gambar dari materi presentasi Prof. Endang L Achadi |
"4 dari 10
anak balita Indonesia stunting, jumlah balita stunting di Indonesia adalah
nomor 5 terbanyak di dunia” Prof Endang
L. Achadi
Ibarat sebuah bangunan, kokoh atau tidaknya
tergantung pada pondasinya. Ya, pondasi memegang peranan sangat krusial, mempengaruhi
kekuatan bangunan tersebut.
Bagaimana dengan kita manusia, --layaknya sebuah
bangunan-- pasti butuh pondasi kokoh untuk mempengaruhi kualitas kehidupan.
Masalah yang berkaitan dengan manusia, adalah topik
yang tidak pernah habis diulas. Kita adalah bagian dari masalah tersebut,
sekaligus bagian dari solusi, tinggal mau pilih yang mana.
1000 Hari Pertama Kehidupan (selanjutnya disingkat
HPK), menjadi kunci utama membangun manusia yang sehat dan berkualitas.
Danone -
Nutrisi untuk Bangsa, mengundang blogger, hadir dalam acara “Talkshow Kesehatan- Menyediakan Gizi
Terbaik dalam Periode 1000 HPK.” Bertempat di Hotel Santika TMII, menghadirkan
tiga narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya.
Arif Mujahidin, Corporate Communication Danone Indonesia- dokpri |
“Inisiasi
Danone mengadakan forum, agar tulisan blogger tidak sekedar enak dibaca dan
perlu, tapi didukung fakta dan data dari pakar yang berkompeten di bidangnya,”
jelas Arif Mujahidin, selaku Corporate Communication Danone Indonesia
saat memberi sambutan pada awal acara.
1000 HPK untuk Generasi Emas, oleh Prof. Endang L. Achadi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesua (FKM UI) Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).
Apa itu 1000
HPK ?
Yaitu kehidupan dari 9 bulan di dalam kandungan (9
bulan x 30 hari = 270 hari ) ditambah 2 tahun pertama setelah lahir (2 tahun x
365 hari = 730 hari) – 270 + 730 = 1.000 Hari.
materi presentasi Prof. Endang L Achadi |
Janin mengalami Jendela kritis Perkembangan, yaitu pada 8 minggu pertama – terbagi
atas 2 minggu pertama pembelahan sel, minggu 3 – 8 sel membelah menjadi organ
tubuh.
Masalahnya, sebagian orang (baca calon ibu hamil)
di Indonesia sadar dirinya hamil, setelah lewat dari 8 minggu.
Saya jadi ingat, dulu mbak –yang membantu di rumah nenek saya di kampung— sebut saja namanya mawar (aslinya sih melati –hadeuh dibahas hehehe).Sampai (sekitar) tiga bulan setelah menikah, kebiasaannya belum berubah. Pergi ke sawah setiap siang, kerap melompat untuk menyebrang parit dan atau pematang sawah.Hingga suatu sore –sepulang dari sawah-- terjadi pendarahan, setelah periksa ke bidan baru diketahui sudah hamil—berarti selama ini belum sadar kalau hamil.Beruntung janinya tidak terganggu, setelah itu si mbak lebih hati-hati sampai melahirkan bayi dengan selamat.
Sangat penting bagi calon ibu, selalu memperhatikan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya –ini yang tidak dilakukan mbak mawar.
Dengan menyadari perubahan pada tubuhnya sendiri, calon
ibu bisa menyiapkan saat 8 minggu terjadi pembentukan cikal bakal organ tubuh
janinnya.
Melewati periode 8 minggu, akan dilanjutkan dengan
penyempurnaan semua organ sampai janin siap lahir,
1000 HPK
penting, akan mempengaruhi kesehatan secara permanan, sekaligus berpengaruh
pada dua generasi berikutnya.
Duuh miris, dampaknya bisa sampai dua generasi.
Logikanya sih, seorang ibu yang tidak terpenuhi
kebutuhan nutrisi, berpotensi melahirkan anak stunting. Nah si anak ini (yang stunting), punya potensi
memiliki keturunan stunting juga.
1000 HPK yang disikapai dengan baik, berpengaruh
pada kecerdasan otak, terhindar resiko stunting, resiko penyakit organ lainnya
( diabetes, jantung, gagal ginjak, stroke)
Sementara 1000 HPK yang abai, menyebabkan resiko tumbuh
kembang anak tidak bagus, serta resiko
jangka panjang terhadap kognitif kecerdasan, stunting dan penyakit lainnya.
Pernah dengar kan, kalau ada orang emosi sambil bilang “dasar otak kosong.” Ternyata
benar adanya, anak yang bergizi baik dan
sehat, akan memiliki otak yang padat.
Sementara pada anak yang tidak bergizi baik dan
tidak sehat, cenderung memiliki otak yang kurang padat –saya sedih mendengar
kalimat “dasar otak kosong.”
materi presentasi Prof Endang L Achadi |
Indonesia adalah bangsa, dengan jumlah penduduk yang
punya calon balita stunting nomor 5 di dunia (prevalensi 2013 sebesar 37.2%) -
smoga bisa segera berubah amin, 4 dari 10 balita mengalami stunting.
Penyebab
Stunting :
Bayi mengalami gizi kronis dan berulang
Sering menderita penyakit infeksi
*Berakibat
pada pertumbuhan tulang organ tubuh terhambat.
Esensi dari Developmental plasticity adalah :
Suatu periode
kritis saat suatu sistem bersifat plastis dan sensitif terhadap lingkungannya, diikuti dengan hilangnya plastisitas dan
kapasitas fungsional yg menetap.
Ternyata janin punya
sistem adaptasi, kalau kondisi asupan ibunya tidak bagus maka si janin akan
menyesuaikan.
Dalam proses
penyesuaian tersebut, tetap akan menimbulkan sebuah dampak—yang kurang
menguntungkan pastinya.
Analoginya sederhana.
Ambil sebuah balon baru
–belum difungsikan--, karetnya masih kencang dan tebal. Kemudian isi dengan air
sampai mengembang, biarkan dalam beberapa waktu (misal tiga hari).
Setelah air dikeluarkan
dari dalam balon, hasilnya balon tersebut lebih lebar dan tipis—alias tidak
kembali pada kondisi semula.
Nah, janin juga seperti analogi tersebut –ibarat sebuah
balon. Janin yang terbiasa di rahim kurang gizi, akan terbentuk dan
susah dikembalikan.
Ibarat kata, kalau ladangnya (tubuh calon ibu) bagus
makan benih akan menyesuaikan. Demikian juga, kalau ladangnya tidak subur,
makan benih tidak tumbuh dengan baik.
Indonesia
merupakan 17 dari 117 negara, mempunyai pravelensi tinggi Stunting (37.2%),
Wasting (12.1%) , dan Overweight (11.9%).
Indonesia
termasuk dalam 47 negara dari 122 negara, mempunyai masalah stunting pada
balita dan anemia WUS (22.7%)
Prof Endang Achadi - dokpri |
Tingkat kompetensi anak Indonesia secara global,
(dari 510 ribu anak usia 15 tahun) Indonesia berada di urutan 64 dari 65
negara.
Sementara Singapore di urutan ke 2, Vietnam urutan
17, Thailand urutan 50 dan Malaysia berada di urutan 52.
*Note ; Asesmen dilakukan tahun 2012 oleh OECD PISA (the Organisation for Economic Co-operation and Development-Programme for International Student Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, dalam bidang membaca, matematika,dan science.
Ketika oleh lembaga yang sama, Asesmen dilakukan
lagi tahun 2015 – dari 540 ribu pelajar
usia 15 tahun di 70 negara--.
Hasilnya Indonesia berada di urutan 62 dari 70
negara, sementara Singapura di urutan 1, Vietnam 8, Thailand berada pada posisi
54.
Remaja putri, Calon Pengantin, Ibu pra hamil,
adalah kelompok yang – pada saatnya-- akan memasuki 1000 HPK (sebut saja kelompok pra HPK).
Sementara kelompok 1000 HPK, terdiri dari ; Ibu
Hamil. Ibu Menyusui, Bayi 0- 6 bulan, Bayi/ anak 6 – 24 Bulan.
materi presentasi Prof. Endang L Achadi |
Pada kelompok 1000 HPK, perlu memperhatikan asupan
adekuat yang bergizi seimbang. Khusus bayi usia 0-6 bulan, ASI adalah is the
best (gizi seimbang). Serta mengupayakan, tidak terkena penyakit infeksi.
Agar 1000HPK
bisa dilalui dengan baik.
- Upayakan tidak hamil saat usia Remaja : Karena pertumbuhan dan perkembangan remaja puteri belum selesai (Tinggi Badan dan panggul )
- Status Gizi Baik : Tidak Kurang Energi Kronis dan Tidak Obes
- TidakAnemia : Calon pengantin dan remaja Puteri minum TTD ( yang mengandung60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat) 1 tablet setiap minggu
- Menerapkan Pola Makan Bergizi Seimbang, agar semua zat gizi yang diperlukan janin tersedia di dalam tubuh
- Pola Hidup Bersih dan Sehat
Panduan Gizi Seimbang, Dr. Tirta Prawita
Sari, M.Sc., Sp.GK dan DR.
Dr. Yustina Anie Indriastuti, M.Sc., Sp.GK dari Perhimpunan Dokter Gizi
Medik Indonesia (PDGMI)
Bagi generasi 80 an –sekarang sudah menjadi
orang tua--, pasti sangat familiar dengan istilah 4 sehat 5 sempurna.
Saya masih ingat –waktu itu masih SD--, 4
sehat terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Menjadi 5 sempurna, setelah
ditambah dengan susu.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, konsep 4
sehat 5 sempurna banyak celah kesalahan. Konsep ini belum menyentuh komposisi, tidak
menekankan jumlah.
Intinya, tidak membicarakan penyesuaian
kebutuhan gizi. Padahal setiap orang, memiliki kebutuhan gizi yang berbeda.
“Perlu
diinstal hal baru yaitu gizi seimbang,” ujar Dr. Tirta Prawita.
“Gizi
Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah gizi kurang dan gizi lebih.” (Kemenkes RI, 2014).
materi presentasi Dr. Tirta Prawita |
4 Pilar Gizi
Seimbang ( makanan disiapkan tidak mengabaikan kaidah gizi seimbang)
- Batasi gula, garam dan minyak : seimbang bukan dalam jumlah, tapi sesuai kebutuhan.
- Mencuci Tangan : menerapkan perilaku hidup bersih
- Aktivitas fisik : kecukupan karbohidarat perlu diperhatikan, tubuh kita perlu modal pengelola energi – hal ini terdapat dalam karbohidrat-.
- Pantau berat badan : berat badan adalah indikator bahwa kita makan sesuai dibutuhkan.\
Bagaimana
membagi piring sesuai gizi seimbang ?
- Buat garis imajiner di piring yang sedang dipegang, dengan garis vertikal (sama ruang)
- Setiap bagian bagi lagi dua (masing masing sepertiga dan dua pertiga)- So, jadi empat bagian ya
- Dua ruang Sepertiga, isi dengan lauk pauk dan buah-buahan
- Dua ruang dua pertiga, isi dengan makanan pokok dan sayuran.
materi presentasi Dr. Tirta Prawita |
Itulah iring gizi seimbang, yang sebaiknya
dikonsumsi. Namun perlu diperhatikan, kecukupan
zat besi dan asam folat.
Tidak semua makanan kaya zat besi bisa diserap tubuh,
sebaiknya mencari zat besi yang bersumber dari hewani.
Meskipun bayam merah dan ayam sama sama memiliki
kandungan zat besi, namun zat besi pada ayam ( 20%) lebih banyak diserap tubuh,
sementara sayuran 3%.
Menerapkan
Gizi Seimbang Pada Bayi 0 – 24 Bulan.
Ibu hamil musti cukup zat besi, karena pada
kehamilan usia 6 bulan, janin akan menggunakan cadangan zat besi si ibu.
ASI adalah asupan terbaik pada bayi usia 0 – 6
bulan. Setelah usia 6 bulan, ASI tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga
perlu MPASI (Makanan Pendamping ASI)
materi presentasi Dr. Tirta Prawita |
materi presentasi Dr. Tirta Prawita |
Sampai bayi usia di atas 6 bulan, tidak cukup jika
tergantung pada ASI saja – pemberian ASI saja akan mengalami resiko kekurangan
zat besi.
Setiap anak yang mendapatkan ASI sebanyak 550 ml/ hari, berpotensi besar kekurangan
energi, protein, zat besi dan vitamin A bila tidak mendapatkan MPASI yang
adekuat.
Ki-Ka : Dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK dan DR. Dr. Yustina Anie Indriastuti, M.Sc., Sp.GK -dokpri |
-00o00-
Pada sesi berikutnya, DR. Dr.
Yustina Anie Indriastuti, M.Sc., Sp.GK berbagi
“Tips membuat & memberikan MP-ASI”
- Upayakan dapur dan peralatan masak terpisah dengan orang dewasa
- Menggunakan stainles steel, jangan menggunakan kayu, “melamine”, sterofom, “plastik” yang tidak aman
- Menggunakan lap sendiri, serta dicuci setiap hari.
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memasak atau memberikan MP-ASI
- Bila memotong gunakan sarung tangan
- Juru masak yang diare atau tifus tidak boleh memasak sampai dinyatakan sembuh
Tips untuk
membuat/ memberikan MP-ASI
- Ambillah sesuai kebutuhan, bisa dipanaskan dengan mikrowave atau “dikukus “ sebentar seperti ASI
- Suapi anak sedikit demi sedikit sampai habis
- Bila tidak habis langsung dibuang
- Berilah anak minum air putih untuk membersihkan sisa makanan
- Setiap pagi dan sore bersihkan mulut (gosok gigi)
“Energi
adalah bagian tersulit dipenuhi dalam MPASI,” ujar DR.
Dr. Yustina Anie Indriastuti
Tapi bisa disiasati, dengan focus pada praktikal, disarankan
mencoba bahan pangan lokal dari daerah di Indonesia. Seperti beras, udang,
daging ayam, gula, minyak, tentu menyesuaikan porsi untuk anak-anak.
Perlu
Menjadi Catatan
- MPASI yang adekuat sangat diperlukan, karena ASI saja tidak memenuhi energy Gap dan nutrient Gap yang terjadi pada anak usia 6 – 23 bulan yang mendapatkan ASI.
- Indikator MPASI yang baik adalah yang memenuhi MDD dan MMF dan karena memenuhi MAD
- Protein hewani merupakan bahan makanan yang sebaiknya selalu ada dalam MPASI
- Penambahan lemak dan minyak dalam MPASI penting untuk meningkatkan energy Dense dari MPASI tanpa penambahan volume.
- Pantau pertumbuhan anak dengan selalu mengukur tinggi dan berat badan secara rutin dan mencocokan kurva pertumbuhan.
Masalah 100-
HPK, adalah masalah kita bersama. Tidak bisa mengandalkan satu steakholder,
berkepentingan menyelesaikan masalah stunting. Peran serta setiap individu
dibutuhkan, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu orang disekeliling kita.
Sebagai blogger,
saya punya kepentingan menyebarkan informasi yang bermanfaat. Didukung data dan
fakta, serta kutipan dari pakar yang kredibel. –salam sehat untuk masa depan
bangsa--
Semoga saya termasuk orang tua yang memenuhi asupan gizi di 1000 HPK anak. Serem kalau ternyata di Indonesia masih banyak anak yang mengalami Stunting
BalasHapussemua dimulai dari orang tua ya kakak
HapusMemang menjadi tugas utamanya orang tua ya mas, dalam memenuhi gizi dan nutrisi Di 1000 Hari pertama kehidupan si kecil.
BalasHapusBetul banget, org tua musti aware
HapusJangan pernah anggap sepele 1000 hpk ya mas
BalasHapusSepakat
Hapus