Dokumentasi Pribadi |
Jujur saja, secara usia saya sudah tidak bisa dikategorikan
muda (apalagi remaja) hehehe. Anak sudah dua (belum ada rencana nambah), cukup
dengan satu istri. Sungguh saya bersyukur, dengan anugerah kehidupan yang luar
biasa.
Kalaupun saya suka berteman, berkumpul, berdiskusi dengan
anak-anak yang umurnya di bawah saya, sebenarnya strategi untuk memelihara jiwa
muda. Toh kalau di lingkungan tempat tinggal, saya berkumpul dengan usia sebaya.
Membuka hari pertama tahun 2018, keluarga kami mendapatkan
rejeki tak terduga. Kakak ipar dan keponakan dari luar kota datang, tanpa
memberi kabar terlebih dahulu. Rupanya mereka dari rumah saudara di daerah dekat
Bekasi, kemudian sengaja mampir sebelum balik kampung.
Pada kakak ipar satu ini, saya punya cerita panjang,
secara personal relatif dekat. Mengingat pada awal merantau, beliau menampung
saya di Surabaya. Sehingga, pada masa awal susah payah perjuangan, menjadi
tempat berbagi suka duka.
Kedatangan kakak dan keponakan, tentu kami sambut
dengan gembira. Bukankah kehadiran tamu, tak ubahnya sebagai sebuah rejeki. Kami
menjamu dengan sikap terbaik, berharap
satu saat berkunjung kembali dan menginap.
Awal tahun yang menggembirakan, semoga sepanjang tahun
2018, kita semua berlimpah rejeki, kesehatan dan keberkahan—Amin.
Berkumpul bersama saudara - dokpri |
Apa resolusi
2018 ?
Sebelum saya jawab perihal resolusi. Sebenarnya,
saya sudah terbiasa menulis pengharapan sejak beberapa tahun lalu. Maksud saya,
kalau tahun 2018 punya resolusi, sejatinya bukan sebuah hal baru.
Tapi, kalaupun saya menuliskan detil resolusi, saya
memilih tidak menulis di medsos, dengan alasan bukan untuk konsumsi publik. Setelah menulis
resolusi, saya simpan di tempat yang (cenderung) saya ketahui sendiri.
Kemudian, pada satu saat saya akan mencocokan, apa
saja resolusi yang sudah tercapai dari pencanangan harapan di awal tahun tersebut.
Berhubung tema tulisan ini tentang resolusi, maka
untuk tahun ini saya menulis secara garis besarnya saja, alias tidak terlalu
spesifik.
Sebagai seorang ayah, resolusi saya mulai mengalami
pergeseran. Sudah bukan lagi untuk pencapaian
diri sendiri, tapi mulai berharap lebih pada anak-anak.
Satu hal mutlak, Saya terus berusaha menjadi suami dan ayah terbaik. Berusaha mempersembahkan sikap terbaik, perhatian terbaik, nafkah terbaik, untuk istri dan anak-anak— saya yakin semua ayah melakukan hal serupa--, agar mereka bahagia dan mencapai yang dicita-citakan untuk kebaikan tentunya.
Tahun 2018, menyadarkan saya tentang bertambahnya
usia. Bahwa rambut mulai bermunculan (banyak) uban, garis-garis di wajah sudah tidak
bisa dibohongi. Bahwa seusia saya (Fouthy and more), sudah semestinya berbeda
dari pola pikir dan bertindak.
Resolusi saya pribadi, sudah otomatis menjadi bagian
dari resolusi anak-anak dan istri. Sepenuh tenaga, saya berusaha membantu dan
mendorong anak-anak, demi mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Bahwa langkah mereka,
masih sangat jauh dan panjang.
Sementara saya ayahnya, rasanya sudah saatnya lebih
meng(k)aji esensi kehidupan. Bahwa ada tujuan sejati hidup, yaitu kesejatian tujuan
hidup itu sendiri. – Mohon Maaf Lahir dan Batin, Happy New Year 2018 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA