Cheng Beng adalah tradisi tahunan masyarakat Thionghwa, khusus umat Khonghucu. Ritual Cheng Beng di Pangkalpinang dilaksanakan di pekuburan Sentosa, adalah kerjasama antara pemerintah kota dan Yayasan Sentosa.
Pelepasan Aneka Lampion oleh masyarakat saat acara Ceng Beng di Pekuburan Sentosa Pangkalpinang (dokumen pribadi) |
Ritual Ceng
Beng atau sembahyang kubur, adalah upacara perwujudan sikap masyarakat Tionghoa
yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya. Pada moment ini tradisi
pulang kampung terjadi, seluruh keluarga berkumpul di Pangkalpinang.
Kami dari
Kelas Blogger, berkesempatan hadir pada acara Ceng Beng tahun ini. sehari
sebelum puncak (4/april'16), mulai tampak kesibukan di pekuburan Sentosa.
Anggota keluarga mulai membersihkan kuburan, kemudian menyiapkan sesaji berupa
buah-buahan dan kue. Tak lupa membakar dupa, yang diletakkan di sekitar makam
leluhur. Ceng Beng sendiri artinya bersih/ terang, besar harapan leluhur berada
di tempat yang terang.
Hadi yang
saat itu kami hampiri, bercerita tentang tradisi tahunan ini. Lelaki usia
tigapuluhan ini, sengaja pulang dari tanah rantau untuk perayaan Ceng Beng.
Bersama satu tukang, makam leluhur sedang dicat ulang dengan warna merah.
Rumput dan tanaman liar dicabut, agar makan tampil semakin cantik. Pada ujung
pembersihan, diberi uang-uangan dari kertas plastik warna kuning merah.
"ini
bukti cinta dan sayang pada leluhur kami. kalau untuk membangun makam, tak ada
pakemnya, tergantung yang duitnya banyak bisa mewah" Jelas Hadi
Tak hanya
Hadi, banyak keluarga lain datang dengan rombongan. Melakukan prosesi yang
sama, membersihkan makam membawa sesaji dan mendoakan arwah leluhurnya.
Puncak
cengbeng di area pekuburan Sentosa sendiri, dilaksanakan bertepatan dengan
tanggal 4 April'16. Kami mendapat rundown acara, sebelum keberangkatan ke
Pangkalpinang. Mulai setengah satu dini hari, sudah menuju lokasi pekuburan
sentosa. Sesuai jadwal yang kami terima, jam 03.00 waktu setempat acara dimulai. Sengaja datang lebih awal, mengantisipasi kemacetan
akibat parkir. Sekaligus ingin mengambil moment, pada puncak acara berupa
pelepasan lampion dan kembang api.
Paithin atau tempat ibadah, dipenuhi aneka persembahan bagi leluhur (dokpri) |
Tampak kesibukan
di Paithin, atau tempat sembahyang/ mengirim doa bagi leluhur yang yakin
makamnya ada di Pekuburan Senotsa namun tidak menemukan fisiknya. Persembahan
sesajian berupa buah-buahan (Sam Kuo) ditata berbentuk gunungan, mulai dari
buah jeruk, apel, pear dan nanas. Selain
buah terdapat Kambing dan Babi, berada di tengah siap dipanggang. Aneka kue
menghiasi paithin, mulai dari kue bolu kukus, apem, kue bika ambon masih ada
yang lainnya.
Panggung di
pelataran Paithin diisi permainan Tanjidor, dan beberapa orang menyanyi lagu
mandarin. Selain Mandarin ada beberapa lagu yang cukup familiar, lagu kolam
susu milik Koes plus.
Sekitar jam
04.00 dilakukan pelepasan lampion, sembari mengucapkan harapan dari sang
pelepas. Panitia menyediakan banyak lampion, siapa saja bisa berpartisipasi
menerbangkan ke udara. Aroma dupa terasa menyengat, iringan Tanjidor terus
mengalun sepanjang acara.
Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, tiba di acara Ceng Beng (dokpri) |
Matahari mulai terbit, Bapak Walikota tampak datang di lokasi
acara tak lama disusul Bapak Gubernur. Dua petinggi duduk sebentar, kemudian
mengunjungi satu keluarga yang sedang bersembahyang.
Secara khusus Pak Gubernur berharap, tradisi Ceng Beng bisa
menjadi magnet wisata di Pangkalpinang. Seperti Cap Go Meh yang sudah melekat,
terutama di pulau Kalimantan.
Sebagai pengunjung, saya merasakan tradisi Ceng Beng begitu
mengagumkan. Penuh semarak dan mengadung banyak filosofi, salah satunya adalah eratnya
tali kekerabatan. (salam)
Seru nih halan-halan sambil belajar tradisi..
BalasHapusSmoga next bisa jalan bareng Horas amin :)
Hapussalam sehat dan sukses
edisi terkantuk-kantuk gak diceritain...hehe..
BalasHapusiya ya Pak, pada tidur di mobil :)
Hapusacaranya meriah sekali ya pak
BalasHapussangat meraih mas heheh
Hapussalam sehat dan sukses amin
nggak sekedar jalan - jalan tapi banyak filosofinya :)
BalasHapusSepakat mbak Sari heheh
Hapussalam sehat dan sukses amin
Orang Tionghoa sangat menghormati leluhur, layak dijadikan panutan karena menghormati orang tua adalah akhlak mulia. Penasaran seperti apa sih perayaan Cheng Beng ini sebenarnya. Tahun depan kalau ada lagi maulah rasanya ikut ngelihat langsung ke Pangkalpinang. :)
BalasHapussmoga diringankkan langkah mas Eko aamiinn
HapusBangka keren
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung
Hapussalam sehat dan semangat