Kari Kesiapsiagaan Bencana -dokpri |
Kamis Pagi itu, untuk sebuah urusan saya berada di
lantai lima sebuah gedung perkantoran di kawasan Jakarta Timur.
“KRIIIIIIIIIIIIIIIIINNNGG”
Sekitar jam sepuluh pagi, alarm tanda bahaya
berbunyi panjang. Menyusul terdengar suara pengumuman, telah terjadi kebakaran
di lantai lima dan sepuluh.
Haaaah, lantai lima ?? Sontak saya ikut panik,
mengingat sedang berada di lantai yang tengah terbakar.
Sembari menyelamatkan diri, saya menyapu pandangan dari
ujung ke ujung. Di pojok kanan ruangan, tampak kepulan asap kecil.
Pegawai di lantai lima heboh, satu petugas keamanan berseru melalui toak, meminta setiap orang berlindung di bawah meja.
Dua tiga menit alarm berhenti, semua orang sudah
berada di bawah meja masing-masing, petugas keamaan kembali memegang kendali.
“Bapak ibu, silakan keluar melalui tangga darurat
dengan tangan di atas melindungi kepala” terdengar instruksi lanjutan dari toak.
Ya. tangga darurat solusi menyelamatkan diri. Kami
yang ada di lantai lima, bergegas menuju pintu darurat.
Begitu pintu terbuka, kami bertemu dengan pegawai
dari lantai atas yang juga bergegas turun –dengan posisi tangan yang sama--.
Langkah kaki tidak bisa terburu-buru, semua
karyawan satu gedung meniti satu demi satu anak tangga menuju loby.
Akhirnya kami sampai pintu terakhir di loby,
petugas mengarahkan ke lapangan persis di depan gedung perkantoran.
Kesiapsiagaan bencana -dokpri |
Petugas keamanan menjadi orang yang paling sibuk. Handy
talky ada di tangan, tak henti melakukan koordinasi.
Dari ujung toak terdengar, diharap bergerombol sesuai
asal lantai, agar mudah mengetahui –teman satu lantai-- yang belum ada di
barisan.
Tak lama berkumpul di lapangan, dua mobil pemadam kebakaran datang diiringi mobil ambulan di belakangnya.
Dengan sigap petugas damkar menjulurkan slang, kemudian kran dibuka, hanya dalam hitungan detik air menyembur ke sumber api di lantai lima dan sepuluh.
Saya berdiri di dekat petugas, mendengar informasi ada korban di lantai lima dan sepuluh perlu penanganan cepat.
Tak ada jalan lain, kecuali melalui tali dengan tehnik flying fox. Bagi yang berkemampuan, tehnik meluncur dengan tali adalah cara lebih cepat.
Kesiapsiagaan Bencana -dokpri |
Riuh rendah dan segala kepanikan berangsur mereda,
dalam kurun waktu nyaris dua jam kebakaran bisa diatasi.
Korban dalam kondisi lemah –ada yang pingsan—akhirnya
berhasil diselamatkan, mendapat penanganan dari team medis.
Penyelamatan korban -dokpri |
-00o00-
Tapi tenang, semua keriuhan yang baru saja berlangsung,
adalah bagian dari geladi evakuasi kesiapsiagaan bencana.
Kegiatan diadakan di gedung kantor Badan Nasional Penanggulanan
Bencana (BNPB), di jalan Pramuka Jakarta Timur
Kesiapsiagaan, sudah sepantasnya menjadi kesadaran
setiap individu, mengingat di beberapa wilayah Indonesia, termasuk kategori
rawan bencana.
Individu sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat,
bisa menjadi motor kesiapsiagaan bagi diri, keluarga dan orang terdekat.
Fakta geologis dan hidrometeorologis, Indonesia
memiliki potensi bencana seperti tsunami, erupsi, gunung api, banjir, longsor
dan puting beliung.
Melansir data dari BNBP, sepanjang 2017 di
Indonesia terjadi 2.372 bencana, merenggut 377 korban meninggal dunia.
Sebuah survey di Jepang – berdasarkan gempa Great
Hansin Awaji 1995 -- , presentase korban selamat dalam durasi golden time.
Kesiapsiagaan diri sendiri (35%), dukungan anggota
keluarga (31.9%), Teman/ tetangga (28.1%), orang lewat (2.60%), Tim Penolong
(1.70%), lain-lain (0.90%).
“Kesepakatan
pada saat prabencana perlu dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, agar
mereka lebih siap menghadapi situasi ketika darurat bencana,” Jelas Williem Rampangilei selaku Kepala BNPB dihadapan awak media dan
Blogger.
Menghadapi situasi darurat, perlu skenario aksi di setiap
kondisi berbeda. Skenario dibuat bersama anggota keluarga, sesuai jenis bahaya
yang mengancam.
“perlu disepakati
siapa melakukan apa dan bagaimana caranya,” tambah Williem.
Mengingat pentingnya kesiapsiagaan bencana, BNPB
mencanangkan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana
Mengapa dipilih tanggal 26 April ? pada tanggal
yang sama 11 tahun lalu – 2007 – telah disyahkan UU No.24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
Williem Rampangilei , Kepala BNPB (tengah pegang mike) dalam konfrensi pers - dok WAG |
Perlu ditumbuhkan gerakan kesiapsiagaan, agar
setiap individu mampu menghadapi situasi bencana secara cepat dan tepat.
O’ya, geladi evakuasi bencana yang baru saja saya
ikuti, ternyata juga dilakukan secara serentak di beberapa tempat di seluruh
Indonesia.
Kegiatan yang digelar sampai jam 21.00 ini,
melibatkan 30.069.804 peserta dari unsur pemerintah, organisasi, sekolah dan
keluarga.
Bencana alam memang tidak bisa dihindarkan, tapi
kesiapsiagaan perlu dibudayakan pada setiap individu.
Untuk berjaga-jaga kalau berada di situasi bencana,
bisa menyelamatkan (minimal) diri sendiri dan orang terdekat.
Pengetahuan untuk menyelamatkan diri saat bencana sangat penting untuk diketahui anggota keluarga tetdekat ya dan Saat bencana datang jangan panik , hal tersebut dapat meminimalisir korban harta,benda dan nyawa
BalasHapusBetul kakak
Hapus