Tak semua anak muda bersedia hidup di pelosok
desa jauh dari keramaian, namun hal itu tak berlaku bagi Jarno lelaki 39 th. Ketika
sebagian besar para lulusan SMA merantau ke kota besar lelaki murah senyum ini
memilih bekerja di tanah kelahirannya Tulungagung Jawa Timur. Pada tahun 1992
Jarno muda bekerja di sebuah pabrik makanan ringan yang memproduksi brondong
jagung dan Jipang, siapa sangka langkah yang diambil ini menjadi cikal bakal keberhasilannya
dikemudian hari. Selama 18 tahun bekerja dipelajari seluk beluk dunia makanan
ringan mulai dari pembelian bahan produksi sampai pemasaran. Tepat di tahun
2008 lelaki beranak satu ini berhenti dari tempat bekerja, mulai merintis
usahanya di desa kecil tempat kelahiran istrinya tepatnya di desa Panekan kab Magetan.
Jagung
sebagai bahan baku pembuatan brondong sangat mudah didapat di daerah
Jawa Timur, sementara beras sebagai bahan jipang juga sangat mudah didapat Makanan ringan yang di bandrol dengan Rp 500,-
perbungkus ini dirintis dari sebuah dapur kecil di rumahnya, bersama istrinya.
Jarno memproduksi sekaligus memasarkan sendiri. Pola kerja yang diterapkan
sehari produksi sehari memasarkan, segala peluh dan rintangan dijalani dengan
ketekunan. modal awal tabungan sebesar Rp
2 juta dibumbui semangat pantang menyerah perlahan tapi pasti masa sulit sampai
juga di ujung.
Segala situasi dilalui pasangan suami
istri ini, menghadapi ulah agen atau reseller
yang bermacam sifat. Sistem titip barang bayar belakang dimanfaatkan
reseller “nakal” untuk mengelak membayar padahal brondong jagung dan bipang
sudah laku. Alasan yang dikemukakanpun bervariasi, yang jamak didengar uangnya
habis sudah dipakai untuk kulakan. Alhasil yang diterima hanya janji akan
dibayar besok yang dijadikan “jurus andalan” reseller nakal, harapan tinggal
harapan tagihan tetap tak dibayar sesuai janji. Tampak senyum getir yang
terbersit ketika Jarno bercerita tentang suka duka yang dialami.
Banyaknya makanan sejenis yang beredar di
pasaran menuntut Jarno dan istri memutar otak, dipilih jagung dan beras
kualitas memadai sehingga menghasilkan brondong dan jipang yang enak, kemudian
kemasan diperhatikan agar tidak cepat mlempem. System pemasaranpun dirubah menjadi
beli putus, istilahnya “ada uang ada barang”, untuk memancing semangat agen belanja
disediakan hadiah berupa gelas atau piring untuk pembelanjaan kelipatan
tertentu.
Hasil dari ketekunan dan mencermati mekanisme
pasar pada tahun 2010 usaha Jarno mulai berkembang. Usaha rumahan yang dimulai
dari dapur kecilnya kini sudah bisa pindah ke tempat yang lebih memadai, ia
mampu beli sebuah rumah sebagai pusat usaha brondong jagung dan jipang.
Dengan system swakarya 12 tenaga ibu-ibu
tetangga difungsikan di bagian pengemasan dan 6 anak muda di bagian produksi
dibantu 10 tenaga pemasaran. Kini produk buatannya merambah pasar di Panekan
sendiri, Magetan, Plaosan, Ngawi, bahkan sampai Cepu Jawa tengah. Meskipun
sudah mulai berkembang dan memiliki karyawan, lelaki rendah hati ini tetap
menganggap usahanya adalah usaha rumahan bukan pabrik. Efek domino yang
dirasakan warga sekitar adalah ibu-ibu dan pemuda di desa Panekan bisa
mendapatkan penghasilan rata rata 900 ribu/ bulan, bahkan bisa lebih apabila
musim hujan tiba hal ini dikarenakan produksinya bertambah akibat naiknya
permintaan.
Dari perputaran usaha makanan ringan yang
dirintisnya dari Nol kini setiap bulan bisa meraup omset rata rata di atas 100
juta.
Jarno bagai lentera di desa terpencil
itu, berkat usahanya maka anak-anak muda
lulusan SD, SMP tidak lagi menjadi TKW/ TKI ke Hongkong atau Arab kini memilih
tinggal di Panekan, satu langkah kecil yang disertai semangat yang luar biasa ini
tanpa disadari bisa menjadi penggerak roda pereknomian. Satu yang menjadi
pegangan Jarno adalah sebuah hadist Khairunnas anfa uhum linnas “sebaik manusia
adalah yang bermanfaat”, ditanya tentang pengembangan usahanya lelaki sederhana
ini berujar “ yang ada ini saja dilakukan dengan sungguh sungguh, kalaupun
akhirnya bisa berkembang itu adalah “bonus” dari Gusti Alloh”.
Apa yang dilakukan Jarno selaras dengan program dari #Dompet Dhuafa www.dompetdhuafa.org , Andai saja Jarno- jarno lain bercokol di
setiap pelosok desa terpencil di negri tercinta ini, #IndonesiaMoveOn www.dompetdhuafa.org bukan lagi sekedar angan. Insyaalloh aminnn….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA