Siapa tidak kesal, mendapati
barang tidak layak konsumsi dalam parcel yang diterima. Saya sendiri pernah punya
pengalaman kurang mengenakan, menemukan barang kedaluwarsa, serta produk dengan
kemasan penyok dalam satu bingkisan parcel.
Bagi Anda yang biasa menyiapkan
parcel lebaran, untuk dikirim ke kerabat dan teman dekat. Pastikan membeli di tempat terpercaya, untuk
mendapatkan barang sesuai standart konsumsi. Malu dong, memberi parcel ke
orang, tapi isinya barang tidak layak konsumsi. Selain tidak pantas, dampak
terhadap kesehatan akan terjadi dalam jangka panjang.
Kalau mau lebih aman, saya punya
trik yaitu membeli bahan parcel secara satuan. Kemudian ditata sendiri, atau
kalau tidak mau ribet cukup dimasukkan tas plastik.
Tahukah anda, Balai Besar POM
(BBPOM) di Banjarmasin, telah menemukan tujuh item produk pangan kadaluwarsa
dan sembilan item produk pangan rusak di dua sarana distribusi. BBPOM di
Palembang juga menemukan, sembilan item produk pangan rusak, dua item produk
pangan tanpa izin edar, empat produk pangan kadaluwarsa dan label tidak
memenuhi ketentuan (TMK).
Sampai akhir Mei 2018, tercatat
temuan produk pangan olahan TMK,
sebanyak 5.277 item (1.405.030 kemasan) dari 932 sarana ritel dan 84
gudang importir/ distributor di seluruh Indonesia. Produk tersebut tidak
memiliki ijin edar/ ilegal, dengan kemasan rusak dan atau kedaluwarsa. (Sumber
)
Siapa dirugikan? Kita sebagai konsumen
yang dirugikan. Sudah mengeluarkan uang, ternyata mendapatkan produk tidak
layak konsumsi.
BPOM RI melakukan intensifikasi
pengawasan Ramadan rutin, guna memastikan produk obat dan makanan yang
dikonsumsi masyarakat aman, tidak rusak dan tidak kedaluwarsa.
Penny K. Lukito sedang memberi keterangan perss -dokpri |
“Pengawasan ini dilakukan dua minggu sebelum Ramadan hingga satu minggu
setelah Idul Fitri/ lebaran,” Jelas Penny.
K. Lukito, Kepala BPOM RI.
Melalui “Pengawasan
Semesta”, BPOM mengajak masyarakat untuk “CekKLIK” sebelum membeli makanan dan
minuman dalam kemasan. Apa itu Pengawasan Semesta, Apa itu CekKLIK? Baca
artikel ini sampai tuntas ya
-00o00-
Suasana Atrium Mall Pejaten
Village Jakarta, pada Selasa sore (5/Juni’18) jelang berbuka tampak
berbeda. BPOM RI mengadakan program “Talkshow Pangan Aman Lebaran.” Hadir
sebagai narasumber, Penny K. Lukito, selaku Kepala
Badan POM RI, Drs.Suratmono MP, Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM dan Adi
S Lukman selaku Ketua
Umum GAPMMI.
Kegiatan bermanfaat ini
diselenggarakan, atas kerjasama BPOM RI, Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Mengajak serta Blogger dan Jurnalist, gunna menyebarluaskan
perihal pentingnya memilih produk pangan yang aman kepada masyarakat.
“Ini satu hal yang perlu diapresiasi, bagaimana Badan POM bisa dekat
dengan konsumen. Tujuannya satu, bagaimana memastikan pangan yang
dikonsumsi masyarakat aman.” Ujar
Adi S. Lukman.
Dengan terjun langsung di
lapangan, BPOM melihat bagaimana konsumen memahami pangan, produk pangan yang diedarkan,
serta sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang pangan yang aman dan bermutu. Sayang kan, kalau konsumen hanya tergiur harga
pangan murah, sementara produk dibeli tidak layak konsumsi.
Perihal turun langsung ke
lapangan, Sukriyadi Darma, Kepala
BPOM DKI Jakarta memaparkan temuan di hadapan wartawan dan blogger. Dengan mengerahkan
mobil dilengkapi laboratorium, telah mengadakan intensifikasi pengawasan makanan
siap santap khas Ramadan (Takjil), di beberapa titik di Jakarta.
Di daerah Jakarta Utara, ditemukan
Mie berformalin, temuan serupa juga ada di Jalan Sabang Jakarta Pusat yang selalu
habis dijual. Di pusat jajanan Bendungan Hilir Jakarta Pusat, beredar dua
jajanan berbahaya yaitu tahu berformalin dan pacar cina dicampur bahan pewarna
pakaian. Sementara unntuk dua titik lainnya – Jakarta Selatan dan Jakarta
Barat— dinyatakan aman, bahan pangan layak di konsumsi konsumen.
suasana ngabuburit (insert Sukriyadi Darma) -dokpri |
Apa tindakan BPOM DKI Jakarta ?
Menelusuri sumber makanan mengandung bahan berbahaya ini. Bahkan sudah ada,
pelaku usaha yang nakal sedang diproses hukum.
Coba bayangkan, siapa yang mau
menyakiti diri sendiri, dengan konsumsi bahan pangan mengandung zat berbahaya.
Masalahnya, konsumen tahu atau tidak kalau bahan pangan yang dibeli berbahaya.
Menurut saya, jawabnya kita musti jadi konsumen cerdas. Kalau kita cerdas
otomatis akan peduli dengan bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Kepedulian konsumen, tentu akan melecut
produsen waspada terhadap keamanan pangan. Sehingga akan memproduksi pangan lebih
berkualitas, baik dari segi mutu dan keamanan pangan. Apabila semua ketentuan berjalan ideal, pengawasan
BPOM lebih ringan, bisa membantu produsen dan konsumen untuk lebih berkembang.
Pengawasan Semesta Melalui CekKLIK
“Menjelang hari raya gama, selalu menghadapi resiko
lebih besar terkait keamanan pangan mutu dan nutrisi,” Ujar Kepala BPOM RI.
Pernyataan Kepala BPOM pusat
sudah sangat tepat, mengingat permintaan konsumen akan bahan pangan olahan
meningkat pesat. Banyak produk pangan ditawarkan di pasaran, bahkan dengan
harga miring yang menggiurkan konsumen.
BPOM RI memiliki program “Pengawasan
Semesta” adalah pengawasan tidak hanya dilakukan pemerintah dan industri, tapi melibatkan
peran aktif masyarakat. Program Pengawasan Semesta perlu disosialisasikan,
sehingga masyarakat teredukasi dan mengetahui apa yang dikonsumsi.
“Tugas memastikan pangan yang dikonsumsi
masyarakat aman, bukan hanya tugas Pemerintah, tetapi juga pelaku usaha dan
masyarakat.” Imbuh Penny K Lukito.
Pada kesempatan yang sama,
Suratmono, Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan BPOM memaparkan dalam presentasinya. Tahun ini laporan total temuan, sebesar
28 Milyar (23 M dari temuan gudang dan importir, sisanya retail). Temuan produk pangan olahan ilegal, rusak dan
kedaluwarsa, tersebar di seluruh Indonesia.
Untuk pangan olahan kedaluwarsa,
banyak di temukan di Yogyakarta, Samarinda, Manokwari, Padang dan Mamuju.
Produk pangan olahan ilegal, banyak ditemukan di Ambon, Makassar, Surabaya,
Batam dan Medan. Produk Pangan olahan rusak, banyak ditemukan di Yogyakarta,
Bandung, Makassar, Serang dan Mamuju.
“salah satu cara yang mudah memilih pangan yang aman adalah CekKLIK,” Jelas Suratmono.
Apa
itu CekKLIK? Adalah Cek
(K)emasan : pastikan kemasan produk
dalam kondisi baik, tidak berlubang, sobek, karatan, penyok dan lain
sebagainya.
(L)abel : Baca informasi produk
yang tertera pada label dengan cermat.
(I)zin Edar : Pastikan memiliki
Izin edar dari Badan POM. Izin edar dapat dichek melalui aplikasi android Cek
BPOM.
(K)edaluwarsa : Pastikan tidak
melebihi masa Kedaluawarsa.
Terkait parcel, tren yang sedang
terjadi adalah parcel non pangan – parcel pangan jumlahnya mengalami penurunan.
“Biasanya parcel berupa peralatan rumah tangga seperti porselen” Ujar Suratmono.
“Konsumen juga musti mencari parcel bernilai, jangan mengejar barang
yang murah tapi merusak kesehatan,” tutup Adi
S Lukman.
Konsumen harus cerda nih memilih olahan pangan di musim menjelang lebaran gini.BPOM pasti nindak tegas bagi produsen "nakal" yang menjual barang tidak layak konsumsi.
BalasHapusbetul kakak
Hapusahh penting banget nih postingan, apalagi menjelang lebaran kayak gini ya mas di mana ada bbrp pelanggaran ditemukan. yes, wajib banget cekklik nih...
BalasHapusBetul penting untuk CekKlik
HapusSaya semakin paham, mengenai apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih makanan yang dibeli, karena selama ini saya termasuk yang kurang detail memperhatikannya.
BalasHapussama kakak, kita beli tanpa cekKLIK
HapusTerima kasih kepada BPOM RI sudah melakukan pengawasan intensif terkait dengan pangan aman Lebaran. Keberhasilan ini juga tentunya harus didukung penuh oleh masyarakt sebagai konsumen. Cara mendukungnya yah kita harus menjadi konsumen yang cerdas, lebih teliti lagi, dan harus berani bersuara ketika menemukan panganan yang tidak layak.
BalasHapusToh tujuannya kan untuk kebaikan bersama, memastikan setiap pangan yang akan dikonsumsi pada saat lebaran semua aman untuk tubuh. Benar begitu?
Salam Inspirasi,
Sesuapnasi
Patut kita dukung dan apresiasi untuk BPOM RI
Hapus