koleksi pribadi |
Acara Healthy takshow liputan 6 dan lightHOUSE Indonesia, memberi manfaat sekaligus membuka wawasan baru bagi saya. Pembicara ketiga atau terakhir adalah dr. Sophia Hage, SpKO, dokter spesialis olah raga dari lightHOUSE Indonesia. Beliau memberi pemaparan bertema Sedentary, setelah pemateri sebelumnya yaitu dr. Grace Judio dan Psikolog Tara de Thouars, B.A, M.Psi. (lihat tautan di akhir artikel)
Saya pribadi termasuk berpandangan salah, menggangap olah
raga sebagai sebuah program untuk sehat. Kalau sedang semangat diet, baru deh
menjadwalkan waktu khusus untuk olah raga. Atau kalau sedang ada pekerjaan di
luar kota, baru ikut acara senam pagi yang biasanya diadakan panitia.
Sebenarnya pandangan semacam ini salah, selaras
dengan pernyataan dr Sophia Hage
"sesungguhnya olah raga adalah gaya hidup sehat
atau pola hidup aktif. Olah raga tidak harus berkeringat, karena memasukkan unsur
olah raga dalam aktivitas sehari hari sangat dimungkinkan".
Perilaku sendentary
Adalah segala aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur,
melibatkan posisi duduk/ berbaring. Energi yang dikeluarkan sangat sedikit, jumlah energi
ada di atas tidur tapi dibawah aktivitas fisik diluar tidur.
Misalnya ;
Duduk sambil menonton teve, duduk sambil menulis di
laptop/ smartphone, rebahan/ tengkurap sambil membaca buku, banyak kegiatan lain
masuk dalam perilaku sedentary (silakan teruskan contohnya sendiri).
Berdasarkan sebuah riset, terkait perilaku sedentary
terjadi trend kenaikan pada tahun 2012- 2013. Orang dewasa menghabiskan 9 - 10 jam
untuk perilaku sedentary, tentu hal ini bisa tidak disadari atau disadari.
Sebenarnya untuk mengurangi gaya hidup sedentary,
tidak harus identik atau bukan hanya olah raga saja. Tetapi melakukan kegiatan
atau aktivitas fisik, seperti berjalan, berdiri, mengangkat, melompat dsb, adalah bagian
dari mengurangi perilaku sedentary.
Jadi jangan heran, ada lho kasus orang sudah berolah
raga tapi berat badan tidak turun.
Bisa jadi hal ini disebabkan, dalam sehari lebih
banyak waktu dihabiskan untuk perilaku sedentary dibanding olah raga.
Coba kita hitung, selama bekerja di kantor sekitar delapan
jam lebih banyak duduk. Kemudian sampai di rumah atau acara hangout dengan
teman, lagi-lagi lebih banyak duduk. Bukan tidak mungkin, kebiasaan sehari-
hari yang diulang ulang akan terakumulasi pada suatu saat.
Yuk kurangi waktu duduk!
Duduk terlalu lama, menjadi penyebab penurunan
penggunaan otot tubuh. Kalau kita pada posisi berdiri, terdapat pengaruh gaya grafitasi
bumi sehingga ada upaya mempertahakan postur tubuh. Selain itu ada keuntungan
lain, saat berdiri akan terjadi kontraksi otot besar di tubuh.
Perilaku sedentary disinyalir, sebagai penyebab otot
tubuh tidak mengalami kontraksi. Sehingga impact gula dan impact emak turun, akibat
tubuh tak membutuhkan terlalu banyak energi. Ketika impact lemak dan gula
turun, maka kadar gula di dalam darah dan kolesterol akan tinggi.
Orang duduk lebih dari 8 - 11 jam sehari, Plasma LDL
(kolesterol buruk) tinggi dan Plasma HDL (kolesterol baik) rendah. Beresiko mengalami
gangguan impact gula tinggi, meskipun belum termasuk diabetes tapi sudah ada
gangguan dalam menyerap gula.
dr. Sophia Hage, SpKO sedang presentasi, tampak dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt (kiri - duduk) dan Psikolog Tara de Thouars, B.A, M.Psi (kanan- duduk) |
Kalau hal ini dibiarkan terus terjadi, niscaya resiko
terhadap kesehatan meningkat. Bisanya kerap diiringi, resiko obesitas meningkat
pula. Diabetes, syndrom metabolis, merupakan kumpulan gejala pinggang membesar,
kemudian kolesterol tinggi mengarah pada penyakit kardiovaskuler. Kalau dirunut,
penyakit ini akibat dari perilaku sedentary. (Waduh, Ngeri yaaa!!)
Dokter Sophia Hage, memberi rekomendasi
- Mengurangi frekwensi perilaku sedentary
- Interupsi atau bangkit berdiri 2-3 menit setelah duduk 2-3 jam
- Mengurangi aktivitas sedentary seperti merubah nonton tv sambil berdiri/ bergerak tidak terus menerus duduk
- Mengurangi durasi waktu duduk. Misal mengetik dengan berdiri, karena duduk terlalu lama, menyebabkan kualitas kesehatan menurun jumlah hari sakit meningkat.
Prinsipnya adalah "aktif mendorong pembatasan waktu untuk perilaku sedentary dalam jangka
waktu panjang". Semakin sedikit waktu untuk duduk, sejatinya justru semakin
baik untuk kesehatan.
Ini catatan penting !
Perilaku sedentary lebih dari 8 jam/ hari, dapat
berakibat buruk. Sedangkan perilaku sedentary lebih dari 11 jam/ hari, pasti
berakibat buruk.
Sungguh disayangkan ya kawan's, bagi yang sudah berolah raga tapi masih berperilaku sedentary.
Menyimak materi Heathy Talkshow ini, saya seperti ditampar oleh diri
sendiri. Betapa saya masih termasuk, golongan enggan olah raga plus pelaku
sedentary. Acara kolaborasi Liputan 6 bersama lightHOUSE Indonesia,
benar-benar ibarat cahaya di ruang gelap pengetahuan saya.
Terimakasih banyak dr. Sophia Hage atas
pencerahannya, informasi dan ilmunya sangat bermanfaat. (salam sehat)
Nah ini ternyata penyebabnya Pak
BalasHapusSaya sering jalan, selain aktivitas ibu rumah tangga, juda kegiatan kampung lain spt ke sawah ke kebun dan keseharian nya. Tapi pas pulang ya saya diduk. Karena Fahmi lagi masa masanya bermain dam dia maunya ditemani yerus.
Haha, ini mgkn ug jadi penyebab berat saya tetap, gak turun turun ��
saya pribadi juga baru sadar Teh
Hapusselama ini saya pelaku sedentary hehee
Oooh gt Mas Agung, iya benar bangat dikantor biasanya saya kebanyakan duduk, harus diimbangi dengan berdiri dan jalan-jalan klo begitu. Baiklah... Terima kasih Mas Agung Infonya :)
BalasHapusbanyak berdiri, jalan gt Awan
Hapusbiar tambah ketjeh :)
nah kalau kerja suka kebanyakan duduk ya, mesti cari cara nih
BalasHapusdiselang seling ama berdiri atau jalan mbak Mar
HapusSalam sehat dan semangat