yang
mengesankan, mulai dinyalakan lilin yang sudah disiapkan di dalam gelas dan
ditata di lantai.
Dan pada pukul 19.30 - 20.30 wib, sebagian besar lampu benar dimatikan, sementara pengunjung memanfaatkan cahaya yang ada (lilin, Hp dsb)
Dan pada pukul 19.30 - 20.30 wib, sebagian besar lampu benar dimatikan, sementara pengunjung memanfaatkan cahaya yang ada (lilin, Hp dsb)
O’ya, Aston Priority Simatupang Hotel and
Confrence Center, menyediakan kaos Earth Hour serta pilihan set menu Eart Hour.
------
Asyik kali ya, makan Soto Betawi
gelap-gelapan? Itulah yang saya rasakan, ketika menikmati sajian di lantai dua
sepanjang Earth Hour berlangsung.
Kami menggabungkan dua meja makan, dipakai
berenam duduk berhadapan, menikmati sesuap demi sesuap makanan di piring.
Selain soto Betawi, saya lebih banyak
menyiapkan konsumsi potongan buah, maklum sedang menurunkan berat badan setelah
sempat naik karena lalai.
Tapi bener deh, suasana makan malam menjadi
asyik, syahdu, saya jadi bernostalgia dengan masa kecil di kampung -- waktu itu
listrik belum masuk kampung.
Spesial Earth Hour 2019, di Aston Priority
Simatupang Hotel and Confrence Center menyediakan pilihan set menu, seperti Soto Betawi, Toge
Goreng atau Nasi Uduk dengan Bir Pletok
Tersedia juga menu sehat, yaitu Panache Garden
Salad dan Green minty tea dengan harga serba Rp.60.000 ++.
Kalian, yang tahun ini belum bergabung,
jaga-jaga saja untuk Earth Hour tahun depan di Aston Priority Simatupang Hotel and
Conference Center ya, dijamin seru dan bakal ketagihan.
Wah iyaa ada efek baik ya mindful eating. Cakeeuppp nangkep sisi lain yaaaa.
BalasHapusTrima kasih mbak Wawa, seneng bisa bergabung di acara BCC
Hapussalah satu hal yg masih menjadi tanda tanya bagi saya mengenai peringatan earth hour adalah acara 'perayaan'nya di tempat2 umum. Memang konsumsi listrik saat mati listrik selama 1 jam bisa dihemat. namun bagaimana dengan konsumsi listrik pada saat sebelum dan sesudah jam mati listrik pada acara perayaan tsb?
BalasHapusdihitung penghematannya pas mati saja mas :)
Hapus