Ki-Ka : Martha Simanjutak, Maman Suherman, Ina Rachman - dokpri |
Coba bayangkan, bagaimana, kalau
sebuah program yang sangat bagus, ternyata tidak direspon masyarakat. Semua
menguap begitu saja, waktu, tenaga dan upaya seolah sia-sia. Sayangkan.
Bagaimana agar sebuah
program, bisa disambut dengan hangat. Jawabnya, perlu disosialisasikan dengan
bahasa yang mudah dipahami. Cara kampanye, juga mengikuti tren yang sedang
berlangsung.
KPP-PA, satu diantara
Kementrian, yang diberi mandat spesifik. Melihat perkembangan era digital, media
sosial menjadi saluran strategis. Blogger atau netizen, adalah para penggiat di
belakang medsos.
Sebagai wujud nyata, KPP-PA
berupaya melebur dengan jaman now. Dengan menggelar “Netizen Gathering”, di
Hotel Atlet Century Senayan Jakarta.
Mengangkat tema, “Menciptakan
Konten Kreatif Berbasis Kesetaraan Gender Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.”
Acara diselenggarakan KPP-PA
bekerjasama dengan IWITA (Indonesia Women Information Technology Awareness.
Netizen Gathering tampak
meriah, karena ada dress code ditetapkan. Peserta berbusana daerah,
mencerminkan keberagaman dalam persatuan.
Maka pagi itu, tampak ada yang memakai kain ulos, Batik, baju Betawi,
Bali, dan lain sebagainya. Saya tidak mau kalah dong, memakai baju lurik jawa
plus blangkon.
Ibu Ratna Susianawati SH MH, selaku,
Asistant Deputi Kesetaraan Gender dalam Bidang Infrastruktur dan Lingkungan KPPPA,
menyampaikan dalam sambutannya, “Perempuan
sebagai sumber daya potensial pembangunan, perempuan, masih tertinggal di
berbagai sektor pembangunan.”
Upaya pemerintah sudah jelas,
dengan mengeluarkan produk UU no 7 tahun 1984, meratifikasi segala kekerasan
dan tindakan diskriminasi terhadap perempuan.
Kemudian undang undang yang
sangat operasional, yaitu UU 23 tahun 2014. UU Perlindungan anak, no 23 tahun
2002, dan no 35 tahun 2014.
Tak ketinggalan UU no 1
tahun 2017 – tentang kebiri, sebagai UU paling fenomenal. Serta ditetapkan
Inpres nomor 9 tahun 2000, tentang kesetaraan gender.
Ibu Ratna Susianawati, Asistant Deputi Kesetaraan Gender dalam Bidang Infrastruktur dan Lingkungan KPP-PA (dokpri) |
Kesetaraan
Gender.
Kawan, dalam acara ini saya tercerahkan.
Bahwa gender, sejatinya bukan masalah perempuan saja.
Tapi persoalan terminologi,
bagaimana membangun partnership, berbagi tugas dan peran antara laki-laki dan
perempuan – ada juga kelompok anak dan lansia.
Ingat
Ya. Gender bukan Kodrat !
Kodrat perempuan – ada empat,
yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui. Kodrat ini, sampai kapanpun
tidak dimiliki laki-laki.
Sementara gender, adalah
budaya atau konstruksi sosial. Jadi kesetaraan gender, bukan berarti pukul rata
semua situasi untuk laki-laki dan perempuan.
Contohnya, kalau ada genteng
bocor. Mentang- mentang (bilang) kesetaraan gender, perempuan musti naik ke
atas genteng.
Ada norma sosial berlaku,
bahwa kalau ada laki-laki --mengacu norma sosial, sebaiknya mereka lebih dulu
membetulkan genteng. Kalau tidak ada, (mau tidak mau) baru perempuan
membetulkan genteng, daripada rumah kebanjiran.
Menyoal kesenjangan
laki-laki dan perempuan, KPP-PA punya program unggulan “Three Ends” :
Akhiri kekerasan ibu dan anakAkhiri perdagangan manusiaAkhiri kesenjangan ekonomi bagi kaum perempuan.
Saat ini, digalakkan perlindungan
anak berbasis masyarakat. Dengan program “PUSPA”, singkatan Partisipasi Publik
untuk Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Mengingat, angka pedofilia
dan pornogafi anak ternyata masih tinggi. Sementara, prosentase pelaku kejahatan
pada anak, ternyata adalah orang terdekat (teman, paman, tetangga).
KPP-PA terus menekankan, pentingnya
memperhatikan pola pengasuhan, bahwa pengasuhan terbaik adalah keluarga.
-0-
Foto bersama Kang Maman- dokpri |
Acara Netizen Gathering
semakin seru, dengan kehadiran narasumber keren, Kang Maman Suherman.
Sudah seperti yang saya
duga, Kang Maman, selalu tampil memukau. Gaya bahasanya ciamik, membuat mata
dan telinga focus.
“Tahun 2012 Indonesia menjadi tujuan wisata seks Pedofil Australia nomor
satu” Kang Maman mengawali pemaparan dengan fakta mencengangkan
Anak dengan kemiskinan, dijadikan
alat. Si orang tua dikirimi uang, kemudian diminta mengirimkan foto anaknya
yang telanjang dan disebar.
Maka tak heran, Indonesia tujuan
pariwisata seks anak terbesar di dunia. Lampu merah kasus pedofilia, bermula
dari kita –para orang tua, terlalu permisif, bangga mengupload anak di medsos.
Persoalannya lain muncul,
masih terdapat ketimpangan -- desa dan kota, dalam mendapat akses pelayanan
kesehatan dasar.
Sejumlah 86% ibu melahirkan
di Puskesmas, dengan angka kematian 306 setiap 100ribu kelahiran. Angka ini
relatif cukup besar, dampak dari terjadinya perkawinan anak.
Terjadinya kasus persekusi,
rentan menjadi korban adalah perempuan dan anak. Kita (sebagai netizen) musti
menentang persekusi, dengan alasan apapun.
“ada filter 3 B, sebelum netizen sebar berita” Kang Maman berbagi
tips.
Apa sih 3 B, kita musti yakini
bahwa berita yang hendak disebar, Bener, Baik, Bermanfaat.
Catatan tahunan komnas
perempuan 2017, kekerasan terhadap perempuan berada di angka 259.150 kasus. 245.458
diantaranya, adalah kekerasan terhadap istri berujung perceraian.
Angka komnas perempuan
(lagi), dalam 24 jam terjadi 35 kekerasan seksual terjadi, 20 diantaranya diperkosa.
Kekerasan sudah menjadi
budaya di ruang privat, KDRT berdampak pada budaya kekerasan pada anak.
Bagaimana tidak, suami yang
berlaku KDRT pada istri, biasanya akan merembet pada anaknya.
Hal senada disampaikan narsum
kedua, Ibu Ina Rachman, beliau seorang Advokat dan aktivis KPA.
“90% korban, keluarga tidak
tahu apa yang terjadi dengan anaknya,” Jelas Ibu Ina.
Proteksi keluarga sangat
penting, agar anak tidak terlalu mendewakan orang lain. Penting, menanamkan
perasaan nyaman di rumah, agar anak terbuka dan mau bercerita apapun pada ayah
dan ibu.
Menyinggung kasus persekusi
dan dampaknya, ratingnya semakin tinggi, karena ulah perempuan juga.
Coba kita perhatikan, kasus (maaf)
pelakor, atau pembullyan terhadap public figur, biasanya dibesar-besarkan oleh
perempuan juga.
Mengenal
Serempak
Ibu martha Simanjutak,
sebagai founder IWITA, memaparkan tentang Serempak.
Serempak atau seputar
Perempuan dan anak, adalah edukasi, advokasi, berbagai inspirasi dan
pencapaian "Three Ends".
Serempak, menggunakan media
interaksi berbasis masyarakat. Isu yang disampaikan, dipromosikan melalui
literasi digital, melalui website www.serempak.co.id
Literasi digital, adalah
kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, untuk menemukan,
mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten informasi
dengan kecakapan kognitif, etika sosial, emosional dan akses informasi
teknologi.
Serempak, mengaplikasikan multi
platform, mulai dari live chat, citizen jurnalism dan sebagainya.
Yang paling penting, semua
platform user friendly, dengan team
work, dari unsur pemerintah, stakeholder dan masyarakat.
Nah, acara Netizen Gathering,
nan keren dan bermanfaat ini. Atas peran Serempak, sebagai jembatan komunikasi,
antara KPP-PA dengan masyarakat (dalam hal ini netizen).
Coba, kalau netizen
diedukasi dengan konten ramah perempuan dan anak. Bukan mustahil, tersebar
(bahkan viral) konten positif, berkontribusi menekan angka kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
Ibu Sri Danti, Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPP-PA ( foto dari www.roelly87.com ) |
Ibu Sri Danti, Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPP-PA, pada akhir
acara berpesan,”Netizen harus dapat
menyajikan konten yang berkesetaraan gender. Media Sosial sebagai wadah
mensosialisasikan pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak.”
Wah, lengkap sudah, otak ini diisi dengan
materi informatif. Sebagai (netizen) laki-laki, tak ada salahnya lho, berperan aktif dalam upaya penyadaran kesetaraan gender.
Pada ujung acara Netizen Gathering, diumumkan pemenang live tweet, live IG dan lomba joged Three Ends. – Salam Serempak-
Pada ujung acara Netizen Gathering, diumumkan pemenang live tweet, live IG dan lomba joged Three Ends. – Salam Serempak-
Seru nih acara gatheringnya mas.
BalasHapusseru dan materinya keren
HapusAsyik nama programnya Puspa
BalasHapusIya Kak
HapusSerempak selalu banyak kegiatan ya. Bagus nih acaranya.
BalasHapussepakat
HapusBeuh, kece! Karena kita semua sama, jadi PD aja Mas hahaha.
BalasHapusmakasih kakak
Hapuswooo ... ternyata indonesia jd salah satu destinasi wisata para pedofil �� mengerikaaaan!!!
BalasHapussaya juga baru ngeh
HapusAcara yang padat informasi penting serta dress code-nya unik mas :D
BalasHapusunik juga pakai dress code :)
HapusWanita masih menjadi sasaran kekerasan ya, memprihatinkan sekali.aku paling suka acara yang ngebahas tentang wanita seperti ini
BalasHapusironis ya kak
HapusAcaranya seruu ..
BalasHapusseru dan keren
HapusSebagai netizen harus menyajikan konten tentang kesetaraan gender! Noted Ibu Deputi
BalasHapussepakat
HapusHarus hadir malah biar tahu lebih proporsional tentang kesetaraan gender
BalasHapusbetul
HapusJadi kesetaraan gender itu tdk harus, pekerjaan laki2 semua sah2 aja di lakukan perempuan ya mas, seperti contoh naik genteng itu, hehehe.
BalasHapusMaterinya sesuatu banget tuh tentang kesetaraan gender. Catet neh.
BalasHapussepakat ceu
Hapusmiris ya, rasanya hati ini terkoyak. saya dukung penuh kampanye kesetaraan gender ini. Smoga semakin banyak yg menyuarakan makin org lebih aware tentang masalah kekerasan thd anak dll.
BalasHapusyah blom update akun nya haha maaf
Hapustrimakasih sudah berkunjung
HapusWaah ketemu sama kang Maman Suheman. Setuju banget, netizen harus bisa menyebarkan informasi positif biar jangan hoax terus yang cepat nyebarnya
BalasHapuskang Maman keren
HapusHoax emang mengerikaaann, dampaknya jauuuh lebih ngeri dari yg pernah aku bayangin
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
ngeriii
HapusMakin banyak kasus2 tentang kekerasan perempuan ya mas, apalagi kasus pedofil, aduh semoga Allah SWT selalu melindungi kami dan anak2.
BalasHapusAmiin
HapusKesetaraan gender hrs dimulai dr lingkungan terkecil (keluarga) kayaknya ya mas. Seperti pemilihan minat anak.
BalasHapusSepakat kakak
HapusTema Acarany Bagus, kesetraan gender memang sdh lama jadi perbincangan hangat. Semoga semakin bnyak pihak yg aware sm kesetaraan gender.
BalasHapusAMin
Hapussalut buat laki-laki yang mau hadir dan dukung kesetaraan gender semoga semakin banyak didukung kaum pria :)
BalasHapusSmoga amin
Hapus