Asupan dengan kandungan gula-dokpri |
Saya berasal dari keluarga, dengan ibu dan
kakek dari garis ibu penderita diabetes. Pernah suatu waktu saya diminta pulang
buru-buru, karena ibu masuk rumah sakit akibat penyakit diabetesnya. Badan ibu
menggigil dengan bibir kebiru-biruan, selang beberapa menit akhirnya mereda.
Hasil konsultasi dengan dokter, kami seperti
diajak introspeksi diri. Mengoreksi semua kebiasaan konsumsi, baik makanan maupun minuman pun gaya hidup.
Kebiasaan ibu setiap pagi, minta
disediakan minuman kopi dengan takaran gula lebih. “NasGiTel” atau singkatan
dari Panas, Legi dan Kentel, menjadi pesanan ibu sebelum kopi diseduh.
Belum lagi ibu suka ngemil kue dengan
rasa manis, seperti donat, kue gemblong, wajik ketan, dan aneka camilan manis
lainnya. Kalau mau makan nasi, sukanya nasi yang baru matang dari rice cooker.
Syukurlah ibu cukup manut, ketika
dibeberkan makanan pantangan yang harus dihindari. Meskipun tidak seratus
persen menghindari, setidaknya ibu bersedia mengurangi konsumsi gula.
Mulai mengesampingkan gorengan, mengganti
dengan konsumsi buah-buahan. Mengurangi makan nasi sebagai sumber karbohidrat, mengganti dengan banyak
konsumsi sayuran. Bersedia berolah raga ringan setiap pagi, diimbangi dengan banyak
minum air putih.
Terhitung selama satu tahun terakhir, kondisi
kesehatan ibu alhamdulillah semakin membaik. Ibu tampak lebih muda dari usia
sebenarnya, terpancar dari aura wajah dan semangatnya.
Konsumsi buah sebagai gaya hidup-dokpri |
Sejak ibu pulang dari opname di rumah
sakit, ternyata berpengaruh juga pada kebiasaan saya. Sebagai anak, saya terngiang
pesan dari sebuah iklan televisi.
Dalam iklan digambarkan, seorang anak dengan
ayah penderita diabetes. Kemudian ada satu narasi, bahwa si anak juga berpotensi
terkena diabetes juga—korban iklan ga sih
hehee.
Eit’s, tapi saya ambil sisi positifnya
lho. Langsung merubah pola konsumsi dan gaya hidup, demi kesehatan tubuh
sendiri juga. Menggali informasi dari banyak sumber, termasuk mengikuti acara
bincang-bincang tentang gula.
-0o0-
sumber gambar ; infokuberita(dot)com |
Sebagai orang Indonesia, lidah kita
sudah sangat akrab dengan gula. Betapa dalam kehidupan sehari-hari, sejatinya
kita sedang dikepung dengan makanan mengandung gula. Entah sayuran atau olahan
lainnya, gula menjadi unsur yang “wajib” ada.
Mungkin karena gula mudah didapat, mulai
dari pasar tradisional sampai pasar modern. Sehingga rasa manis menjadi
favorit masyarakat, rasanya masakan tidak lengkap tanpa tambahan gula.
Padahal kalau kita mau membuka wawasan,
gula dalam bentuk apapun dapat meningkatkan kadar gula darah. Karena semua
bentuk gula, pada dasarnya merupakan sukrosa yang melalui proses pencernaan
yang sama.
Saya dulunya penyuka gula, tubuh ini
sempat melebar (baca gendut) mendekati bobot 1 kwintal. Kalau saya cermati gula menjadi musabab, membuat
terjadinya peningkatan cadangan lemak di otot.
Nah kalau kebiasan konsumsi gula berlangsung lama, sedikit demi sedikit terjadi timbunan lemak. Akhirnya menjadi sebab terjadi obesitas, relatif rentan terkena penyakit.
Nah kalau kebiasan konsumsi gula berlangsung lama, sedikit demi sedikit terjadi timbunan lemak. Akhirnya menjadi sebab terjadi obesitas, relatif rentan terkena penyakit.
Trus gimana solusinya?
Cukup mudah, seimbangkan pola makan
dengan olah raga yang cukup. Bagaimanapun juga olah raga berperan, untuk
membakar kalori dan lemak yang berlebih.
Sangat tidak mungkin, kalau kita tidak
konsumsi gula sama sekali. Karena gula tetap dibutuhkan tubuh, sebagai asupan untuk menambah
energi. Tapi kita musti paham takaran, sehingga manfaat gula bisa kita
dapatkan.
Berapa ukuran gula yang pas ?
Anjuran dari Kementrian Kesehatan,
sebaiknya mengonsumsi gula 50 gram/ hari setara dengan 4 sendok makan.
Sementara anjuran dari WHO, sebaiknya konsumsi gula 25 gram/hari setara dengan
2 sendok makan.
Nah mumpung badan masih sehat, tidak ada
salahnya mulai merubah pola konsumsi dan gaya hidup. Merubah mind set, sehingga apa yang kita
konsumsi adalah asupan yang bermanfaat. Saya tahu pasti tidak mudah memulai,
tapi saya yakin pasti bisa kalau punya kemauan kuat – salam sehat-
kalau aktifitasnya padat sampai keringetan banget malah perlu gula, kaya aku pas naik gunung itu teh manis dan madu perlu banget karena benar2 terkuras, tapi kalau sedang biasa saja saya mengurangi banget mas
BalasHapusBener mbak Ev,
Hapus