SOS Childern's Villages Bali (dokpri) |
Kehidupan berlaku sejalan dengan titah-NYA, tak mengingkari pun tak diingkari. Semesta berlaku asih dan kasih, pada seluruh makhluk ciptaan-NYA. Hanya dengan nafsu semua ternodai, hanya dengan cinta semua tersemai. Hukum alam menetapkan akibat bagi yang berbuat, tanpa memandang apa atau siapa.
Desa
Bantas - Tabanan Bali
Pulau
Dewata yang berbalut keindahan, terasa sempurna dengan hangat fajar pagi.
Cahaya merekah menyalurkan semangat berlipat, pada anak-anak SOS Childern's Villages
Tabanan Bali.
Lelaki
usia jelang 70 tahun, I Gusti Agung Made Suweca melepas anak-anaknya berangkat
sekolah. Acara rutin yang dinamakan salam pagi, berlangsung dengan hangat. Tangan
tangan mungil anak SD/ SMP berebut, sekaligus disambut lelaki yang akrab disapa
Pak Agung ini. Maka tak ketinggalan doa pengharapan diungkapkan, sambil
mengusap kepala setiap anak. Tak urung anak usia SMA turut serta,
mengambil punggung tangan Pak Agung dan menciumnya. Beliau adalah Lurah di desa taruna, SOS Children's Village di Bali.
Sos
Childern's Villages yang berada di desa Bantas- Tabanan, di Indonesia merupakan
lokasi ke empat setelah Bandung, Jakarta dan Semarang, menyusul di Medan dan
Aceh. SOS Indonesia merupakan organisasi non profit, yang bergerak untuk
memperjuangkan hak-hak anak khususnya dalam hal pengasuhan. SOS Indonesia Childern's
Villages memberikan pengasuhan alternatif berbasis keluarga, juga menggiatkan
Program Penguatan Keluarga di sekitar lokasi Village. SOS Childern's Villages
sendiri sudah berdiri sejak 1949, dan sudah tersebar di 134 negara termasuk
Indonesia.
-0-o-0-
Sabtu
(12 sept'15) Pukul 06.30 WITA
Saya beruntung
bisa menyaksikan langsung prosesi salam pagi, bersama dua blogger lain yaitu
Idrus dari Gorontalo- Sulawesi Utara dan Ilham dari Palembang- Sumatera Selatan.
Kami bertiga adalah pemenang blog competition yang diselenggarakan SOS Childern's
Villages Indonesia, dengan tema "Catatan Anak Bangsa" dalam rangka 70 tahun HUT RI.
Pak Agung dalam "Salam Pagi" (dokpri) |
Acara salam pagi ini adalah acara rutin, dilakukan anak-anak SOS Bali menjelang berangkat sekolah. Budaya ini sangat penting bagi penanaman sikap menghormati orang-tua, sekaligus menumbuhkan semangat beraktivitas. Hal ini tergambar dari doa Pak Agung, pada setiap anak yang menghampirinya. Semua anak dimohonkan agar menjadi anak yang sehat cerdas, dan bermafaat bagi sesamanya.
Hari beranjak menjelang siang, kami blogger bersama kak Vanda, Kak Loly dan Kak David menikmati Tabanan. Dua lokasi dituju yaitu Ulu Datun dan alas kedaton, Pak Agung memandu kami diantar Pak Naya.
Anak adalah
tunas bangsa pemegang estafet kehidupan, yang akan mewarisi sikap orang tua
juga lingkungan pergaulan. Maka sangat diperlukan pengasuhan yang benar sejak usia
emas (0-7 th), sehingga mentalnya siap menghadapi kehidupan sebenarnya kelak. Rumah
adalah sekolah pertama sekaligus utama, sadangkan orang tua (ayah dan ibu) adalah
guru kehidupan muasal. Orang tua lah yang (sadar atau tidak) menjadi peletak
pondasi, pembentukkan karakter dasar dari setiap anak. Kelak karakter ini akan
dibawa setiap individu, berproses menjalani kehidupan masing-masing.
12
rumah berdiri di areal SOS Childern's Villages Bali, setiap rumah terdapat 4
kamar. Total penghuni adalah 12 anak, didampingi satu ibu asuh. Setiap rumah
dihuni anak beda usia dan jenis kelamin, sehingga layaknya sebuah keluarga ada yang berlaku sebagai kakak
pun adik. Saya sempat menyambangi satu demi satu rumah, bersapa hangat dan
berbincang akrab dengan penghuninya. Setiap rumah memiliki keunikan sendiri-
sendiri, pada dindingnya terpasang aneka penghargaan dari anak-anaknya. Piala dari
aneka lomba tertata rapi, juga tergantung medali. Karya anak-anak dalam bentuk
puisi, atau foto-foto terpajang rapi.
Suasana SOS Villages Bali (dokpri) |
Prestasi anak-anak SOS (dokpri) |
Satu nama
yang sedang hangat diperbincangkan, adalah Semy yang baru saja menyabet medali
perak dan perunggu. Kedua medali diperoleh dalam olympiade di Los Angles, dalam
sebuah cabang olah raga Ateletik. Selain semy juga terdapat nama lainnya,
dengan prestasi tak kalah membanggakan. Prestasi ini tentu bukan sembarang
prestasi, apalagi sudah tingkat international.
Ketika
memasuki satu diantara 12 rumah, ada yang membuat hati saya terpaut. Adalah gadis
mungil usia 2 tahun bernama Riyani, tinggal di SOS Childern's Villages sejak
usia 27 hari. Karena kondisi keluarganya yang sangat memaksa, gadis mungil Riyani
tinggal di tempat luar biasa ini. Naluri keayahan saya menyeruak, segera dua
tangan kecil itu saya rengkuh. Saya trenyuh ketika membayangkan, masih banyak Riyani-Riyani
yang lain berada di luar sana. Mungkin tak seberuntung Riyani digendongan saya,
mendapat kasih sayang yang dibutuhkan. Riyani terkesan tak canggung, berada
dalam pelukan saya.
Anak-
anak SOS Childern's Villages yang sudah mandiri, gambarnya masih terdokumentasi
lengkap.
"yang
ini sekarang bekerja sebagai Perawat, ini juga bekerja di Kapal Pesiar, nah ini
sudah menjadi tentara di Jawa" Pak Agung dengan telaten mejelaskan"
yang ini menikah dengan anak dari rumah ke tujuh" lanjutnya
Tinggal
di SOS Childern's Villages otomatis menjadi keluarga besar, bahkan ketika anak-anak
yang mandiri pulang selalu mengadakan reuni.
"kalau
mereka ketemu, ngobrol bisa sampai jam 03.00 dini hari" ujar salah satu ibu
asuh.
Berdiri
di atas lahan seluas 6 Hektare, saya seperti berada di sebuah kampung khusus. Terus
terang situasi ini lebih dari bayangan saya, sebelumnya tergambar di pikiran sebuah
bangunan seperti asrama dengan berjajar kamar. Kemudian hanya dengan pelataran
seluas lapangan bola, terdapat ruangan-ruangan untuk berkegiatan. Namun SOS
Children's Village adalah seperti sebuah desa, memiliki fasilitas penunjang
kegiatan anak-anak.
Menjadi
ibu asuh di setiap rumah, tentu melalui seleksi yang ketat. Minimal memiliki rasa
sayang pada anak-anak, siap mengayomi setiap anak yang ada dalam rumah. Ada satu
nama Bu Gusti, pengabdiannya sudah dibuktikan. Kini usianya hingga menjelang 60
tahun, mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya tulus pada anak-anak di SOS
Childern's Villages Bali.
Setiap
anak berhak mendapat perasaan dilindungi dan diterima, serta menjadi bagian
dari sebuah keluarga. Melalui kasih sayang dan penerimaan, akan tumbuh dan
terbangun rasa percaya diri. Rasa percaya diri inilah kunci penting, agar anak
mampu mengasah potensi yang dimiliki.
-0-o-0-
Sabtu
Pukul 20.00 WITA
Gelaran
acara malam budaya riuh rendah, dengan penampilan dari anak-anak SOS Children's
Villages Bali. Tarian khas Bali ditampilkan anak-anak bergantian, tak
ketinggalan atraksi Yoga dan penampilan Band. Semua menjadi pembuktian
anak-anak bersemangat, mengasah bakat dan minat masing-masing.
Acara di SOS Villages ali (dokpri) |
Kami tak
mau ketinggalan berpartisipasi, setiap blogger yang berasal dari daerah yang
berbeda tampil. Ilham dengan dongeng tentang cerita rakyat Palembang, saya
dengan lagu dolanan Jawa. Sementara penampilan terakhir adalah Idrus,
membawakan lagu Gorontalo lengkap dengan musik pengiring. Setiap blogger tampil
dengan busana khas daerah, sehingga memperjelas identitias kami.
Malam
itu Mas Enda Nasution datang, tak lama setelah Cheff Juna dan team hadir. Sehingga
suasana semakin meriah, dan malam semakin lengkap.
-o-0-o-
Minggu
13 Sep'15
Kemeriahan
malam budaya belumlah usai, pagi hari dilanjutkan dengan aneka lomba. Cheff
Juna yang wajahnya akrab di layar televisi, menjadi bintang bagi kaum ibu dan
remaja putri. Wajah rupawan dan penampilan kerennya, menjadi rebutan berfoto
selfie. Sejak kedatangan pada malam budaya, benar- benar menjadi magnet.
Blogging Class (Ki-Ka) Kak Enda Nasution, Idrus, Ilham, Agung Han (dokpri) |
Coocking Class bersama Cheff Juna (dokpri) |
Pagi itu khusus ibu-ibu diadakan lomba memasak, chef Juna bertindak sebegai juri. Sementara Mas Enda Nasution (bapak blogger Indonesia), memandu kelas menulis bersama kami para blogger. Kelas menulis diikuti anak usia SMP, sedang sepuluh tahun ke bawah ikut lomba mewarnai.
Sepanjang
dua hari tawa bahagia bergema, memenuhi langit SOS Childern's Villages Bali. Cinta
berpendar dalam hati setiap kami yang hadir, menanamkan sikap optimis tak
berkesudahan. Anak-anak yang tumbuh dalam keceriaan, adalah tunas tunas yang
akan mewarnai kehidupan masa mendatang. Kita para orang tua wajib mewarisi sikap
asih pada mereka, agar dibawa anak-anak hingga kelak dewasa. Kemudian saat
mereka memiliki anak, akan mewariskan lagi pada generasi berikutnya.
Alangkah
indah kehidupan, apabila keindahan juga yang ditanamkan. Setitik demi setitik
cahaya kalau disatukan, niscaya akan menjadi sebuah lentera. Tak ada kegelapan
yang abadi, selama mash ada sebentuk hati yang memendam kasih.
"salam
SOS" pekik kak Vanda sang pembina
"DI
SINI" balas adik-adik serentak (sambil menempelkan telapak tangan kanan di
dada sebelah kiri)
sumber video ; Blogtrip "Catatan Anak bangsa"- SOS Children's-
aku jadi ikutan bengok pas baca SALAM SOS. hihihi
BalasHapusDi SINI (hehehee)
Hapus