sumber ; arifkancil.com |
Sewaktu masih SD di tanah kelahiran, saya punya tukang
pecel Madiun langganan. Seorang ibu paruh baya berbadan sedang, biasa memakai kain
panjang dengan kebaya kembang-kembang.
Setiap pagi, si ibu rutin menggelar dagangan di samping
pos kamling, dari senin sampai minggu, artinya tidak mengenal hari libur.
Setelah tamat sekolah menengah atas dan merantau,
sesekali pulang kampung saya masih menjumpai penjual nasi pecel.
Sampai terdengar kabar meninggalnya ibu penjual, setiap
mudik saya melihat samping pos kamling tidak ada lagi yang berjualan.
Nasi pecel Madiun adalah makanan favorit, sejak
kecil menu khas ini terbilang paling mudah didapat, mengingat beberapa penjual ada
tidak jauh dari rumah.
Setelah merantau ke Ibukota, saya relatif jarang
menyantap nasi pecel kegemaran, pasalnya jarang menemui penjual pecel Madiun
Ada satu penjual nasi pecel Madiun, berjualan dengan
tenda di pelataran depan sebuah ruko dekat pasar kecil di daerah Tangerang
Selatan.
Saya menemui (pembeli biasa menyapa dengan
panggilan) bude, sejak awal menikah ketika mengantar istri belanja ke pasar.
Sambil menunggu, saya membeli sarapan nasi pecel
Madiun dan harga dibandrol relatif murah– biasanya istri menyusul dan sarapan
dengan menu lain.
Posisi bude di pelataran depan ruko, yang digunakan
untuk operasional therapy kesehatan, tetapi (sepertinya) tidak terlalu diminati
pelanggan.
Selang beberapa waktu, ruko berganti penyewa, yaitu
rumah makan yang dari plang terbaca masakan Manado Jawa.
Rumah makan baru ini memiliki konsep self service, pembeli bisa mengambil
menu sepuasnya dan dihitung satu harga.
Rumah makan Manado Jawa, terbilang kreatif dengan
menu dan membuat paket murmer pada hari
tertentu (termasuk weekend).
Tak ayal, strategi ini disambut antusias pelanggan,
setiap kali saya datang, terpaksa antre karena banyak pembeli.
pecel madiun dengan lontong -dokpri |
Bagaimana nasib bude nasi pecel?
Saya mulai berpindah hati ke warung sebelah, menahan
tidak makan pecel Madiun, kecuali sesekali kalau kepingin.
Prediksi saya, si bude tidak bertahan lama, pelanggan
beralih (termasuk saya) dan tertarik dengan konsep dan promosi menarik.
Konsisten itu
butuh Stamina dan ketahanan
Menjelang tahun kelima usia pernikahan, kami pindah
ke rumah sendiri. Sejak saat itu, sangat jarang belanja ke pasar, karena ada tukang
sayur langganan di dekat rumah.
Di tempat tinggal baru, ada juga penjual pecel Madiun,
kalau sedang kangen makanan khas ini, saya membeli di tempat baru.
ayousha.com |
“Beli pecel Madiun ke Bude yuk,” ujar saya pagi itu
Akhir tahun ini, bertepatan dengan libur panjang
sekolah, saya pengin mengajak istri dan anak-anak ke bude pecel.
Ide saya bersambut, istri pengin belanja lagi di
pasar, sekalian mengajak anak jalan-jalan, seperti ketika mereka masih kecil.
Saya melihat bude sibuk melayani pembeli, masih di lokasi
yang sama dengan gerobak belum berubah dan menu dijual relatif juga sama.
Saya memesan seporsi nasi pecel kesukaan, dengan
lauk pauk yang bisa dipilih, dan (lagi-lagi) harganya masih di bawah warung
pecel lainnya.
Ketika menengok ke belakang, saya melihat ada yang
berubah, Warung Manado Jawa telah berganti dengan penjual ayam bakar.
“Konsisten”kata ini yang mampir di benak, Bude memegang
sikap konsisten dengan jualan pecel Madiunnya, tak gentar dengan kompetitor mencoba
mengambil pelanggan.
Saya yakin, bude pecel Madiun sempat sepi karena pembeli pindah, namun nyatanya dia tetap jualan sampai sekarang, justru kompetitornya yang tutup.
Saya yakin, bude pecel Madiun sempat sepi karena pembeli pindah, namun nyatanya dia tetap jualan sampai sekarang, justru kompetitornya yang tutup.
Pun dengan (almarhumah) ibu penjual pecel Madiun,
yang dulu menjadi langganan ketika masih di kampung halaman adalah orang yang
konsisten.
Sikap konsisten butuh ketangguhan, tidak mudah dijalankan
bagi yang mudah tersulut oleh keinginan sesuatu yang baru.
Konsisten bisa diterapkan di segala bidang
pekerjaan, setia dengan bidang digeluti, geming dengan kompetisi dan terus
bertahan.
Bagi yang menahbiskan diri sebagai blogger atau
penulis, sudah berapa artikel anda tulis atau dipublish awal tahun 2019 ini?
Konsistensi selalu menjadi sikap orang sukses, memang tidak semua orang konsisten bakal sukses, tapi semu orang sukses selalu konsisten. Mantap tuh konsistensi Bude penjual pecel, sudah jarang pedagang yang bertahan dengan satu barang dagangan sepanjang hidupnya.
BalasHapusKebanyakan penjual di desa konsisten Doel, ibuku jualan dari awal merrid sampai sepuh dan sekarang warungnya dilanjutkan anak
HapusPara pedagang kecil itu, selalu punya keyakinan bahwa kalau sudah rejekinya, pasti akan datang.
BalasHapusih, saya baru punya 1 postingan di 2019
Yuk semangat kakak, :) trimakasih sudah berkunjung
Hapus