papasemar.com |
Siapapun, pasti mau banget punya berat badan
ideal dong. Lingkar pinggang yang pas, otot tubuh tidak gembyor dan perut tidak
buncit.
Pakai baju apa saja cocok, tidak sulit mencari
ukuran. Kalau berpose di foto, tidak lagi perlu lagi menahan nafas menutupi
buncit di perut —hehe.
Tapi kenyataan bicara lain, keinginan tidak sejalan dengan tindakan. Pola makan sehat tidak dijaga, gaya hidup asal-asalan
diterapkan.
Makan aneka gorengan menjadi hoby, asupan manis
manis disikat habis. Badan jarang diajak bergerak, olah raga rutin tidak
dilakukan.
Rasa lapar tidak lagi di perut, tapi pindah ke
hidung, mata, lidah dan seterusnya. Padahal lambung masih penuh isi, masih tergoda
ketika ada asupan lain, misalnya..
Lapar mata -- Melihat hijau dari cendol, putihnya santan, kecokelatan
warna gula, dua bola mata ini langsung tergoda untuk mengambil dan menyantap,
padahal sedang tidak haus.
Lapang
Hidung--
“SENGGG” tiba- tiba indra penciuman menangkap aroma harum makanan. Langkah kaki
berbelok arah, mencari sumber wewangian dan menikmatinya, padahal satu dua jam
baru selesai makan.
Lapar
Lidah -- Maksud hati sekedar incip makanan baru, ketika ujung lidah mencecap
rasa nikmat. akhirnya sekalian satu piring dihabiskan. Dan lain sebagainya,
silakan teruskan sendiri.
Sementara niat membuang lemak, sekedar niat yang
terucap di ujung mulut, laku dan kebiasaan sama sekali tidak dirubah.
Agar menjadi kenyataan, niat memang
membutuhkan tekad, dan tekad membutuhkan usaha tak mudah menyerah, pun demi
berat badan ideal.
-00o00-
Terkadang manusia, butuh satu moment menjadi
titik balik. Satu kondisi, untuk memperkuat tekad, mengalahkan segala keengganan.
Dan saya, beruntung pernah mendapati moment
tersebut. ketika badan kesakitan, tidak bisa bangkit dari tempat tidur.
Ketika periksa ke dokter, saya mengikuti
serangkaian prosedur, seperti sesi konsultasi, di USG, disuntik dan bertemu
agli nutrisi.
Bagaimana hasilnya?
Kalimat dokter perihal potensi “pelemakan hati”
yang akan terjadi, terus terngiang dan lekat dibenak, begitu susah dihilangkan.
Keputusan tidak boleh ditunda-tunda, adalah merubah
gaya hidup dan menerapkan pola konsumsi makanan sehat.
Sesi konsultasi dengan ahli nutrisi, seperti mengantarkan
saya menemukan pencerahan, tentang pola makan dan gaya hidup sehat.
Pikiran ini langsung terbuka, tentang makanan jahat
dan asupan ramah bagi badan. Mengatur konsumsi makanan, agar tidak menimbun dan
dibuang dalam bentuk kotoran.
“Saya musti berubah”, bisik benak ini
membulat.
menjadi fruitaholic - dokpri |
Kunci
utama di mindset -- Pusat kinerja manusia adalah otak. Manusia
ditasbihkan sebagai makhluk mulia, karena memiliki akal pikiran untuk mengelola
ego.
Otak yang sudah disetting, akan mempengaruhi tindakan,
otak yang diisi informasi pembangkit semangat, maka semua kendala akan
diterjang.
Olah raga pagi, akan menjadi pekerjaan berat
bagi pemalas. Udara yang sedang dingin di luaran, lebih enak kalau mendekap
selimut tebal.
Menahan mengonsumsi makanan kesukaan, butuh
perjuangan berat melawan diri sendiri. Cake dengan lumeran cokelat di atasnya, membuat
orang tergoda memasukan lammbung.
Tapi kalau kita berpikir tentang “BIG GOAL”, maka kendala apapaun akan
dijabani. Kesehatan lebih utama, dibandingkan hanya menikmati kesenangan
sesaat. Berpikir jauh kedepan, akan
melunturkan beban yang terlihat berat.
Selektif terhadap makanan memang tidak mudah,
bahwa asupan akan mempengaruhi yang terjadi pada kondisi badan.
Beraktivitas fisik memang perlu perjuangan,
mengusir enggan ketika udara masih dngin, justru itu semua untuk kebaikan diri.
Diet adalah merubah pikiran, guna mempengaruhi
sikap seseorang. Memilih makanan dan kegiatan yang tepat, akan mempengaruhi
kondisi menguntungkan tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA