sumber gambar ; newamericamedia.org |
Hukum
alam bekerja begitu sempurna, apa dan siapa yang berbuat akan mendapati akibat.
Pun bagi orang yang yang tak berbuat tapi menangung akibat, pada akhirnya memperoleh
ganjaran yang sesuai. Semesta bekerja sesuai sunnatullah, tak melanggar dan tak bisa dilanggar secara
semena-mena.
Pada
satu sisi manusia dianugerahi akal, menjadi modal luar biasa dibandingkan
makhluk lainnya. Manusia sebagai makhluk mulia diberi pilihan, menjadi dan
melakukan apapun yang diingini. Namun tak boleh ingkar setiap pilihan tak lepas
dari resiko, yang tidak bisa dilimpahkan pertanggungannya. Aturan kehidupan
tersurat melalui kitab suci, yang dibawa manusia (baca; nabi) pilihan.
Orang
yang bisa membawa diri dengan baik, resikonya mudah diterima di lingkungan
pergaulan. Sebaliknya orang yang kurang pintar menjaga sikap, resikonya orang
lain merasa tidak nyaman berdekatan. Sejauh perjalanan kehidupan yang saya
tempuh, memberi cukup banyak pelajaran hidup. Kebiasaan kecil dalam keseharian
yang dijalani, akhirnya berubah menjadi sikap dan tabiat. Tak ada manusia tak
lepas dari salah, namun selalu ada kesempatan berbenah.
-0-o-0-
HIV/
AIDS adalah sebuah akibat dari sebuah sebab, kehadirannya tidak datang dengan tiba-tiba.
Virus berbahaya ini masih belum ditemukan obatnya, telah menjadi pandemi
kesehatan seluruh dunia.
Penghindaran
atas orang yang terinfeksi HIV/ AIDS, pengasingan, penolakan, diskriminasi
adalah bentuk hukuman sosial. Tak anyal penggiat yang peduli ODHA juga mendapat
perlakuan serupa, menurut saya sikap sinis masyarakat ibarat sebuah batu ujian.
Hukuman sosial dari masyarakat menjadi sebuah resiko, cara mengatasi justru
dengan menghadapi dengan ketegaran jiwa.
Tak
hanya pada ODHA saja, khusus aktivis yang mengalami hal tak mengenakkan. Semoga
tidak menyurutkan langkah, justru
memperkuat semangat perjuangan. Meski saya yakin sangat sulit, tapi memilih
sikap menghadapi resiko adalah pilihan terbaik diantara yang buruk.
Orang
dengan HIV AIDS (ODHA) sangat butuh pendampingan, seorang yang sangat peduli (baca;
aktivis) agar ODHA tidak merasa sendiri.
Celah kosong dalam jiwa yang dibiarkan kosong, niscaya menumbuhkan rasa
keputusasaan bersemayam.
Paling
penting bagi ODHA, menuntut pada diri sendiri. Berani menjamin memiliki tekad
kuat, untuk segera merubah perilaku yang salah. Segera melepaskan diri dari kebiasaan
dari lingkungan lama, siap untuk membuka lembaran baru. Istilah kata tidak ada
terlambat untuk berubah, musti dicam-kan agar komitmen semakin mebulat.
Sekali
lagi memang bukan hal yang mudah, namun juga bukan suatu hal yang mustahil.
Stigma
masyarakat terhadap ODHA, sungguh menjadi tantangan psikologis. Hal ini
tergambar dari sebuah survey, 10 Mahasiswa di Sulawesi ketika diberi
kuisoner. 4 orang diantaranya mengaku
takut berhubungan dengan ODHA, 6 lainnya meski tak tegas secara tersirat memilih
menghindar dengan halus.
business-humanrights.org |
Menurut
hemat saya diadakan gerilya dari dua arah, baik dari internal ODHA pun
Eksternal. Dari sisi internal yaitu ajakan merubah perilaku ODHA, agar mulai
bergaya hidup sehat. Melalui pergaulan yang sehat, bahan bacaan yang sehat
akhirnya membentuk pikiran yang sehat. Sedangkan dari eksternal, aktivis atau
volenteer bisa memberi penyuluhan pada masyarakat. Hal ini bukan hanya menjadi
tugas Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) saja, bahkan setiap individu yang
peduli perlu teribat dan dilibatkan. Agar masyarakat melek pengetahuan. Bagaimana agar ODHA
dibantu bangkit dari keterpurukkan. Semoga melalaui Pernas Aids V di Makasar menjadi titik tolak, untuk
membangun gerakan mulia ini
Manusia
diberi kewenangan sebatas berusaha, sedang hasilnya menjadi otoritas Sang
Pencipta. Ikhtiar sebagai wujud sebuah penghambaan, sebagai bukti manusia
sangat ringkih dan terbatas. Justru keterbatasan itu juga menjadi alasan, untuk
saling membahu satu orang dengan yang lainnya.
Sangat
penting dalam hal ini adalah komitmen, bertransformasi menjadi pribadi yang
lebih baik. Seseorang yang betekad berubah (baca; mednapat hidayah), niscaya
tak khawatir dengan kesulitan atau perjuangan hidup yang dihadapi. Rasa optimis
dalam berbuat mengiringi sikap pasrah, niscaya membentuk menjadi pribadi
mumpuni di segala situasi. (semoga-salam)
Memang agak berat mas kalau bicara soal Aids dan ODHA. Banyak yang takut dan memilih menjauh. Padahal saya banyak baca kalau mereka justru butuh banyak dukungan ya.
BalasHapussepakat mas Ryan
Hapusterimakasih sudah berkunjung
salam :)