H.Anwar Adnan Saleh, beliau adalah Gubernur Sulawesi Barat (dokumentasi pribadi) |
Kalau kawan's penggemar cokelat, tengoklah ke Supermarket (bagi saya) barang ini masuk harga medium.
Namun buktinya tak menyurutkan niat konsumen, menikmati penganan istimewa ini.
Cokelat identik dengan kebersamaan dan berbagi kasih,biasanya hadir dalam
keceriaan bersama sahabat dan handai taulan. Saking ngetop dan banyak disuka,
beberapa produk makanan mengandalkan rasa cokelat. Aneka kue baik kue basah
atau kue kering, tak ketinggalan Ice cream menjadikan cokelat sebagai unsur
penarik selera.
Bloggers hadir di Aston Hotel, diajak membahas Kakao
sebagai sumber pendapatan. Menghadirkan keynote speaker H.Anwar Adnan Saleh, beliau adalah Gubernur Sulawesi Barat.
"Gerakan Nasional (Gernas) Kakao lahir di Sulbar
pada tahun 2006, melibatkan Perguruan tinggi karena membutuhkan sentuhan
teknologi dan membutuhkan ilmu pengetahuan. Pemerintah pusat merepon, dipejabat
terkait sangat antusias"
Target Gernas kala itu 125ribu hektar, pada
prakteknya yang tersentuh tak sampai 25
hektare. Gubernur Sulbar menanggung akibat, terkena sasaran demo yang dilakukan
masyarakat petani.
Setelah pergantian pemerintahan, Presiden Joko Widodo
melakukan kunjungan perdana di Sulbar. Presiden mengeluarkan pertanyaan pada
Dirjen, apakah Kakao bisa menjadi nomor satu dunia. Gubernur Anwar Adnan Saleh
yang hadir, menyahut dengan jawaban "BISA!".
Hari itu juga diputuskan di bawah pohon Kakao,
Presiden ingin program Kakao yang berkelanjutan. Akhirnya dikemas program Kakao
Berkelanjutan, Pak Jokowi berjanji memberi 1 T pertahun selama 3 tahun. Pada tahun
pertama diberi 1,4 T, kemudian tahun kedua belum turun.
"Mungkin RI 1 bersungguh-sungguh, bisa saja
orang disekitar yang kurang serius" Ujar Gubernur Sulbar di forum.
Kakao merupakan kebutuhan dunia, peluang yang bagus
ini harus dimanfaatkan. Gubernur penah mendampingi Wapres ke London, menghadiri
pertemuan negara penghasil dan pengguna Kakao dunia dengan 2500 peserta.
Perdana Mentri Gana mengatakan, bahwa Indonesia adalah
harapan Kakao dunia. Hal ini tentu membuat bangga, siapapun yang mendengar
tentu berbunga-bunga. Pada kesempatan berikutnya, Wapres menjawab "Indonesia
siap menjawab masalah Kakao Dunia".
Peluang dan tantangan harus ditanggapi serius,
sehingga impian tidak berhenti hanya impian semata. Gernas adalah tumpuan
masyarakat, bahkan bisa sampa 5 -10 tahun
kedepan. daerah Poliwalimandar sempat
merasa manisnya Kakao, panen booming pada 2015 sebagai hasil Gernas.
Pemerintah pusat harus ikut campur tangan, mengawal
proses dari hulu ke hilir. Harus dibuat payung hulum, tak boleh ada spekulasi-spekulasi
yang membuat petani resah.
Pondasi ekonomi sulbar adalah Kakao, melibatkan 65%
kepala keluarga sebagai petaninya. Sekaligus menyediakan lapangan kerja bagi
49.7%, atau sekitar 275.600 KK di provinsi Sulbar. Komoditas Kakao tidak
dipengaruhi krisis ekonomi, baik nasional maupun Global.
Dampak program GerNas sudah dirasakan masyarakat,
utamanya pada produktifitas, produksi, pendapatan petani, pertumbuhan ekonomi
dan pemberdayaan petani cukup signifikan.
Program Gernas yang berkelanjutan, akan menjadi momentum
kebangkitan industri kakao. Sehingga bisa berdaya saing tinggi, sebagai sarana
untuk mewujudkan Indonesia menjadi produsen terbesar di dunia.
Terobosan
terkait pengembangan kakao Berkelanjutan
- Transfer teknologi sambung samping
- Munculnya usaha Agribisnis penangkar benih bibit sambung pucuk
- Terbentuknya forum kakau Sulbar
- Berdirnya SMK kakau di kabupaten Sulbar
Tantangan dan Arah Pengembangan
- Menyiapkan petani kakau Sulbar agar lebih kompetitif
- Meningkatkan kesejahteraan petani kakao
- Menyiapkan sektor kakao/ cokelat Sulbar layak sertifikasi untuk menghadapi tuntutan global/ konsumen dunia
- Menarik pelaku Kakai global untuk berpatisipasi dan berinvestasi pada pengembangan sektor kakao Sulbar
- Membangun ekonomi kakao yang lebih kuat, sebagai pondasi ekonomi Sulbar
-0o0-
Blogger's bersama H.Anwar Adnan Saleh Gubernur Sulawesi Barat (dokumentasi pribadi) |
Siapa sih tak suka cokelat, saya yakin 8 dari 10 orang
akan menjawab suka. Artinya kebutuhan coklat relatif tinggi, meski bukan
termasuk bahan konsumsi pokok. Logikanya sederhana, Jika negri tercinta ini
swasembada Kakao, maka untuk memenuhi kegemaran masyarakat tak perlu import.
Saya membayang, wajah berseri petani Kakao. Merekalah
yang diuntungkan, apabila Kakao hasil pertanian mereka menjadi bahan konsumsi. Apalagi
hukum ekonomi akan berlaku, semakin tinggi permintaan tentu harga semakin bagus.
Mantep Pak Jokowi...
BalasHapustrimakasih sudah berkunjung salam
Hapus