Pos Keuangan |
Manusia tak akan pernah lepas dari
kebutuhan, utamanya pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, papan. Dengan
kebutuhanlah menghubungkan manusia satu dengan lain, melalui aneka kepentingan dalam
pencarian nafkah. Itulah alasan mengapa manusia harus bekerja, agar mengisi
waktu demi waktu dengan kegiatan produktif. Berkompetisi secara sehat antar
manusia, demi mencapai pemenuhan kebutuhan yang lebih baik.
Sejak awal bekerja saya mulai berlatih
mengelola keuangan, gaji dalam sebulan langsung diatur sedemikian rupa.
Kebetulan usai lulus Sekolah Menengah Atas puluhan tahun silam, saya bekerja
dulu baru menyusul kuliah dua tahun kemudian.
"Wah sudah gajian nih, bisa belanja
macam- macam dong" celetuk teman kampus
"Uang gaji kan untuk jatah
sebulan" jawab saya diplomatis
"Masak gak pengin nyenengin
diri" celetuk seorang teman.
*saya memilih tidak merespon agar tidak
berkepanjangan*
Kebiasaan beberapa teman sekantor tak
saya ikuti, langsung membeli pakaian atau barang kurang perlu setelah gajian.
"Mumpung ada uang belanja
sekarang" celetuk teman sekantor
Sikap saya memilih tak bereaksi berlebih,
masalah gaya hidup memang tak bisa dipaksakan.
Seorang financial planner kenamaan pernah berujar,"Beda antara hemat dan pelit"Hemat ; membeli barang sesuai kebutuhanPelit ; enggan membeli apapun meski sebenarnya butuh
Kala itu usai amplop gajian diterima
langsung saya atur, sepuluh sampai duapuluh persen disimpan. Kemudian
menyisihkan uang untuk pengeluaran tetap,
seperti uang kost bulanan, kemudian uang SPP kuliah (ketika itu bekerja
sambil kuliah). Baru uang sisanya dibagi tigapuluh hari, untuk alokasi kebutuhan
makan dan transportasi.
Sebagai bujang saya menyiasati pola
makan, biar cukup tak enggan menjalankan puasa senin dan kamis.
O'ya
tips paling manjur diterapkan
Rajin mencari informasi dan mendatangi
acara seminar baik dikampus sendiri atau kampus lain .... ( menyelamatkan
budget makan heee..hee)
Urusan transportasi bus atau angkot juga
saya atur, dengan mengendarai sepeda gowes ke tempat kerja atau kampus.
Sampai akhirnya bisa lulus kuliah, mendapat
pekerjaan kantoran yang sesuai untuk lulusan sarjana. (alhamdulillah)
-0-o-0-
wall dari website www.cermati.com (dokpri) |
Kebiasaan semasa perjaka mempengaruhi
langkah, terbiasa mengatur pengeluaran semampu saya. Beruntung saya memiliki
istri yang sepaham, dalam hal pengelolaan keuangan keluarga. Kami terbiasa
membuat pos pos pengeluaran, dengan displin kami terapkan dalam keseharian.
Uang belanja bulanan, uang sekolah anak-anak, pengeluaran tetap (listrik, air)
semua dipisahkan.
Sayapun tak henti membuka wawasan pengelolaan
keuangan, satu diantaranya browsing artikel di website www.cermati.com.
Cermati sebagai perusahaan startup bergerak di bidang tehnologi finasial Indonesia, menawarkan produk yang selaras dengan kebiasaan saya mengatur keuangan pribadi. Melalui aneka produk tabungan terbaik yang dihadirkan, berupa tabungan anak, tabungan pegawai, tabungan pensiun, tabungan haji dan banyak produk lainnya.Semua informasi saya "lahab" kemudian saya saring, mana yang perlu dan tidak saya terapkan sesuai gaya hidup.
Ya Gaya Hidup !!
Sejauh pengalaman dan pemahaman saya
rasakan, pengelolaan keuangan (lazimnya) berbanding lurus dengan gaya hidup.
Dari gaya hidup menentukan lingkar pergaulan, dengan orang seperti apa sering
berteman itulah gambaran diri sendiri.
-0-o-0-
Lebaran Menjadi Resolusi Keuangan
Mudik diatur sesuai kesepakatan (dokpri) |
Hari kemenangan umat muslim hari paling
dinanti, setelah tigapuluh hari menahan lapar dahaga. Hari raya menjadi berkah
bagi semua, pedagang makanan, pakaian, pulsa celular, tempat hiburan,
perusahaan transportasi dan masih banyak lagi.
Bagi pekerja di perusahaan mendapat
bonus sekali gaji, dibayarkan dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR). Namun
tambahan sebesar sebulan gaji diterima, terpaksa harus menanggung tambahan
pengeluaran pula.
Semua lini kebutuhan mengalami lonjakan
permintaan, akibatnya semua mengalami lonjakan harga. Seperti hukum ekonomi
"semakin banyak permintaan, harga juga meningkat"
Belum lagi budaya memberi angpao kepada
keponakan, tentu membutuhkan tambahan pos pengeluaran.
Bagaimana cara saya?
Alokasi Mudik?
Kami enam saudara (termasuk saya) sudah
berkeluarga, mengatur pulang ke kampung dua tahun sekali. Setahun berkumpul di
rumah ibu sendiri, tahun berikutnya di rumah mertua masing-masing.
Tapi tunggu dulu !!! Saya punya cara agar ibu tak terlalu
sedih, tahun ini saya tetap memilih mudik.
Tapi......?
Jatah lebaran tahun ini kumpul di
mertua, maka saya pulang kampung di awal bulan puasa. Ticket transportasi masih dengan harga
normal, kami bisa bersua dengan ibu di kampung halaman. Pas hari lebaran tiba
sungkem lewat sambungan telepon, tanpa memendam perasaan kangen yang
berlebihan.
Baju lebaran ??
Pakaian anak-anak disiapkan jauh
jauh hari, dua atau tiga bulan sebelum bulan puasa tiba sudah dibeli. Sementara untuk saya dan
istri cukup baju yang ada, bagi kami berdua lebaran sudah tidak identik dengan
baju baru.
Untuk kue-kue ?
Kebetulan ada kakak ipar jago membuat
kue kering, memilih patungan membeli
bahan menjadi cara jitu mengatur pegeluaran.
THR dan Angpau
Kebiasaan menyisihkan hingga duapuluh
persen uang bulanan, berdampak bagus membackup
kebutuhan khusus ini. THR untuk ibu kandung dan ibu mertua tersedia, pun
untuk beberapa keponakan dimasukkan amplop kecil.
Sulung dengan sepatu barunya (dokpri) |
Sepatu adiknya yang masih TK (dokpri) |
Usai Lebaran..
Anak-anak biasanya dapat angpao dari
pakde atau paklik, kami tidak utak atik
karena hak mereka. Tahun ini dua anak saya membeli sepatu sekolah, menggunakan uang
hasil berlebaran. Keinginan tersebut inisiatif mereka sendiri, tidak kami paksa
atau arahkan.
Pilihan mereka secara tidak langsung
meringankan beban ayahnya, tidak perlu mengalokasikan uang beli sepatu.
Resolusi tahun ini lumayan bisa
mengatasi pengeluaran, sehingga keluarga kami bisa berlebaran dengan baik dan tidak terlalu konsumtif. (salam)
Tanpa perencanaan, yang ada malah defisit di belakang ya pak Agung. Salam MJ
BalasHapusSepakat Mas Masluh
Hapusterimakasih banyak sudah berkunjung
salam :)