Ilustrasi -dokpri |
Siapa yang bisa menjawab, peringatan Hari Gizi setiap
tanggal berapa ? Sssst, saya sendiri juga baru tau, kalau jawabannya adalah
tanggal 25 Januari - hehehe.
Kita semua musti jujur, bahwa gaung hari gizi belum terlalu santer terdengar, perayaannya tidak
sesemarak (misalnya) Hari Kartini, Hari Ibu, (apalagi) Hari Kasih Sayang.
Padahal masalah gizi adalah masalah krusial buat kelangsungan
semua orang, apabila tidak segera ditangani berdampak jangka panjang.
Nutricia Sarihusada, mengajak semua pihak aware masalah gizi, termasuk blogger
yang menjadi corong di linimasa media sosial.
Dilansir dari data Riskesdas (Riset Kesehatan
Dasar) 2018, satu dari lima anak Indonesia mengalami berat badan kurang.
Keadaan ini musti segera diintervensi, agar selama masa
tumbuh kembang, abak tidak terancam gizi kurang, dan yang lebih bahaya adalah
stunting (tubuh kerdil).
Acara ‘Bincang Gizi’ yang diadakakan oleh Nutricia,
sebagai bentuk komitmen Nutricia selalu mendukung upaya perbaikan gizi.
“sebagai
perusahaan yang memiliki komitmen mendukung perbaikan gizi, tidak hanya
menyediakan produk nutrisi dengan kualitas terbaik dan harga terjangkau, kami
juga secara berkesinambungan memberikan edukasi mengenai gizi” jelas Arif Mujahidin, selaku Communication Director Danone Indonesia.
Arif Mujahidin- dokpri |
Nah untuk peduli gizi, bisa dilakukan dari hal paling
sederhana, yaitu secara rutin melakukan pemantauan (salah satunya) melalui penimbangan
berat badan anak.
Danone menyediakan platform website, di www.cekberatanak.co.id , langkah ini
untuk memudahkan orang tua memantau kapan saja dan di mana saja.
Gizi Seimbang untuk Tumbuh Kembang
Sumber daya manusia (SDM) adalah modal utama sebuah
bangsa, kualitasnya dipengaruhi oleh (salah satunya) asupan yang nantinya berdampak
pada tumbuh kembang.
Bahan asupan harus diperhatikan sejak 1000 HPK,
agar calon bayi tidak kurang gizi, dan lebih parah lagi terdampak stunting.
Mengacu data Riskesdas 2018 (lagi), presentase underweight (berat badan kurang) dan severe underweight (berat badan sangat
kurang), pada kelompok balita Indonesia mencapai 17,7%.
Angka tersebut termasuk tinggi, karena melampaui
ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatam Dunia (WHO) yaitu 10%.
Kondisi ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke
5 stunting dunia, akan memiliki dampak buruk baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Indikasi kekurangan nutrisi, sebenarnya bisa diketahui
dengan adanya perlambatan pertumbuhan (growt
faltering), kalau tidak segera ditangani akan berkelanjutan stunting.
Sementara faktor penting masa tumbuh kembang anak,
mencakup Genetic, enviroment, Nutrition (ASI, MPASI, Makanan Keluarga).
Kekurangan nutrisi bisa terjadi, karena bayi tidak
diberikan ASI eksklusif, kemudian berlanjut pada MPASI yang tidak bagus. Kondisi
air dan sanitasi yang buruk, berkaitan erat dengan diare, infeksi berulang,
arsenik, stimulasi dan pola asuh bayi yang salah dan mengakibatkan ibu depresi.
“status gizi
kurang, merupakan salah satu permasalahan pertumbuhan yang mengacu pada kondisi
berat badan yang ideal menurut tinggi badan.Kondisi ini dapat diakibatkan oleh
asupan gizi yang kurang, penyakit kronis, masalah kesulitan makan, praktek
pemberian makan yang salah dan ketidaktahuan orangtua,” jelas Dr. Dr. Conny
Tanjung Sp.A (K)
Ki-Ka : Dallas Pramata, Kadhita Ayu, dr Conny Tanjung -dokpri |
Anak dengan status kurang gizi, rentan terjadi
penurunan sistem daya tahan tubuh, rentan terhadap penyakit, anak tumbuh tidak
optimal cenderung pendek.
Nutrisi memegang peran penting, dengan
memperhatikan kecukupan nutrisi sejak awal kehidupan, akan mendukung masa depan
anak yang lebih.
Kecukupan nutrisi mempengaruhi manusia untuk melakukan
aktivitas, mengoptimalkan fungsi tubuh, pendukung tumbuh kembang dan fungsi
terapy.
WHO merekomendasikan, untuk menyusui secara dini
(< 1 jam dari kelahiran) memberi ASI ekslusif selama 6 bulan, dilanjutkan
MPASI setelah 6 bulan (pemberian MPASI tepat dan benar)
MPASI ASI diberikan secara tepat waktu, Aman dan
Higenis, Adekuat (memebuhi kebutuhan energi, protein, mikronutrient) dan
siberikan secara responsif.
Kandungan MPASI yang musti diperhatikan, ada unsur
karbohidrat, protein (hewani, ikan) bahan makanan mengandung susu,
kacang-kacangan, buah sayur, lemak.
“selain
mengupayakan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan
ideal, orang tua juga perlu aktif melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak
di layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau, untuk memantau stats gizi dan
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan,” tambah dr Conny.
Dukungan Positif
Keluarga Mencapai Berat Badan Ideal
Setuju nggak, bahwa perbaikan gizi dimulai dengan
peran aktif keluarga ? ya, keluarga terutama orang tua, harus memperhatikan
pola makan, demi kecukupan gizi.
Saya pernah menjumpai seorang ibu, yang anaknya kerap
diberi mie instan, “Abis anak gue seneng, makannya banyak kalau pakai mei,” si
ibu beralasan.
Menjadi orang tua, akan membawa perubahan kondisi psikologis,
musti melihat satu hal dari beberapa sisi, termasuk mengatasi pola makan anak.
Menjadi orang tua, musti belajar tidak egois,
menyediakan diri untuk belajar, giat mencari informasi untuk mengreasikan menu
agar anak tertatik mengonsumsi aneka makanan.
“Dalam prespetif pola asuh, orang tua juga perlu
turut andil memberikan contoh kebiasaan pola makan yang baik di rumah dan
menyediakan waktu bersama yang berkualitas dengan anak,” ujar Psikolog Ajeng Reviando.
Pepatah arab mengatakan, “Al ummu madrasatul ulla”
ibu adalah madarasah pertama, bermula dari ibu anak menyerap informasi pertama
kali.
Ibu musti tak lelah menyampaikan kalimat positif, agar
tertanam afirmasi yang baik di benak anak tentang makanan.
Orang tua musti mau memberi contoh nyata,
menerapkan kebiasaan makan yang baik, menyediakan waktu berkualitas bersama
anak.
Menyoal kebersamaan keluarga inilah, yang diterapkan
pasangan selebriti Kadihta Ayu dan Dallas Pratama.
Ki-Ka ; dr Conny, Arif, Ajeng, Kaditha, Dallas -dokpri |
“Di rumah, saya dan suami menerapkan untuk selalu
memberi contoh yang bisa diteladani anak. Misalnya kalau ingin anak makan
sayur, maka saya juga harus makan sayur, jadi tidak perlu menggunakan paksaan
untuk mendukung asupan gizi anak tercukupi,” ujar Kaditha Ayu.
“penting bagi orang tua untuk berpikir terbuka
dalam menerima masukan dari lingkungan dan objektif dalam menerima rekomendasi
akhli kesehatan untuk mengikuti petunjuk pemulihan gizi yang disarankan,” imbuh
Ajeng.
Saya sepakat, bahwa keluarga adalah tonggak utama
kesadaran gizi, orang tua musti upgrade pengetahuan tentang gizi.
Dengan rutin mengecek pertumbuhan anak (melalu web
beratanak – link di atas), orang tua lebih siap dan waspada mencari solusi dan
konsultasi pada ahlinya.
Very nice blog post. I definitely appreciate this site.
BalasHapusContinue the good work!
Thank u very much
Hapus