Maket Semen Merah Putih -dokumentasi pribadi |
Rasa
penasaran itu sontak menyeruak, ketika melihat dan memegang sendiri batik khas Lebak.
Batik dengan warna dasar gelap bermotif pantai Sawarna, pantai di daerah Bayah
Banten tak kalah indah dengan pantai lain di bumi pertiwi.
Saya
juga sempat mencicipi keripik pisang camilan khas Bayah, hasil olahan penduduk
di daerah sekitar Pabrik Semen Merah Putih (selanjutnya SMP) berdiri. Irisan pisang yang
tipis dan halus, digoreng garing menghadirkan ‘kriuk’ saat digigit.
Batik
Lebak dan keripik pisang khas Bayah, dua nama yang mendadak tersimpan di benak.
Kedua produk rumahan dengan kemasan menarik, saya jumpai pada acara buka puasa
bersama SMP pada bulan Ramadhan lalu.
Tampak
sticker gambar Badak bercula satu, binatang langka yang ada di daerah ujung
kulon Banten. Simbol badak sengaja disertakan, sebagai representasi keberadaan
pabrik SMP di daerah Banten.
Pengharapan
itu akhirnya terjawab, bersama 4 blogger tergabung dalam acara “Blogger on
Vacation” yang diselenggarakan PT. Cemindo Gemilang yang memproduksi SMP.
Program ini merupakan program community development Semen Merah Putih bersama Blogger, untuk mempromosikan potensi pariwisata, ekonomi kreatif dan budaya Indonesia khususnya di area sekitar pabrik PT. Cemindo Gemilang.
Program ini merupakan program community development Semen Merah Putih bersama Blogger, untuk mempromosikan potensi pariwisata, ekonomi kreatif dan budaya Indonesia khususnya di area sekitar pabrik PT. Cemindo Gemilang.
Kami berangkat menggunakan Commuter Line (CL), mengambil rute stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Rangkas Bitung. Perjalanan dimulai jam 8 pagi, kondisi CL sangat lengang tersebab jalur diambil bukan jalur padat.
Tiket dibayar relatif murah, hanya tujuh ribu rupiah saja untuk perjalanan menuju Rangkas Bitung. Betapa murahnya kawan’s, kalau bawa kendaraan sendiri satu liter premium tidak cukup.
Fasilitas pendingin ruangan di dalam CL, membuat perjalanan selama dua jam dilalui dengan nyaman.
Tujuan pertama perjalanan kami yaitu Perpustakaan Saidjah Adinda, nama ini diambil dari tokoh yang ada di novel Max Havelaar karya Eduard Douwes Dekker atau Multatuli – akan saya tulis di artikel lain.
Ketika matahari mulai turun, Bloggers menuju pusat produksi kerajinan batik Canting Perdana. “Yes, Ini yang saya tunggu-tunggu ” batin ini bersorak
Sebagai orang berdarah Jawa, sejak kecil kain dan motif batik sudah tidak asing. Meski bukan ahlinya, saya cukup familiar dengan motif kawung, Sidomukti, Parang kusumo dan motif khas lainnya.
Batik Solo dan Joga yang saya kenal sejak lama, lazimnya memakai warna dasar cokelat. Motif khas dengan warna cokelat terasa menyatu, mematrikan simbol budaya adiluhung yang elegan dan bercita rasa tinggi.
Prespektif itu kini meluas, ketika dua kaki melangkah di workshop “Batik Canting Perdana” di daerah Lebak Banten. Batik bisa dikreasikan dengan aneka warna, mulai dari putih, biru, hitam, pink, hijau atau warna lain sesuai keinginan konsumen.
Ibu Uumsaroh, sebagai owner dan founder batik Canting Perdana berkisah, “Canting Perdana berdiri pada awal 2016, saya belajar secara otodidak dari melihat orang membatik dan praktek.”
Batik Canting Perdana -dokpri |
Meskipun
belum genap dua tahun berdiri, Chanting Perdana berani menawarkan dua belas motif bagi
konsumen. Yaitu motif Pare Sapocong, Leuit Sajimat, Lebak Bertauhid, Sadulur,
Sawarna, Kahirupan Baduy, Rangkas Bitung, Gula Sakojor, Saruluk Saruntui, Saren
Tauh, Kalimaya dan Angklung Buhun.
-rasanya perlu waktu khusus untuk membedah
satu persatu, apa filosofi yang ada di balik setiap motif batik Banten -
Menilik goresan motif dan pemilihan nama, terkandung maksud dan tujuan untuk mengangkat kearifan lokal. Upaya Pemda Lebak mengangkat batik sangat nyata, pada hari kamis pegawai di lingkungan pemda wajib berseragam batik Saruluk Saruntui.
Ibu Uum panggilan akrab empunya kerajinan batik, saat ini mempekerjakan 4 orang karyawan. Dengan produksi antara 30 – 100 lembar kain perhari, kalau sedang ramai bisa lebih banyak lagi.
Siapa sangka, batik produksi bu Uum telah menembus pasar mancanegara. “Sekarang sedang ada pameran di Moskow, setelah beberapa bulan lalu batiknya dibawa ke Vietnam. Batik Chanting Perdana bisa ikut pameran di luar negeri, difasilitasi team promosi dari Dinas Pariwisara Banten,” Jelas bu Uum dengan logat sunda yang kental.
Selembar batik ukuran 2,20 meter dibandrol harga 150 ribu, semakin banyak kuantitas harganya bisa kurang.
SMP menjadi pemesan setia batik Banten, biasanya dijadikan souvenir atau goody bag untuk tamu. Beruntung saya sudah menyimpan satu lembar Batik Lebak, saya dapat pada acara Buka Puasa bersama SMP.
“Pesanan SMP juga unik, yaitu memasukan motif kepala badak dikolaborasi dengan motif lokal seperti leuit atau pantai Sarwana,” tambah ibu Uum.
Perjalanan belum selesai, pada hari berikutnya Blogger mengunjungi keripik pisang Jago Rasa.
-0o0-
Keripik
Jago Rasa berdiri tahun 1980, dengan varian keripik pisang kepok dan pisang
nangka, pisang ambon untuk bahan sale dan ada keripik singkong.
Air muka perempuan sepuh ini tampak bahagia, melihat kedatangan team SMP dan Blogger ke rumahnya. Ibu Amanah nama pemilik usaha rumahan ini, telah mengalami pasang surut dalam usaha keripik pisang.
Keripik Jago rasa -dokpri |
Bersama
almarhum suami, usahanya sempat berjaya sampai memiliki mobil pick up. Jaringan
distribusi sampai luar kota, Cirebon, Serang bahkan Jakarta.
Masa jaya itu kini telah berlalu, setelah sang suami berpulang usahanya sempat kena tipu.
Masa jaya itu kini telah berlalu, setelah sang suami berpulang usahanya sempat kena tipu.
“Dulu mah kalau kirim ke Cirebon bisa sampai tiga pick up, apalagi kalau mau lebaran pesanan tambah ramai ” mata ibu Amanah menerawang
Sekarang dengan dibantu lima tenaga lepas, rata rata tiga ton keripik pisang bisa dijual dalam satu bulan. Sistem penjualan yaitu jual putus, sedang untuk toko dekat rumah dan sudah kenal dengan cara titip barang dan dibayar barang setelah laku.
“resiko sistem titip, biasanya barang akan dikembalikan kalau tidak laku ” nada getir jelas terdengar.
Keripik jago rasa bisa bertahan sampai satu bulan, karena semua proses pembuatan dilakukan secara manual. Mula mula pisang dikupas kemudian diserut, setelah itu direndam sekalian untuk proses pencucian dan langsung digoreng.
Sedang proses untuk sale pisang, setelah direndam harus melewati proses dijemur. Sementara untuk kripik singkong, tahapannya tidak jauh beda dengan keripik pisang.
“Semen Merah Putih pesan secara rutin, bisa
sebulan sekali kalau ada acara bisa lebih sering. Kalau saya suka bilang,
sebaiknya pesan sehari sebelum diambil, agar rasa keripik lebih enak” jelas
ibu Amanah.
-0o0-
Mencermati
wajah dua perempuan pemilik usaha rumahan, keduanya menampakkan air muka yang
sama. Ketika menyebut nama Semen Merah Putih, seolah membersit harapan besar
untuk dibantu usahanya.
Semen Merah Putih telah mengulurkan tangannya, buktinya saya sendiri sudah kenal batik Lebak dan Keripik pisang Bayah.
Hal serupa juga saya tangkap, ketika mengunjungi puskesmas, perpustakaan Saidjah Adinda, museum Multatuli pun ketika di pantai Sarwana.
Pantai di sekitar Pabrik SMP -dokpri |
O’ya,
ada cerita nyata nih !
Ketika
sedang dibonceng ojek, pada perjalanan menuju pantai pasir putih. Motor kami
menyusuri jalan setapak, jalan terjal bersemen membelah perkebunan. Tukang ojek
yang gemar cerita, tampak berusaha akrab dengan pelanggannya.
“Dulu jalanan ini masih tanah pak, kalau
hujan licin saya takut lewat sini. Setelah ada Semen Merah Putih jalanan
disemen, jadi bisa bawa penumpang kapanpun” abang ojek membuka cerita.
Setelah abang ojek ini tahu saya blogger, intonasi suaranya berubah riang. Menurutnya, media membuat pantai di daerahnya dikenal banyak orang.
Setelah masuk dalam acara televisi swasta, setiap akhir pekan ada saja pengunjung dari luar kota datang ke pantai.
-0o0-
Pak SIgit Indrayana saat acara bukber- dokumentasi pribadi |
“Di
mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”, SMP hadir dan berbaur di tengah
masyarakat Lebak Banten” saya ingat betul dengan kalimat ini. Kalimat yang
pernah diucapkan Pak Sigit Indrayana, selaku Senior Corporate CSR dan Public
Relation Semen Merah Putih, dalam acara Buka Puasa Bersama bulan lalu.
Sungguh, pernyataan itu bukan sekedar isapan jempol. Saya telah menyaksikan sendiri, wajah bu Uum, Bu Amanah, tukang ojek dan wajah lain yang bersahaja dan tulus.
Mereka telah merasakan manfaat secara langsung, dengan kehadiran Semen Merah Putih di daerahnya.
Semoga dengan penerimaan masyarakat sekitar, SMP bisa bertumbuh bersama masyarakat Bayah Banten. – amin.
CSR semen merah putih sudah berhasil merubah perekonomian warga sekitarnya,, Dr um, puskesmas, hingga jalan yg memudahkn akses kmanapun, smoga CSR semen merah putih ini berlanjut dan pabriknya makin maju dn pesat
BalasHapusAminn
Hapus