Judul Novel : A Cup of Tarapuccino
Secangkir Cinta, Rindu dan Harapan
Penulis : Riawani Elyta, Rika Y. sari
Penerbit : Indiva
Bermula dari sebuah
kuis di twiter memunculkan akun saya @agunghandoyo
sebagai satu diantara dua pemenang yang
berhak mendapat sebuah buku dari akun @sayapsakinah. Saya pribadi penyuka buku
sejak lama, koleksi buku saya lumayan beragam di dominasi novel dan aneka fiksi
lainnya. seminggu sejak pengumuman sebuah paket datang diantar Pak Pos dari
penerbit Indiva, adalah sebuah novel berjudul “A Cup of Tarapuccino- secangkir
cinta rindu dan harapan”, seolah ingin menyenangkan pihak pengirim saya ingin
melahap isi novel ini segera setelah menyesaikan buku yang sedang saya baca. Selanjutnya
mempersembahkan resensi ini (semoga berkenan)
Sengaja saya merubah
pola baca saya yaitu langsung membuka halaman demi halaman dari awal tanpa membaca
sinopsis yang ada di cover belakang. melihat judulnya saya
menyimpulkan isi bukunya tetang percintaan, namun dari design cover termasuk
pemilihan warna yang cenderung warna tua terbetik pertanyaan apa ada hubungannya
dengan kisah detiktif ?
Tokoh
Tara,
Raffi, Hazel adalah central dari sekian tokoh yang hadir dalam cerita
menarik ini. masing masing memilik karakter yang kuat ketiganya memiliki
latar belakang pegangan religius yang bagus untuk patokan anak muda
jaman sekarang. Tara yang sepupu Raffi adalah partner yang mengelola
bread time di kota Batam berdua tipe pegusaha muda yang paham aturan
agama, makanan atau tepatnya bahan makanan mana yang halal yang subhat
atau yang haram sangat dicermati, maka apabila ada kandungan dalam bahan
baku dalam produk rotinya diindikasi tak halal bagi Tara
dan Raffi keadaan tidak bisa ditolerir, sikap inilah yang menjadi
pangkal masalah hingga cerita ini berkembang sedemikian menarik.
Hazel
adalah sosok muda yang kreatif dan gesit, dengan latar belakang
keluarga yang kurang harmonis ternyata justru membentuknya menjadi
pribadi yang tangguh, perpisahan kedua orang tua kandungnya kemudian
menjadi bagian dari keluarga baru sang ayah adalah bukan hal mudah. Ibu
tiri yang baik hati jauh dari yang digambarkan di sinetron tv membuat
Hazel merelakan diri menjadi kakak (tiri) yang baik untuk ketiga adik
dari perkawinan kedua sang ayah.
Jalan
cerita
Cerita
dimulai dari masa sekarang Hazel yang mempunyai usaha kuliner
kedatangan tamu Tara yang ternyata pernah punya cerita di masa lalunya.
Alur di buat mundur kebelakang pada akhirnya menjadi pembaca mafhum
Hazel menjadi usahawan seperti sekarang. Semasa kuliah Hazel yang aktif
di banyak kegiatan termasuk Rohis kampus harus pontang panting
meneruskan kuliah sambil bekerja sana sini, ayahnya yang berpulang
meninggalkan tanggung jawab yang berat, ibu tiri dan ketiga adiknya
menyandarkan nasib di pundak Hazel selain itu warisan sang ayah yang
sangat membebani adalah hutang bernilai besar dari rentenir yang semakin
hari angkanya membengkak karena bertumbuh bunga.
Dalam
hal asmara Hazel masuk kategori ikhwan yang kokoh memegang prinsip tak
mau pacaran, adalah Rheina teman sekampus yang bermaksud memperkenalkan
Hazel dengan seorang gadis yang sejalan dengan pikiran mahasiswa
sederhana ini yaitu seorang akhwat. Perkenalan dengan sang akhwat
terpaksa gagal dan Hazel keburu Drop Out (do) dari kampus akibat focus
pada pekerjaan karena kekurangan biaya. Masa berganti Hazel menjadi
pengunjung setia di Bread time, kehadirannya rutin setiap pagi di kursi
sudut membuat Tara sang owner cukup terusik dengan kehadiran pelanggan
satu ini. perubahan mimik dan cara bicara keteika menyebut nama lelaki
satu itu diendus Raffi, bermula saat peluncuran mini magazine hendak
mengundang pelanggan setia ini. mini magazine ternyata menjadi pintu
masuk bagi Hazel bergabung di dalam bread time keahlian fotografi,
design dan layout sejalan dengan kebutuhan tenaga di breadtime.
Meski
hubungan Tara dan Hazel masih terjaga secara profesional, tetap saja
getaran dawai halus di relung hati masing masing tak bisa dihindarkan.
Tara tetapsaja
getaran dawai halus di relung hati masing masing tak bisa dihindarkan.
Tara tetap menjaga intensitas pertemuan dengan cara sms bahkan dengan
menulis di kertas roti perihal ide tentang isi mini magazine yang akan
terbit, tapi tetap saja Raffi menangkap kejanggalan itu.
Temuan
tentang kandungan zat haram dalam bahan pembuatan roti di breadtime
mengusik hati Tara dan Raffi setelah meeting dengan bulat menghentikan
suplay dari Calvin & co sebagai pemasok bahan di Bread time, sikap
keukeuh dari Tara dan Raffi pada pendiriannya berbuah serangan dari
Calvin & Co, bermula dari hal yang terkesan di luar masalah, mobil
pengantar dari toko meubel yang hendak mengantar kursi dan meja pesanan
Tara ditabrak lorri pada perjalanan ke Ruko tempat breadtime hingga
puncaknya kotak snack yang dipesan PT Blitz menjadi petaka, orang
yang makan isi kotak itu keracunan dan harus masuk rumah sakit, tak
berhenti disitu kabar cepat menyebar hingga masuk media lokal. Reputasi
Breadtime menjadi terpuruk.
Bumbu
cerita
Kisah
asmara yang disajikan kedua penulis, sangat rapi tidak vulgar dan
terkesan dewasa, bahwa jodoh sudah ada yang menakdirkan adalah sebuah
keniscayaan. Tara yang mendebat Raffi saat menjatuhkan Hazel memang tak
bisa dijelaskan dengan sekedar logika, bahwa Hazel berbohong saat
mengakui tuduhan Raffi dan Tara tahu itu kebohongan benar benar menjadi
wilayah insting dan rasa. Rangkaian pengelolaan bisnis bread time dan
perdagangan illegal menjadi cerita yang saling menguatkan, rasa sakit
hati partner seolah menjadi tema central novel kemudian dibungkus dengan
kisah rindu dan harapan. Setelah semua reda tak disangka muncul kembali
teman semasa kuliah Rheina yang dulu hendak memperkenalkan Hazel dengan
teman akhwatnya ternyata tak lain adalah Tara.
Ending
cerita dibuat menggantung sehingga pembaca dipersilakan meneruskan
sendiri, saya yang semula berharap pertemuan Hazel dengan Tara di
restaurant tepi laut berakhir dengan sebuah lamaran, ternyata tak ada
kalimat itu sampai di lembar terakhir buku ini. pun bagaimana dengan
reaksi Rafii apakah membalas ketertarikan Rheina padanya juga tak
dijelaskan.
Hanya
satu yang saya sempat mengusik pertanyaan kenapa nama Ahmadiaz Syah
Reza harus dipanggil Hazel, kemudian basic agama Diaz alias Hazel yang
terbilang lumayan kenapa tak sejalan dengan keputusannya menjadi bagian
dari komplotan penyelundup.
Selebihnya
novel ini sukses membuat saya sebagai pembaca tak bisa menebak
endingnya, dan membuat saya sebagai pembaca enggan meletakkan novel ini
sebelum tamat sampai tulisan terakhir. Sukses untuk Riawani Elyta dan
Rika Y sari, semoga terus memperkaya khasanah perbukuan di Indonesia,
terimakasih juga buat Penerbit Indiva.