ealthlineblog |
Hari Hepatitis sedunia, diperingati setiap tanggal 8
Juli. Tahun ini, menjadi tahun ke 9 diperingati di Indonesia, melalui
Kementrian Kesehatan. Tema hari Hepatitis sedunia di Indonesia, adalah “Deteksi
Hepatitis Menyelamatkan Generasi Penerus Bangsa.”
Blogger mendapat kesempatan emas, memperoleh
pencerahan dari Narasumber yang kredibel. Beliau adalah dr Wiendra Waworuntu, M Kes , Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit menular Langsung, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes RI.
Sebagai narasumber kedua, Dr. dr Andri Sanityoso, SpPD –KEGH, Sekretaris Jendral PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)
Saya baru tahu lho, bahwa satu dari sepuluh orang
di Indonesia, terkena penyakit hati (hepatitis). Kalau disebuah kerumunan ada
(misal) seratus orang, berarti ada sekitar sepuluh terkenan Hepatitis.
Gejala gangguan hati pada balita, biasanya bisa diketahui
dari tubuhnya yang menguning. Orang biasa menyebut sakit kuning, terutama pada
bayi yang baru beberapa hari lahir.
Saya punya pengalaman, ketika istri melahirkan anak
kedua tujuh tahun silam. Kulit bayi tampak agak kuning, setelah dichek ternyata
memang bayi saya terkena kuning.
dr Andri,
menegaskan, bahwa bayi yang diketahui dengan
penyakit kuning, bisa segera dilakukan tindakan pengobatan, untuk mencegah gejala
penyakit hati. Justru kondisi akan lebih
berbahaya, apabila tidak terkena atau tidak tampak kuning, tapi sebenarnya
punya gejala penyakit hati – alias tidak terdeteksi.
Indonesia terbilang proaktif, melakukan penanggulangan
penyakit secara komprehensif, termasuk Hepatitis yang dipandang sebagai masalah
serius. Salah satunya dengan peringatan hari Hepatitis sedunia, guna
meningkatkan pengetahuan semua elemen masyarakat, agar menerapkan hidup sehat
dan menghindari Hepatitis.
Puncak peringatan hari Hepatitis Sedunia 2018, rencana
akan dilaksanakan di Rusunawa Rawabebek Pulogebang Jakarta Timur, pada 31 Juli
2018.
Hepatitis atau peradangan hati, bisa disebabkan karena obat-obatan, peminum
alkohol, virus, parasit dan pelemakan hati. Bahaya banget dengan keadaan pelemakan
hati, menyebabkan fungsi dan kinerja hati terganggu karena dihalangi lemak.
Dua tahun silam, badan saya pernah kesakitan kemudian
cek kesehatan di sebuah klinik di Jakarta Selatan. Badan saya yang subur kala
itu, dinyatakan dokter berpotensi terdeteksi gejala fatty liver (pelemakan hati).
Berat tubuh nyaris satu kuintal ala itu, memang
cukup beralasan muncul aneka penyakit. Saya termasuk pemakan apa saja, relatif abai
terhadap pemilihan jenis asupan. Ditambah lagi malas berolah raga, sehingga
lemak betah ngumpet di tubuh.
Setelah keluar dari ruang praktek dokter, tekad
saya membaja, segera merubah pola makan dan gaya hidup. Dimulai dengan menyeleksi
jenis asupan, menghindari makanan mengandung gula, bahan pangan yang diolah
dengan cara digoreng serta memangkas karbohidrat.
Kemudian mengganti bahan pangan kaya serat, terdapat
dalam buah dan sayuran. Serta tidak boleh lupa, rajin minum air putih dan
tentunya berolah raga.
ki-ka : Pak Anjari (moderator) dr Wiendra, dr Andri - foto dari mbak yayat |
Back to
Hepatitis
Dampak Hepatitis yang tidak terdeteksi sejak dini, bisa menyebabkan terjadinya Chronis
Hepatitis, Cirhosis atau paling parah adalah Kanker Hati. Perlu kita ketahui,
satu dari 4 pengidap Kanker Hati berujung pada meninggal dunia.
Sehingga sangat penting, mengetahui bagaimana cara
penularan Hepatitis. Bisa melalui kotoran mulut, atau kontak cairan tubuh. Pada
ibu hamil, sangat berpotensi menularkan pada bayinya. Bayangkan, kalau ibu
hamil tidak dideteksi Hepatitis, kasihan banget bayi yang dilahirkan.
Penularan Hepatitis bisa terjadi, dari anak ke anak
atau dari orang dewasa ke anak. Kemudian penggunaan jarum suntik sembarangan, hubungan
seksual yang tidak aman serta kontak dengan darah. Saya jadi ngeri, kalau ke
barbershop dikerik dengan silet, notabene silet itu dipakai banyak orang.
Mendadak terlintas di benak, manfaat memakai masker dan atau berjaket panjang saat di area keramaian. Kalau sedang naik Commuter Line atau bus Transjakarta, sangat mungkin berdesak-desakan dan udara dipenuhi aneka virus. Kita tidak tahu kan, bagaimana kondisi orang yang bersentuhan dengan kita.
O’ya, ada penjelasan dari dua narasumber cukup menggelitik
saya. Banyak orang yang tidak memiliki gejala penyakit hati, sehingga tidak merasa
kalau dirinya (sedang) terinfeksi VHC (Virus Hepatitis C). Ngeri juga kan,
kalau kita merasa badan ini baik-baik saja, tetapi ternyata..... (takut mau
nerusin). Rutin cek kesehatan, menjadi jalan keluar yang paling aman.
Hepatitis B (sampai sekarang) belum ada obatnya, kalau
sakit sudah kronis, biaya pengobatan sampai satu milyar. Mumpung masih sehat,
perlu dilakukan cek kesehatan. Kemudian menjaga gaya hidup, dengan asupan
makanan yang baik dan rutin berolah raga.
Pencegahan dini Hepatitis B, bisa dilakukan dengan
vaksinasi, agar muncul antibody. Pencegahan hepatitis, otomtis sebagai upaya
pencegahan kanker hati. Sementara untuk Hepatitis C, setelah deteksi dini, bisa
dilakukan pengobatan dengan kesembuhan diatas 95 %.
klo ke barbershop jangan pakai kerikan pak, mending di cukur aja dan bawa kerikan sendiri. semoga kita semua terhindar dari penyakit ini ya
BalasHapusSerem, ya... ternyata karena ketidaktahuan/ tidak peka gejala hepatitis bisa tahu-tahu kena sudah akut.
BalasHapus