Medcom.id |
Saya yakin anda sudah familiar, dengan sinetron berjudul
Preman Pensiun. Sinetron yang ditayangkan RCTI tiga tahun silam, rupanya mendapat
tempat di hati pemirsa televisi.
Saking bomingnya sinteron Preman Pensiun, dibuat sampai 3 session, tetap diproduksi MNC Pictures.
Bagi pecinta sinetron Preman Pensiun yang kangen, kini
bisa menyaksikan kembali kisah para preman yang unik dalam versi layar lebar.
Ruh sinetron dan film Preman Pensiun, tetap ada di
tangan Aris Nugraha, selaku Ide Cerita, Penulis Skenario sekaligus Sutradara.
Kalau mau jujur sih, saya sendiri (sebenarnya)
bukan penikmat sinetron Preman Pensiun (sinetron yang lainnya juga sih,
hehehe).
Tetapi sempat (beberapa kali) melihat iklannya, jadi
tidak terlalu asing dan mengenal pemain yang terlibat di Preman Pensiun.
Demi mengobati rasa penasaran, sebelum datang ke
Press Screening, saya melihat beberapa episode Preman Pensiun melalui youtube.
Kesan pertama menyaksikan, saya merasakan bahwa Preman
Pensiun berbeda dengan Sinetron kebanyakan, pesan disampaikan dengan bahasa sederhana
dan mudah diterima.
Sinopsis film Preman Pensiun:
Adalah Muslihat (diperankan Epi Kusnandar) menjadi penerus
Kang Bahar (versi sinetron diperankan alm Didi Petet), mengajak anak buah
bertobat sebagai preman.
Meski Kang Mus menyadari, bahwa untuk kembali ke
kehidupan normal tidaklah mudah, diperlukan ketekunan dan kesabaran menjemput
rejeki.
Maka para mantan preman satu persatu berbelok haluan, ada
yang menjadi petugas keamanan, ada yang menjadi penjual kaos, peternak lele, penjual
jaket kulit dan lain sebagainya.
Kang Mus sendiri, berganti-ganti bisnis karena bangkrut,
saat ini berbisnis kecimpring (kerupuk yang dibuat dari singkong diparut)
itupun sedang sepi, dan dibantu Ujang (diperankan M. Fajar Hidayatullah)
sebagai asistant yang juga mantan preman.
Persaudaraan mantan preman tetap terjaga, tetap menjalin
komunikasi,membantu mencari jalan keluar
ketika salah satu kesulitan.
Penghormatan Kang Mus terhadap keluarga Kang Bahar tetap
ditunjukkan,sesekali mengunjungi Kinanti (anak Kang Bahar) yang belum menikah.
Siapa sangka, ditengah pertobatan dari dunia hitam, ada
anggota mantan preman yang tidak tahan dengan ujian, ketika usahanya sedang
sepi.
sumber thriller di SINI
-0O0-
Saya sangat menikmati jalan cerita Film Preman
Pensiun, dikemas dengan alur yang sangat sederhana, mengalir dan
mudah dicerna layaknya kehidupan keseharian.
Para pemain berakting cukup natural, karakter
ditampilkan di layar saling mendukung, sehingga tidak ada gab dan superioritas antar pemain.
Epi Kusnandar bermain cukup all out, saya bisa merasakan kewibawaannya sebagai pentolan preman
meski sedang bertingkah kocak.
Saat sesi tanya jawab di presconf, seorang pengamat
film menjagokan nama Epi, minimal masuk sebagai nominasi pemeran pria terbaik
Festival Film Indonesia.
Tak berlebihan, jika Aris Nugraha berharap, film
besutannya Preman Pensiun tidak sekedar menjadi tontonan, tapi juga bisa
menjadi tuntunan masyarakat.
Konon efek dari sinetron pernah terjadi, yaitu
seorang preman (di kehidupan nyata) bertobat setelah menyaksikan cerita
sinetron Preman Pensiun.
Press Conf dengan Crew and Cast -dokpri |
Ada yang unik dari film bergenre komedi ini, bahwa
skenario baru ditulis 14 hari sebelum shooting di mulai pada bulan April 2018.
Dan menghabiskan waktu shooting selama 21 hari,
sedangkan untuk skenario akhir film, baru selesai H-2 sebelum shooting selesai.
Ada yang mengganjal di benak saya, adalah tehnik
dialog yang dipenggal kemudian digabung dengan adegan berbeda, namun dialognya
terkesan nyambung.
Pada satu sisi, bisa menjadi satu kekuatan dan keunikan
(pasti Sutradaranya bekerja keras untuk ini), pada sisi lain membuat ada adegan
yang menggantung.
Namun pada akhirnya, saya berusaha menoleransi
diri, tidak terlalu memikirkan kelanjutan scene yang digantung tersebut.
Saya bisa mengambil kesimpulan sendiri ending scene
terpotong, meski bisa jadi persepsi penonton di krusi sebelah saya juga berbeda.
Sebagai sebuah hiburan, Preman Pensiun berhasil
mengajak penonton (secara tidak sadar) menertawakan diri sendiri.
Saya bisa tertawa lepas, melihat tingkah kocak
Murad dan Pipit, kemudian keseganan Ujang pada Kang Mus ketika ditawari ngopi.
Ada juga scene yang membuat saya terenyuh, ketika
kang Mus datang ke rumah Kang Bahar, kemudian duduk di kursi yang biasa
diduduki kalau menghadap Papi.
Pada bagian ini, kualitas keaktoran seorang Epi Kusnandar saya akui, berhasil membawa saya turut hanyut dalam perasaan yang ada dalam adegan tersebut.
Pada bagian ini, kualitas keaktoran seorang Epi Kusnandar saya akui, berhasil membawa saya turut hanyut dalam perasaan yang ada dalam adegan tersebut.
Pada ujung cerita saya menyimpulkan, bahwa film ini
dibuat dengan ketulusan, sebagai penonton saya merasakan ketulusan tersebut.
Di Preman Pensiun, tdak ada pemain yang dicitrakan paling gagah, paling ganteng, paling sempurna (seperti yang ada di film kebanyakan) .
Bahkan kang Mus si pemersn utama, ditampilkan tidak jaim layaknya, yang ileran, mencium bau keteknya sendiri.
So pesa. kesederhanaan, dan (sekali lagi) ketulusannya bisa saya tangkap dan rasakan.
Di Preman Pensiun, tdak ada pemain yang dicitrakan paling gagah, paling ganteng, paling sempurna (seperti yang ada di film kebanyakan) .
Bahkan kang Mus si pemersn utama, ditampilkan tidak jaim layaknya, yang ileran, mencium bau keteknya sendiri.
So pesa. kesederhanaan, dan (sekali lagi) ketulusannya bisa saya tangkap dan rasakan.
Dan bagi kalian yang ingin menikmati film yang
berbeda, tunggu Preman Pensiun di bioskop di tanah air pada 17 Januari 2019.
Preman Pensiun
Sutradara : Aris Nugraha
Skenario dan Ide Cerita ; Aris Nugraha
Produser Eksekutif : Toha Esa, Didi Ardiansyah,
Ferry Ardiyan, Deborah Debby Wage
Produser : Mifta S Yahya, Regi Djundjunan
Produser Kreatif : Lukman Sardi
Cast : Eppi Kusnandar, Tya, Ica Niaga, Deny
Firdaus, Dedi Moch Jamasari, Isye Sumarni, Soraya Rasyid, Andra Manihot, M
Fajar Hidayatullah.
koleksi pribadi |
Alhamdulillah kang Pipit dalam film preman pensiun hijrah ke jalan yang lurus dan benar. Semoga terus Istiqomah
BalasHapusAmin, trimakasih Mpok Ratne
Hapus