sumber foto ; tonfeb.com |
Orang tua mana yang tidak sayang anak, nyaris semua kemauannya dituruti. Minta junk food dibelikan, pengin minuman bersoda dikabulkan. Akhirnya badan
anak melebar, geraknya tidak selincah sebelumnya.
Saya pribadi, suka gemeees melihat anak
bertubuh gemuk. Saking gemesnya, pengin nyubit pura-pura, hehehe. Anak bertubuh
gemuk, biasanya memang terllihat lucu ya.
Eit’s, anak gemuk jangan sampai keterusan.
Rasa sayang orang tua, bukan berarti memanjakan dengan makanan kesukaan. Pasalnya
obesitas pada anak, memberi dampak kurang bagus.
Saya saja yang sudah senior – (((senior)))
hehehe-, sempat merasakan tidak enaknya obesitas. Kepala kerap pusing, tubuh cepat
lelah untuk beraktivitas.
Apalagi bagi anak-anak, semestinya senang bermain
dan beraktivitas fisik. Kalau mereka kegemukan, kasihan juga dengan
perkembangannya.
Acara “Media
Gathering RS Royal Progress” memberi “asupan” ilmu, tentang dampak obesitas
pada anak ditinjau dari beberapa aspek.
Pemateri pertama, dr. Lucie Permana Sari, SpA, dokter senior di RS Royal Progress ini
mengetengahan tema “Kenali Obesitas Pada
Anak.”
Adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan
lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badan seseorang jauh di atas
normal.
Saya pernah membaca, cara hitung sederhana berat
badan ideal. Tinggi badan dikurangi berat badan, (dikatakan ideal kalau) hasil pengurangan direntang angka 100 – 110.
Misalnya seorang anak dengan tinggi 130 cm,
berat badan ideal antara 20 kg – 30 kg (130- 20 = 110). Apabila melebihi angka
dari bobot tersebut, menjadi peringatan over weight.
Beberapa
faktor penyebab Obesitas
Faktor
lingkungan : Minimnya ruang gerak, seperti taman kota, tanah lapang, atau
fasilitas olahraga, menjadi faktor penyebab anak terbatas aktivitas fisik.
Pola Makan
dan Perilaku Makan: Nah ini dia yang kerap terjadi, kita orang
tua sering tidak tega.
Saat anak merajuk makan di restorant siap saji, orang tua mengalah daripada anak tidak makan. Padahal menu disajikan, asupan kaya karbo plus gorengan, ditambah minuman soft drink.
Kalau sesekali tidak masalah, tapi kalau sering jadi ketagihan.
Saat anak merajuk makan di restorant siap saji, orang tua mengalah daripada anak tidak makan. Padahal menu disajikan, asupan kaya karbo plus gorengan, ditambah minuman soft drink.
Kalau sesekali tidak masalah, tapi kalau sering jadi ketagihan.
Faktor
Genetik : kok saya setuju, orang tua obesitas berati orang tua belum
menerapkan pola makan dan asupan dengan benar. Akibatnya pola makan serupa,
akan diterapkan pada anak-anaknya.
“ada
penelitian, orang tua obesitas menyebabkan 80% anak obesitas, kalau salah satu dari
orang tua obesitas menyebabkan 40% anak obesitas,” jelas dr Lucie.
Pepatah lama mengatakan, “orang subur tanda
makmur” saya termasuk yang menyangkal. Justru orang gemuk, biasanya
menjadi “lahan” aneka penyakit.
Obesitas pada anak (orang tua juga) dapat
mengakibatkan, gangguan fungsi saluran pernafasan, sindrom metabolik, gejala
asma, pelemakan hati (ngeri saya bayangin yang ini).
Obesitas pada anak juga, penyebab pubertas datang lebih
awal, gangguan pertumbuhan tulang dan sendi, serta gangguan dalam interaksi
sosial.
Gangguan Sosial Emosi pada anak Obesitas
Saat masih duduk di bangku SD, saya punya
teman sekelas berbadan subur. Pada saat tertentu (bahkan sering), teman ini
dijadikan bahan ledekan.
Saya yakin maksud teman lain bercanda, tapi tetap saja nampak
raut muka sebal. Akibatnya, si teman lebih suka berdiam diri dari pada
bergabung dengan teman lain.
Pemaparan narasumber Nadia Rachman, M.Psi, Psikolog, membuka wawasan baru. Bahwa respon
emosi pada masa kanak, akan menjadi sesuatu yang berarti.
Anak-anak akan selalu ingat baik negatif atau positif, sesuatu yang dialami hingga dewasa.
Anak-anak akan selalu ingat baik negatif atau positif, sesuatu yang dialami hingga dewasa.
“Emosi
itu bisa positif atau negatif tergantung seseorang menyikapi” jelas Nadia
Saya saja masih ingat, ketika kelas empat SD
disatroni dua teman di kelas atas. Kalimat yang diucapkan saat mengancam,
kata per-kata masih saya ingat sampai sekarang.
Seiring berjalannya waktu, kami sudah saling
memaafkan. Ketemu saat lebaran, kami memaklumi kejadian semasa kanak-kanak
dulu, hehehe.
Demikian juga gangguan emosi pada anak
obesitas, bisanya mempengaruhi mental dan perilaku anak tersebut.
Sebuah penelitian di UCLA, menunjukkan anak
obesitas pada usia 10 – 17 tahun, memiliki resiko dua kali lipat mengembangkan
masalah kesehatan fisik, mental dan ketidakmampuan belajar.
Berikut, tanda-tanda gangguan sosial emosi
pada anak. :
- Hubungan keluarga, teman sepermainan, teman sekolah, biasanya ditangapi dengan tidak menyenangkan.
- Segan bergaul atau
merasa terasing.
- Suka melarikan diri
dari tanggung jawab.
- Kurang percaya diri
- Gugup
- Mengeluh
- Sikap yang introvert
- Mudah Murung
- Mudah merasa
tersingung
Sudah menjadi sunatullah, bahwa setiap masalah
selalu disediakan jalan keluar. Pun dengan gangguan sosial emosi pada anak obesitas,
bisa diatasi dengan beberapa langkah.
- Lebih
mendekatkan diri pada anak, bantu anak
menjaga pola makannya.
- Beri kesempatan anak
mengembangkan kemampuan sesuai minat dan
bakat.
- Beri pujian setiap
anak melakukan hal yang baik dan berprestasi.
- Ajak anak mengikuti kegiatan – kegiatan yang melatih kepercayaan dirinya.
-00o00-
Pada awal saya memutuskan diet, selain pola
makan ada hal paling ditekankan oleh dokter saat konsultasi. Adalah punya
jadwal rutin berolahraga, tujuannya untuk membakar kalori berlebih.
Pada bagian tubuh tertentu (lengan, pinggang
dan paha), sebagai tempat aman bagi lemak bersembunyi.
“Exercise
Tepat untuk Anak Obesitas” oleh Dr.
dr. Rika Haryono, SpKO, mengupas cara mengatasi obesitas dari sisi
aktivitas fisik.
Berdasarkan klasifikasi, angka obesitas pada
anak usai 6 – 9 tahun, berada pada angka 16.5% di tahun 2016.
Mengatasi masalah obesitas, erat kaitannya
dengan gerak atau beraktifitas. Sementara dilema terjadi, tubuh anak dengan
obesitas lebih terasa berat.
Salah menggerakkan anggota badan, mengakibatkan kaki (berpeluang) berbentuk "O" akibat menopang beban tubuh.
Tidak sembarang gerakan bisa dilakukan, musti ada standart pengaturan aktifitas fisik.
Tidak sembarang gerakan bisa dilakukan, musti ada standart pengaturan aktifitas fisik.
Standart pengaturan, meliputi : frekwensi
(misal 3 kali seminggu), Intensitas (stabil), type (menyesuaikan berat tubuh)
dan waktu.
“Banyak keterbatasan pada anak obesitas” jelas
dr Rika
Selanjutnya, Dokter Rika menganjurkan,
sebaiknya anak obesitas diajak bergerak melalui permainan. Hal ini sangat membantu,
agar anak tertarik untuk bergerak.
Anak tidak bisa langsung dilepas sendiri, ada
beberapa tahapan dijalani sehingga aktivitas fisik menjadi aman. Latihan fisik
dengan intensitas tinggi, menyebabkan cidera pada bagian tubuh tertentu.
dr.Pulina
Toding M.Gizi, SpGK, menjadi pemateri di sesi akhir, bersama Chef
Ferdy yang menyiapkan dua menu khusus diet.
Dikutip dari jurnal pediatric, 1 dari 10 anak
di perkotaan terkena obesitas. Hal ini terjadi, karena salah pilih jenis
makanan dan salah mengolahnya. Jenis makanan tinggi kalori dan rendah gizi, penyebab
terjadinya obesitas.
Chef Ferdy, sudah dua tahun di RS RoyalProgress, mempersembahkan dua menu khusus untuk sarapan dan makan siang/ makan
malam.
Roti gulung raw good sayur, menu yang cocok untuk sarapan,
dengan bahan kentang, wortel, buncis, jamur kancing, telur, keju, bumbu dengan
roti tawar sebagai bahan dasar.
Sementara menu steak tempe, pas dipilih untuk
makan siang/makan malam, terbuat dari bahan tempe, daging vegetarian, jamur,
buncis, wortel, brocoli, bawang , telur.
Satu lembar roti tawar, dengan kalori 120
kalori (kebutuhan anak 130 kal) dicampur sayur dan susu menyesuaikan kebutuhan kalori. Roti
dengan cokelat dan susu selai, menyulap roti menjadi tinggi asupan gula.
Pengolahan dengan cara di-oven atau panggang, bisa
menjadi cara mengurangi kalori. Pun kita tidak bisa menghilangkan minyak sama sekali, hanya
kuantitasnya musti diperhatikan.
Menurut dr Pulina, pemberlakuan diet pada anak
obesitas berbeda dengan diet pada orang
dewasa. Bagaimanapun juga, anak tetap membutuhkan asupan untuk tumbuh kembang.
“Orang tua mesti memberi contoh,” jelas dr
Pulina.
Keteladanan orang tua penting, mengajak anak
gemar makan serat (buah dan sayuran). Mustahil anak mau sayur dan buah, tanpa
diberi contoh oleh ayah dan ibunya.
-00o00-
Foto session - dok WA Group |
Saya masih ingat, nasehat nutrisionis saat
konsultasi diet. Kunci mengurangi lemak berlebih, adalah kalori yang keluar
musti lebih banyak daripada kalori yang masuk.
Melakukan Olahraga secara teratur (termasuk
aktivitas fisik), perbanyak konsumsi bahan pangan kaya serat (sayur dan buah), rajin
minum air putih, membuat metabolisme tubuh jauh lebih baik.
Kurangi konsumsi makanan, yang diolah dengan minyak (digoreng), kurangi asupan
gula dan garam, istirahat yang cukup dan kelola stress, sehingga tubuh lebih
sehat.
Penerapan pola makan dan gaya hidup sehat,
memang butuh perjuangan. Namun hasilnya, akan dirasakan sendiri oleh pelakunya.
– salam sehat-
Anak memang sesuatu yang mesti di jaga, dirawat, di among supaya sehat jiwa dan dan raganya... Thats it :)
BalasHapusBener nih, Mas. Banyak orang tua yang lebih milih anaknya kegemukan karena katanya lucu. Padahal kan malah berbahaya buat anaknya ya.
BalasHapus2 keponakanku ada yang obesitas, suka kasian liatnya ketika tidur suka engap nafasnya tersenggal-senggal, dan nilai akademiknya juga turun, sering dibuly temannya juga dibilng gendut, jadi kurang PD memang..
BalasHapusDulu anak gemuk itu dianggap lucu ya, tapi sekarang anak yang berat badannya mulai berlebihan perlu dikontrol
BalasHapussharingnya bermanfaat banget nih, alhamdulillah anakku BB nya normal. secara fisik sih keliatan kurus dan meninggi hehehhe
BalasHapusKalau pada anak, faktor keteladanan orang tua ini pengaruhnya besar mas. Jadi yah role model anak mau makan sehat ya orang tua.
BalasHapushmm obesitas pada anak ternyata perlu juga ya di treatment, karena kadang ortu kadang pengen anak2 gemuk karena lucu hihi
BalasHapusPR banget mengatur pola makan dan menu sehat anak. Paling mudah ya roti selai padahal gulanya tinggi ya >,<
BalasHapusSuka miris liat anak yang Obesitas. Waktu kecil gemuk dianggap lucu makin besar makin sulit menurunkan yang repot ya anak dan orang tua juga akhirnya. Nice sharing kak
BalasHapusHuhu si sulung udah obesitas dikit nih, tp sekarang dia lagi tak sibukin renang sama basket sih. Btw baru tau kalau obesitas bisa mempercepat pubertas.
BalasHapusIya makanya plis deh jgn suka membully anak gendut. Dia pasti ga nyaman juga dgn kondisinya ya kan? makanya perlu kekuatan tekad (tega) utk para ibu utk mengendalikan makan anaknya
BalasHapussalah satu tips ku untuk menjaga berat badan anak yaitu dengan selalu menyiapkan makanan dan cemilan homamade aka dimasak sendiri di rumah.
BalasHapusOlahraga dan atur makan bisa menanggulangi obesitas yah pak, karena kasihan nanti masa depan anak-anak kalau mereka nggak ditangani masalah obesitas ini.
BalasHapusNgomong-ngomong soal obesitas, aku tuh suka kepikiran sama anakku yang sekarang berat badannya naik terus. Selepas liburan panjang kemarin dan habis di sunat, badannya jadi tambah mekar. Tapi untuknya sekarang sudah mulai beraktifitas sekolah, jadi agak mendingan lah.
BalasHapusAlhamdulillah.. sejak konsisten 1th belakangan ini untuk jalan kaki dan naik transportasi umum tiap berangkat kerja. Berat badan berkurang 8 kilo. Dari 68kg/69kg. Sekarang turun jadi 60kg. Kuncinya banyak gerak emang dan atur pola makan. Ga musti diet ketat kok.
BalasHapuspadahal nurunin bb gampang banget yah mas, gak perlu diet2 berlebihan, tapi emang dasar manusia pengennya jalur cepat aja... hahahha.. note ah nasehat nutrisionis biar makin sehat
BalasHapusKadang olahraga paling males padahal itu yang lebih mudah menurunkan BB dengan di imbangi makanan yang bergizi yah kakak
BalasHapusAnak-anak ini memang perlu sekali dijaga asupannya, karena kalau sudah obesitas kasihan juga mulai mengatur pola makannya karena gak semua anak nyaman dengan situasi itukan. Terima kasih ya mas untuk sharingnya
BalasHapusberatnya jadi orangtua apalagi kayak aku yang doyan makan tapi malas olahraga
BalasHapusanak chubby memang gemesin tetapi patut diperhatikan juga jangan sampai over weight karena nggak baik buat kesehatan
BalasHapusAduh aku nih obesitas. Tapi memang dua tahun terakhir ini nggak makan nasi, ngurangi karbi dan gula. Intinya memang dukungan orang terdekat (keluarga) penting bagi anak obesitas
BalasHapusBener nih, anak-anak banyak di rumah, kurang gerak, dampaknya jadi ke berat badan, berat naik jadi ga sehat, ga semangat, ga produktif.
BalasHapusMengatur pola makan anak ini kadang susah ya. Banyak anak2 yg sulit untuk makan teratur dan sehat. Jafi ortunya yg kudu telaten dan sabar
BalasHapusAku cuma mau komen soal RS-nya aja. Pelayanannya oke banget, kemarin tunanganku itu DBD dan dirawat di sana pakai BPJS itu enak banget! Pelayanannya cepet dan teratur. Kalau ada acara-acara serupa di RP jadi pengen ikutan.
BalasHapusWah, jadi orangtua kudu pintar-pintar ngatur pola makan anak ya. Noted buat nanti aku juga nih :D
BalasHapusBanyak orang tua yg suka dan gemes ihat anak imbul2 yah padahal kayak gt mesti di cek selalu kesehatannya jangan sampai lengah.
BalasHapusObesitas pada anak penting diperhatikan.
BalasHapus