outsmartstress(dot)com |
Kalau kita amati dan perhatikan, saat ini Ibukota sedang
berbenah untuk moda transportasi baru MRT. Sementara waktu, masyarakat harus bersabar
dengan kemacetan parah di beberapa titik.
Saya termasuk merasakan, ketika naik moda
transportasi TransJakarta. Ruas jalan di perempatan Lebak bulus menyempit,
akibat penggalian tanah untuk pondasi MRT. Bayangkan, dari Pondok Indah sampai
Lebak Bulus, bisa memakan waktu tempuh sekitar dua jam.
Stress, pasti dong, apalagi kalau sedang buru-buru. Bagaimana
dengan pekerja kantoran, yang waktunya sudah ditetapkan jam delapan sampai jam
lima sore. Sudah dijalanan stress, sampai di kantor setumpuk pekerjaan sudah
menanti.
Pada lingkungan kerja di manapun, kita tidak bisa
menghindari situasi sebagai pemicu stress. Kalau kondisi stress tidak dikelola,
lama-lama bisa mengganggu kesehatan jiwa.
WHO sebagai organisasi dunia yang concern terhadap kesehatan, sangat memperhatikan
aspek kesehatan jiwa. Dalam rangka hari Kesehatan Jiwa Dunia 2017, dikedepankan
tema lebih spesifik ‘Kesehatan Jiwa di
Tempat Kerja.’
-0o0-
Dalam rangka memperingati ‘Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia 2017,’ Kementrian Kesehatan RI mengajak blogger, menyosialisasikan
pentingnya masyarakat aware pada
kesehatan jiwa.
Seperti kita ketahui, pada setiap tahap kehidupan
manusia, ada ratusan situasi dihadapi yang berpotensi menimbulkan stress.
Dr.dr. Fidiansjah, Sp. KJ, MPH selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza -dokpri |
Dr.dr.
Fidiansjah, Sp. KJ, MPH selaku Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, dalam acara
temu blogger menyampaikan,”Secanggih apapun
teknologi, kalau sumber daya manusia tidak berkualitas, maka tidak ada
manfaatknya. Evolusi pengembangan sumber daya manusia, menjadi bagian dari
management perubahan. Outputnya, meningkatnya layanan publik, reformasi birokrasi,
anti KKN dan profesionalisme SDM dengan semangat integritas, etos kerja dan
gotong royong.”
Tapi perlu kita sadari bersama, bahwa kesehatan tidak
hanya menekankan pada sehat fisik. Sehat paripurna adalah sehat mental, sehat
fisik, spiritual dan sehat sosial. Akan pincang
kalau hanya sehat fisik saja, tetapi masih sakit jiwa atau lainnya.
Sakit fisik dan sakit jiwa tidak bisa dipisahkan,
tapi jangan selalu dihubungkan, bahwa sakit jiwa identikkan dengan gila.
Kondisi cemas, stress, panik, ketakutan adalah
indikasi gangguan kesehatan jiwa yang berdampak pada kesehatan fisik. Data dari
Riskesdas 2016, menunjukkan 6 dari 100 penduduk ternyata mengalami stress.
Tiba-tiba, saya teringat lagu Indonesia Raya. Pada
lirik, “Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya,” W.R Supratman sang pencipta lagu
ternyata benar-benar genius, menata lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan
memperhatikan aspek fisik dan jiwa.
Apa Tujuan
Peringatan Hari Kesehatan Jiwa 2017
Peringatan Hari Kesehatan Jiwa, yang jatuh pada
setiap tanggal 10 oktober. Untuk tahun 2017, bertujuan ‘meningkatkan kesadaran
akan pentingnya kesehatan jiwa. Jangan ada stigma, bahwa sakit jiwa identik
dengan gila.’
Bagaimana menghindari indikasi kesehatan jiwa, tidak
lain melalui curhat sebagai metode menghindari gejala depresi.
Depresi bisa berhubungan dengan pekerjaan, sehaingga
antara pimpinan dan karyawan musti ada wahana menyampaikan uneg-uneg. Tampat kerja
yang sehat, akan membuat pekerja sehat. Semua kondisi perlu dimaintenance
secara komprehensif, melalui pendekatan yang lebih efektif.
-0o0-
dr. Eka Viora Sp. KJ, selaku Ketua Pengurus Pusat Persatuan Dokter Spesialist Kesehatan Jiwa Indonesia -dokpri |
dr. Eka Viora
Sp. KJ, selaku Ketua Pengurus Pusat
Persatuan Dokter Spesialist Kesehatan Jiwa Indonesia, sebagai narsum kedua dalam
acara temu blogger, mengemukakan,” Kesehatan
jiwa di tempat kerja, berkaitan dengan produktifitas di tempat kerja. Permasalahan
di tempat kerja bisa berdampak dengan kondisi di rumah, yang jadi korban anaknya. Kalau
kesehatan jiwa ditempat kerja tidak dikenali, maka upaya mengatasi permasalahan
sulit dilakukan.”
Sejatinya bekerja baik untuk kesehatan jiwa, tapi
lingkungan kerja yang buruk, tentu tidak baik untuk kesehatan jiwa.
Setiap tempat kerja, perlu mempromosikan upaya
kesehatan jiwa bagi pekerjanya. Sehingga, pekerja tidak sering absen dan
mengeluh, berdampak pada penurunan kinerja. Komunikasi antara atasan dan
bawahan, atau sesama rekan kerja perlu dihidupkan.
Apalagi, akibat beban kerja, lembur, tekanan dan
target, tindak kekerasan, bully sesama teman kerja, semua situasi akan mempengaruhi
emosi.
Kalau emosi tidak stabil, dampak pada ketahanan fisik
dan perilaku. Sementara pada kondisi fisik yang rentan, bisa berakibat sakit maag,
diabet dan sakit fisik lain.
Konflik interpersonal, rendah diri, antar pekerja, akan
dimanifestasikan dalam bentuk kemarahan dan protes. Dampaknya, kinerja menjadi buruk,
integritas menurun, moral rendah, komitmen rendah, perputaran staf sangat cepat.
rubyhytotherapi(dot)com |
Bagaimana
mengelola Stress ?
- Kenali penyebabnya
- Ketahui teknik mengelola stress
- Perbaiki kualitas hidup
- Konflik di tempat kerja, membuat karyawan tidak bekerja secara optimal. Produktifitas menurun, terkait dengan dengan situasi tidak sehat di tempat kerja.
Kalau sudah stress, bisa saja memicu praktek gaya
hidup tidak sehat. Seperti merokok, banyak makan manis, berlemak, alkohol, narkoba,
tentu akan berdampak pada produktifitas.
Maka kenali stress, kemudian kelola dengan cara
positif, sehingga tidak berdampak pada hal negatif dan memperngaruhi kesehatan.
So, apa pesan peringatan
hari kesehatan jiwa dunia?
Memberi pesan semua pemangku kepentingan, untuk pengadaan
sarana pengelolaan kesehatan jiwa.
Dulu lingkungan tempat syaa bekerja asik banget makanya saya betah. Menghadapi Senin selalu bersemangat, Jadi sy setuju banget kalau lingkungan kerja harus dibikin nyaman untuk para karyawannya :)
BalasHapusIya benar, lingkungan kerja sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa
Hapusmenghindari konflik sama teman kantor, hidup nyaman tenteram tanpa stress
BalasHapusSepakat
HapusAku stress, ajak aku jalan-jalan dong, plissss
BalasHapusJalan-jalan ke Aeon Cakung ya Kak :)
Hapus