Illustrasi-dokpri |
Saya ingat dua tahun silam, ketika bulan Januari
masih hitungan hari. Berkesempatan mengunjungi sebuah yayasan, yang membantu
anak-anak penderita kanker dari keluarga prasejahtera.
Anak-anak dalam masa pengobatan kanker (rata-rata
selama dua tahun), dipersilakan tinggal bersama pendamping (biasanya ibunya) di
rumah singgah.
Lokasi yayasan di daerah Percetakan Negara -
Jakarta Timur, dengan pertimbangan dekat RSCM – kalau sewaktu waktu penderita
butuh penanganan medis tidak terkendala jarak.
Fasilitas disediakan terbilang cukup lengkap,
seperti makan tiga kali sehari, tempat tidur, ruang bermain, tempat belajar,
alat peraga pelajaran dan sebagainya.
Saya berbincang dengan seorang ibu dari Lampung,
sekitar enam bulan mendampingi anaknya yang berumur 2,5 tahun dalam masa pengobatan
kanker mata.
Si ibu merasa sangat terbantu masalah tempat
tinggal, mengingat tidak punya saudara yang berdomisili di Jakarta dan
sekitarnya.
Adalah Ibu Ira Soelistyo, pemilik hati mulia
itu, beliau menaruh perhatian besar pada anak-anak penderita kanker dari
keluarga butuh uluran tangan.
Rupanya ibu Ira, pernah mengalami dan
merasakan hal yang sama pada tahun 1984, buah hati masih berusia 4 tahun
didiagnosa kanker.
Ibu Ira Soelistyo- dokpri |
Pengobatan dalam jangka waktu lama dilakukan, diakuinya
menguras fisik, batin, materi, sampai sang buah hati menghembuskan nafas
terakhir.
Perasaan kelelahan lahir batin yang pernah dialami,
ternyata justru menumbuhkan tekad dan semangat yang kuat untuk membantu sesama.
Niat baik ternyata tidak berjalan mulus seketika,
awal mula keberadaan rumah kontrakkan (untuk yayasan) ditentang warga sekitar yang
kawatir tertular.
Kemudian berkat bantuan seorang dokter, warga
mendapat penyuluhan serta penyadaran, tentang penyakit tidak menular dan
dampaknya.
Pada tahun pertama sempat kesulitan keuangan,
nyaris tidak sanggup memperpanjang kontrakan, hingga akan diusir pemilik rumah.
Penolakan juga dilakukan pasien yang hendak
dibantu, keluarga penderita merasa curiga, ada maksud tertentu dibalik bantuan yang
akan diterima.
Hingga bertemu dengan dua pasien dari luar
Jawa, menjadi penghuni pertama yayasan, kemudian satu persatu datang dan
bertahan sampai sekarang.
Kemudian mulai mendapat kepercayaan dari satu
donatur, merembet pada donatur lain, dan kini yayasan sudah menyebar, ke Aceh,
Manado, Palembang, Makasar, Malang.
Di Jakarta sendiri, dua gedung dengan tiga
lantai berdiri di atas lahan milik yayasan, masih berada di daerah Percetakan
Negara.
“Dalam
keadaan kepepet, saya kerap dipertemukan dengan keajaiban, hingga saya semakin
yakin dengan jalan saya tempuh,” ujar ibu Ira mantap
suasana di rumah singgah- dokpri |
Kisah tentang keajaiban juga pernah saya dengar,
dari seorang teman ( saya kenal baik) yang sangat sayang dan berbakti pada
ibunya.
Si teman ini (secara tidak sengaja saya pernah
bersua sedang di teller Bank) rutin mengirim uang bulanan, kepada ibu yang
sudah sepuh.
Ada juga teman yang single parent, (saya tahu)
punya kebiasaan mulia, yaitu berbagi nasi kotak setiap jumat pagi,
Dari penuturannya, kerap menemui jalan tidak
terduga, ketika sedang kesulitan atau kesusahan, karena permasalahan yang
sedang dihadapi.
Dan masih banyak kisah lain, kalau saja saya sebutkan
satu persatu, maka artikel ini terlalu panjang dan tidak akan selesai,
-0o0-
Dan dari sekian banyak persuaan, dari banyak manusia
luar biasa saya jumpai, dari percikan mutiara hikmah tersebar di samudera
kehidupan ini.
Membawa saya pada satu kesimpulan, bahwa
keajaiban tidak datang dengan tiba-tiba, keajaiban memiliki musabab yang bisa
diupayakan.
Bu Ira pendiri yayasan kanker berkisah, pernah
sepeser uangpun belum dipegang, sampai sehari sebelum sewa kontrak rumah
singgah berakhir.
Keesokan hari (sebelum pemilik rumah mengambil
kunci), pada pagi hari ada tamu datang, dan menyerahkan uang dengan besaran
persis senilai biaya sewa rumah selama satu tahun.
acara di panti asuhan daerah Ciputat- koleksi pribadi |
Teman yang berbakti pada ibunya, kemudian teman
single parent yang dermawan, ternyata juga mengalami keajaiban serupa.
Dalam kisah yang dituturkan pada saya, saat dalam
keadaan kepepet, tiba-tiba ada saja uluran tangan yang tidak masuk akal
datangnya.
Ya, hanya kebaikan yang mengantar keajaiban
tersebut. Keajaiban ternyata satu paket, mengiringi derma yang pernah atau
sedang diupayakan.
Jangan remehkan kebaikan meskipun kecil
adanya, kalau itu (kebaikan kecil) dilakukan secara berulang-ulang, niscaya
akan mengundang keajaiban datang pada saat tidak dinyana.
Saya tahu dan pernah bertemu ibu ira. Beliau sangat ramah dan baik. Kerja kerasnya nyata. Anak-anak asuhnya (kalau boleh disebut begitu) benar-benar beruntung memiliki beliau.
BalasHapusterimakasih sudahberkunjung :)
Hapus