Illustrasi-dokpri |
Tak perlu berkecil hati, apabila tulisan kalian
minim apresiasi. Namanya juga tulisan, kadang disuka kadang tidak oleh
pembacanya – wajar saja kan.
Tulisan saya, pernah lho diklik tidak sampai
lima belas pembaca, padahal (menurut saya) sudah menuliskan dengan
sungguh-sungguh.
Sedihkah? Awalnya sempat sedih, tetapi seiring
berjalannya waktu, mulai terbiasa dan tidak peduli dengan jumlah pembaca.
Saya punya analogi, anak jatuh karena berlatih
sepeda, konon kalau kaki dan tangan lecet, tandanya sebentar lagi bisa naik
sepeda.
Saya masih ingat, ketika melatih si bungsu
naik sepeda saat di kelas TK B. Mula-mula cukup susah meyakinkan, karena pernah
sekali naik langsung jatuh langsung kapok.
Tetapi ketika saya ingatkan, setelah bisa
mengayuh pedal kemana pergi tak perlu jalan kaki, gadis kecil bersemangat
akhirnya bisa naik sepeda.
Pun menulis, satu dua (mungkin sampai puluhan)
tulisan gagal, ya tidak masalah, coba
lagi dan teruskan saja kan nanggung.
Mula mula mendapat sedikit apresiasi, sedih
itu hal wajar, tapi jangan sampai memupuskan semangat menulis
Kalau terbiasa menulis, yang namanya
"sense" akan hadir sendiri, selalu haus menulis menelisik kekurangan
tulisan sendiri.
Terus berusaha menemukan "passion", sehingga
bisa tahu kekuatan dan ketertarikan terhadap bidang (niche) untuk ditekuni.
Kalau sudah meneukan passion dan niche,
niscaya motivasi menulis mulai bergeser, tak hirau dengan jumlah pembaca
mengapresiasi.
Menulis ya menulis saja tanpa embel embel yang
lain, sementara yang terjadi setelah menulis biarlah waktu yang berbicara.
Desember
2014-- sudah menjadi adat saya saban hari, bangun ketika masih dini
kemudian membuka laptop dan menulis apa saja yang ada di benak.
Saya masih ingat, pertengahan bulan duabelas
tahun duaribu empatbelas, saya memenangi blogcompetition di Kompasiana http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/12/27/bonus-aktivitas-fisik-712989.html,
Saya sangat hapal tulisan sendiri, artikel dinyatakan
mendapat nomor tiga (sebenarnya) sepi peminat -- hitsnya mentok di 31.
Kejadian serupa terulang, artikel lain yang
dinyatakan menang lomba di lain lomba nasibnya serupa dengan lomba blog
sebelumnya.
Pernah ada kejadian unik, satu tulisan saya ikutkan
lomba dan kemudian kalah, tetapi jumlah pembacanya lumayan banyak.
Pun setelah lomba selesai, siapa nyana tulisan
tersebut tetap ramai peminat, bahkan menempati urutan keterbacaan paling
tinggi.
Saya belajar dari pengalaman, menulis ya
menulis saja diniatkan untuk berbagi pengetahuan meski receh (syukur bisa
bermanfaat).
Selebihnya biarkan hukum alam bekerja, karena
tulisan memiliki nasibnya sendiri toh "rejeki tak akan lari kemana".
Persis seperti quote, "kesempatan tidak datang sekali, tapi akan datang kembali dengan
wajah yang berbeda, karena pintu rejeki datang dari arah mana saja", secara
pribadi menghembuskan motivasi untuk terus menulis, kita tidak tahu dari
tulisan mana kesempatan itu datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA