salah satu bangunan di Istana Kaibon - koleksi pribadi |
(Artikel ini sudah tayang di Kompasiana dengan penulis yang sama)
Setiap berada di kawasan Cagar Budaya, saya seperti
diajak memasuki lorong waktu. Mengayun langkah ke belakang, menyusuri celah relung
masa lampau telah tertinggal, menyerap nilai-nilai budaya dan kemanusian pada
tempo dulu.
Banyak hal saya petik menjadi suri tauladan, atas perilaku
dan budi pekerti manusia pada setiap jaman. Seperti kisah Sultan Syaifuddin dari Keraton
Kaibon di kawasan Banten lama, ternyata seorang yang sangat berbakti pada ibunya (Ratu Aisyah).
Sebuah istana megah nan luas – masih ada reruntuhan
bangunan —menjadi saksi, tentang sembah bakti anak pada sang ibunda.
Saya merasakan denyut bakti itu, menilik bangunan
gerbang memanjang dengan konsep terbuka –gerbang luar-- dan tertutup—semakin ke dalam. Kemudian
ketebalan tembok dibangun sekitar satu sampai dua meter, sehingga istana kokoh
tidak mudah runtuh.
Bakti itu semakin nyata, ketika mendengar
penjelasan -- kemudian membuktikan petilasannya -- terdapat satu ruang kamar
didesign khusus dengan kolam di bawahnya.
Konon udara di kawasan Banten yang cukup terik,
bisa diredam panas itu dengan dinginnya air kolam yang dibangun di dalam kamar
ibunda Sultan.
Bukti bakti yang tidak bisa disangkal, ketika
mendengar, melihat, merasakan, bersentuhan dengan puing tembok, sebagian masih
berdiri dengan kokohnya.
Itu baru cagar budaya di Istana Kaibon, Kawasan
Banten lama masih punya banyak cagar budaya sarat nilai-nilai kehidupan.
Seperti masjid Agung Banten, Banteng Spelwijck, Vihara Avalokitesvara, Rumah
Dunia Gol a Gong dan beberapa kawasan lainnya.
Pada tulisan ini, saya akan mengisahkan inspirasi -- saya dapat dari beberapa situs-- perjelanan jelajah cagar budaya kawasan Banten Lama.
Tidak hanya kekayaan budaya benda, kekayaan budaya
tak benda di Banten juga dimiliki. Seperti adat dan tradisi kuat suku Badui, sehingga
memperkuat ikon provinsi Banten sebagai tujuan wisata sejarah dan budaya.
***
Bangsa kita Indonesia, memiliki kekayaan berupa cagar
budaya beraneka ragam yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sudah semestinya menjadi tugas kita, melestarikan
aset bangsa, sesuai amanat Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar
Budaya.
team jelajah kawasan Banten Lama- dok WAG |
Saya beruntung, berkesempatan bergabung dalam
program “Pesona Cagar Budaya Indonesia-
Jelajah Kawasan Cagar Budaya Banten Lama,” yang diadakan pada 12 – 14
Oktober 2018.
Acara keren ini digagas, oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman - Direktorat
Jenderal Kebudayaan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia. Melibatkan artis Ramon
Y.Tungka dan Komunitas Blogger (sebagai penggiat media sosial)
Di era digital seperti saat ini, siapa bisa
menyangkal dahsyatnya dampak media sosial. Berita yang berseliweran di timeline
medsos, nyatanya lebih cepat viral dibanding kabar di media mainstream.
Tak jarang, kabar yang ada di media elektronik dan atau
media cetak, justru merujuk cuitan twitter, postingan di IG atau IG story dan status
beranda facebook, sebagai sumber berita.
Penyebarluasan informasi Cagar Budaya, menggunakan
media sosial – dilakukan oleh blogger dan publik figure— tentunya menjadi
strategi cukup tepat. Menjadi sarana dan ajang pembelajaran, agar netizen
(mewakili sebagian masyarakat) memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cagar
budaya.
Gerakan pelestarian cagar budaya, perlu digalakkan
dan dikemas dengan menyesuaikan kemajuan jaman. Sehingga pesan-pesan
pelestarian, bisa disampaikan dan diterima dengan baik.
Batik Banten, Budaya, Filosofi dan Prestasi
Batik Indonesia, sudah mendapat pengakuan badan
UNESCO- PBB, yaitu batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan
non-bendawi (masterpiece of the oral and intangible Heritage of humanity) sejak
2 oktober 2009- kemudian dijadikan sebagai hari batik nasional.
Batik dikategorikan karya non bendawi, karena bukan sekedar selembar kain dengan pola dan warna yang tertuang di atasnya. Namun di
atas kain batik tersebut, mengandung cerita, nilai filosofis dan humanis, serta
kearifan budaya lokal yang sangat mendalam.
Sebagai warisan budaya yang tinggi, batik musti
dipertahankan, diperkenalkan dan diestafetkan ke generasi berikutnya
Nah, menyoal pelestarian budaya non benda, batik
Banten tidak bisa dipisahkan dengan muatan filosofi dan budaya kawasan Banten
Lama.
Adalah Uke Kurniawan, selaku pendiri Batik Banten,
begitu gigih memperjuangkan eksistensi batik Banten di antara batik lain dari
berbagai daerah di Indonesia.
Konon, kelebihan batik Banten adalah motif yang
diadop dari benda-benda purbakala, seperti artefak kreweng, tembikar – yang
merupakan temuan arkeolog—serta 90 ragam hias lainnya.
Setiap motif di batik Banten, terkandung filosofi
terkait peninggalan sejarah, tak heran jika nama motif –beberapa-- diambil dari
nama gelar, bangsawan, tata ruang di kesultanan Banten.
Batik Banten memiliki ciri khas warna abu-abu soft,
hal ini disebabkan air di kawasan Banten memiliki kandungan zat besi yang
tinggi.
Batik Banten - dokpri |
Meski kompetisi di pasaran batik cukup ketat dan tinggi,
rupanya Batik Banten berhasil menembus market share hingga 87%.
Atas prestasi membanggakan ini, Uke Kurniawan berhasil
meraih penghargaan, sebagai pemuda kreatif dari Presiden SBY. Presatsi ini
kemudian berlanjut, dengan diraihnya Paranakarya dari Presiden Joko Widodo.
Kemudian lelaki rendah hati asli Banten,
membeberkan rahasia dibalik prestasi Batik Banten. Yaitu dengan menerapkan ‘5
S’, sehingga upayanya bisa bertahan.
Apa itu 5 S?
Strategi
: mencakup strategi pemasaran dan strategi Industri, seperti pemilihan bahan kain
dan proses produksinya – seperti dilarang membatik di atas kain basah, hasilnya
tidak akan maksimal.
Struktur
pekerjaan : Bahwa setiap orang memiliki jobdesk, boleh saja orang tahu
semua pekerjaan. Namun pada saat proses prosuksi, musti focus berada dalam satu
fungsi (no multitasking)
Sistem :
Dalam sebuah proses pekerjaan, musti ada satu sistem yang dijalankan. Sehingga
alurnya bisa dipahami pelaku sistem, apabila ada yang salah, bisa segera dibenahi
dan disempurnakan.
SDM (Sumber
Daya manusia) : sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai, peran SDM sangat
penting. Batik Banten lebih mengutamakan SDM yang jujur – apalagi ditunjang
memiliki jiwa seni--, daripada SDM yang sekedar pintar tapi tidak jujur.
Speak (bicara)
: dana sebesar apapun untuk promosi di media, akan kalah dengan sistem promosi
getok tular (dari mulut ke mulut). Uke melakukan promosi dengan tekun, termasuk
melalui kesempatan menjadi dosen terbang di beberapa Universitas di Indonesia.
***
“Demi masa, Sesungguhnya manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang yang beriman, megerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati, supaya mentatai kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (Al- Ashr - QS 103)
Rangkaian acara Pesona Jelajah Cagar Budaya Kawasan
Banten Lama, seperti mengingatkan saya pada surat Al-Ashr dan satu pepatah “Setiap
masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.”
Betapa setiap kita manusia, memiliki masa hidup
pada waktu yang telah ditentukan. Apa yang kita perbuat saat ini, bisa saja
menjadi pelajaran dan atau inspirasi bagi orang di masa mendatang.
Jujur saja saya merasakan, bahwa di balik
reruntuhan situs istana Sarosoan, megahnya benteng Spellwijck, kokohnya Masjid
Agung Banten, goresan halus batik banten, terdapat nilai budaya luhur dan
kemanusiaan yang adi luhung.
Semua hasil karya, karsa dan cipta ini, kelak akan
menjadi peninggalan, ketika masa kita di dunia ini sudah selesai.
Sudah menjadi tugas setiap kita manusia,
memanfaatkan waktu sebaik mungkin, agar hanya kebaikan yang menjadi warisan
untuk anak cucu kelak. – Amin-
foto session di depan museum negeri Banten- dok WAG |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA