Salju turun di kota kecil pinggiran Berlin (dok wa Devita) |
Tulisan lama ini saya buat puisi esai, tepatnya pada
bulan Februari 2012. Keponakan atau anak dari kakak tertua, kala itu berangkat
ke German untuk bekerja.
Terus terang keputusannya sangat mengejutkan,
terlebih bagi seorang gadis seusianya (20 tahunan lebih - lebihnya banyak hehe
*kidding).
Menurut saya dia sangat nekad dan bersemangat,
sekalinya pergi jauh sekalian. Ibu dan Neneknya yang paling memendam rasa
kawatir, namun ditepis dengan meyakinkan semua akan baik-baik saja.
Beruntung calon suami (sekarang sudah menjadi suami)
mendukung, alasannya simple sebelum menjadi guru bahasa German ada baiknya
pergi ke negaranya.
Saya membantu mengurus Visa, beberapa kali ke kantor Kedutaan di
dekat Bundaran HI. Ikut deg-degan menunggu visa disetujui, sebagai prasayarat
keberangkatannya.
Sampai kabar keberangkatan yang super mendadak, sore
diemail keesokkan pagi harus berangkat. Sesaat perasaan saya gamang melepas di
keberangkatan terminal 2D Bandara Soetta. Namun langkah tegapnya, melenyapkan perasaan ragu yang mengepung waktu itu.
Saking deket dengan Pakleknya (dia panggil saya om), selama
di negeri seberang sering bertukar kabar.
Tulisan ini saya copas persis diblog saya yang dulu,
sewaktu menulis untuknya ketika itu
-----to Devita Candra Nugraeni-----
Cerita2 itu mengalir meski sepotong sepotong, dari
bumi belahan Eropa meniti waktu ke waktu mewujudkan janji hati.
Perjalanan
menuai asa sangatlah mengasyikkan.
Seolah
mimpi yg sekian lama terpendam menjelma nyata.
Menghirup
udara dijauh sana
Menikmati
turunnya salju yang merambat menuju beku
Adalah
sajian kisah demi kisah yang indah
Aku sbg penikmat cerita menjadi antusias.
Ketika tiba2 saja semangatmu terletup kubaca dari komunikasi yang terjalin melalui dunia maya.
Adalah seorang gadis yang kini menggenggam masa dewasanya
Kedekatan yang kubangun dengannya mulai awal2 usia, ternyata membekas hingga kini ketika dia hampir sampai digerbang pernikahannya.
Maka jatuh bangun upaya meraih segenap cita2nya,
aku
menjadi salah satu tempat dicurahkan detil cerita.
Memposisikan diri sebagai pendengar yg baik sekaligus memberi masukan utk sebuah solusi membuat hubunganku semakin kuat
Pun hubungannya dengan istri dan anak anakku menjadi sebuah kesatuan tak terpisahkan.
Kini di sebuah kota kecil di German.
Hari harimu akan menjadi lembar demi lembar sejarah hidupmu.
Buatlah puisi terindah dalam perjalanan hidupmu
Untuk kaubagi dengan suami dan anak-anakmu kelak..
Love U Devita
From ;Om Agung, Bulek Eva, Ahnaf, Quinsha
Memposisikan diri sebagai pendengar yg baik sekaligus memberi masukan utk sebuah solusi membuat hubunganku semakin kuat
Pun hubungannya dengan istri dan anak anakku menjadi sebuah kesatuan tak terpisahkan.
Kini di sebuah kota kecil di German.
Hari harimu akan menjadi lembar demi lembar sejarah hidupmu.
Buatlah puisi terindah dalam perjalanan hidupmu
Untuk kaubagi dengan suami dan anak-anakmu kelak..
Love U Devita
From ;Om Agung, Bulek Eva, Ahnaf, Quinsha
----dan Kini-----
Devita menjadi guru bahasa German (seperti
cita-citanya), di sebuah SMA Negeri di Surabaya
Satriya Fuji M lelaki pendiam dan rendah hati telah meminangnya, memiliki
dua buah hati pelipur lara yang menggemaskan (Nara dan Arkan). Semoga langkahmu
yang tertinggal di dataran bersalju itu, kelak diteruskan anak-anakmu.
Tak ada doa lagi, selain semoga sehat lahir batin untuk
keluargamu. Sakinah, Mawaddah, Warahmah, dalam dekapan doa orang tua dan orang
terdekat yang kalian kasihi. (amin)
Love U Again
Devita and Fam'
Devita (dok. WA Vita) |
Devita in action (dok wa devita) |
Suasana kota kecil pinggiran Berlin (dok WA Devita) |
Satriya Fuji M, Arkan, Naratama, Devita (dok FB Devita) |
Wah ceritaku ditulis oleh om agung itu bagiku sangat mengharukan.... Mari berbagi mimpi dan berbagi cerita... Thank you very much om... Semoga tulisannya menginspirasi bny pihak. Sukses terus untuk karirnya sbg penulis....
BalasHapusaminn
Hapuswah mas agung pinte rbikin puisi ternyata
BalasHapusHehehe belajar mbak
HapusPaklek .. eh OM
BalasHapusOpo Kang #eh
Hapushehee