Seporsi Nanas Honi Sunpride- dokpri |
Tubuh manusia, diciptakan begitu luar biasa. Bisa
beradaptasi dengan segala situasi, memiliki sistem imun atau kekebalan. Daya
tahan tubuh sangat bisa dijaga, dengan memperhatikan asupan diserap tubuh, juga
gaya atau pola hidup yang diterapkan.
Misalnya, mengatur makanan yang dimasukkan dalam
lambung. Dengan memilih dan memilah, makanan dan atau minuman yang bermanfaat
atau tidak bila dikonsumsi.
Misalnya (lagi), mengatur setiap aktivitas tubuh.
Kapan sebaiknya aktif bergerak, dan kapan waktunya beristirahat.
Kalau dua hal (asupan dan aktivitas) tersebut
seimbang dan baik, saya yakin bonusnya adalah sehat. Ya, kesehatan adalah dambaan
setiap orang.
Kerapkali, kita dibuat terlena ketika badan sedang
sehat. Makan dan atau minum sesuka dan semaunya, tak memikirkan dampaknya.
Apa yang terlihat enak dan diingini, tanpa pikir
panjang langsung ‘disikat.’ Tak peduli, apakah makanan disantap menguntungkan
diri atau merugikan.
Maka, kalau orang bilang “Sehat itu Mahal”, kalimat
ini memang tidak salah. Akan berlaku, apabila yang mengatakan sedang menderita
sakit.
Proses penyembuhan dari sakit, membutuhkan biaya
tidak sedikit –apalagi kalau sakitnya parah--. Ada yang rela menjual harta
benda, demi mendapatkan kesehatan kembali.
Namun, kalau tubuh kita sedang sehat. Sejatinya, kesehatan
itu justru (relatif) tidak mahal. Tergantung, bagaimana setiap orang menjaga
kesehatannya.
Coba bandingkan, seporsi makanan junk food.
Harganya sekitar (misal) tigapuluh ribu. Kalau membeli Paket, plus ice cone
cokelat, kentang, dibandrol (misal) empatpuluh ribu.
Anda pasti bisa menakar, seberapa sehat makanan
junkfood. Ayam diolah dengan cara ditepung dan digoreng, ditambah minuman softdrink
dengan pemanis buatan.
Sekarang, bandingkan dengan membeli buah. Saya
pernah menemui, sekotak nanas Honi Sunpride sudah diiris bersih dalam box
bening. Kala itu sedang ada promo, harga sekotak tidak sampai limabelas ribu.
dokumentasi pribadi |
Contoh lagi, Pisang Cavendish Sunpride, satu cluster
tidak lebih mahal dibanding seporsi makanan junk
food. Jadi, memilih sehat sejatinya lebih
ekonomis. Justru untuk menjadi sakit, ternyata perlu membayar lebih mahal.
Perihal aktivitas fisik, saya pernah dari Tangsel
ke daerah jakarta Pusat. Dengan naik motor, perlu mengisi BBM (rata-rata) duapuluh
ribu.
Sedangkan dengan naik TransJakarta, pergi dan
pulang hanya tujuh ribu. Sementara menggunakan commuter line, cukup merogoh kocek enamribu.
Menggunakan transportasi publik, ‘memaksa’ diri
untuk berjalan dan berlari. So, kalori bisa terbakar dan badan bisa lebih
enteng dan sehat.
Oke, mungkin kita tidak bisa total, meninggalkan junk
food atau menikmati rasa malas. Sesekali makan di restoran cepat saji, sesekali
malas tidak jalan atau lari tidak masalah. Asal jangan keterusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA